Part 3

248 11 5
                                    

Luna sedang bingung memilih pakaian macam apa yang akan dikenakannya. Apakah sweter model turtleneck menjadi pilihan yang tepat? Ataukah baju kasual berwarna merah yang dulu pernah membuat Lucas tergila-gila?

Pada akhirnya, gadis itu memilih mengenakan baju biru dongker favoritnya, berbalut jaket denim dengan warna senada. Setelah merasa percaya diri, ia pun segera berangkat menuju taman.

Setibanya di lokasi pertemuan, rupanya Lucas sudah sampai duluan. Ia terlihat sedang duduk di atas bangku kayu panjang. Kehadiran pemuda itu membuat Luna terpana, sebab ia terlihat menawan dengan penampilan sederhananya—baju hitam dengan kombinasi hoodie abu-abu.

Sebelum langkah Luna mencapai tempat di mana Lucas berada, mereka saling bertatap muka sekilas. Betapa gadis itu menyukai tatapan sang pemuda, yang seakan melemahkan hatinya.

“Hei,” sapa Luna dengan kaku. Ia langsung duduk di sebelah Lucas.

“Hei,” balas Lucas dengan ramah.

“Sudah dari tadi?”

“Belum terlalu lama, sih. Sekitar lima menit yang lalu.”

Mmm …”

“Ada apa, Luna?”

“Aku ingin langsung pada intinya.”

“Oh, silakan.”

Luna menghela napas sejenak. “Kau benar-benar akan pergi?”

“Iya.”

“Ke mana? Untuk apa? Akankah kau kembali?”

“Aku mungkin takkan kembali. Karena di sana, aku sudah berencana untuk memulai kehidupanku yang baru.”

“Apakah itu berarti … selamanya?”

“Sepertinya, iya.”

“Memangnya kau tak bisa memulai kehidupan barumu di sini?”

“Sebenarnya … aku hanya menginginkan hal yang baru.”

Lagi-lagi, hati Luna berdesir.

“Bagaimana jika aku mencintaimu?”

Pemuda itu kaget bukan kepalang, tak percaya mendengar pernyataan Luna yang tiba-tiba. Ia sama sekali tak menyangka bahwa gadis itu akan berani mengutarakan perasaannya secara langsung.

“Mengapa kau hanya membatu? Perkataanku masih kurang jelas? Atau kurang tegas?” tanya Luna lagi.

“Bukan begitu, Luna—”

“Lalu apa? Apa kau masih mencintaiku? Ingatkah foto ini?” Luna menyodorkan foto mereka berdua, di mana mereka pergi ke suatu tempat, setelah mereka gagal menunaikan rencana untuk mendaki bukit.

Seketika Lucas melongo melihat foto tersebut.

“Kau masih mengingatnya? Tidak mungkin kau melupakannya, bukan?” interogasi Luna yang berusaha mencari kepastian.

“Semuanya masih kuingat begitu jelas. Semua membekas lekat dalam ingatanku.”

“Lalu bagaimana?”

Musim Hujan pada bulan DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang