2. Benci

735 50 6
                                    

Irasha mencari-cari mobil Jazz merah mungil yang diberikan papanya saat ulangtahunnya ke-15 tepat setahun yang lalu. Saat dimana, masih bisa merasakan kasih sayang papa mamanya. Masih bisa melihat makanan mamanya yang dihidangkan di meja makan khusus untuk papanya dan Irasha. Tidak ada lagi senyum lembut mama menyambut kepulangannya dari sekolah. Tidak ada lagi kecupan kasih sayang papa untuknya. Sejak Daniel, ayahnya Irasha berselingkuh dengan wanita jalang. Semenjak itulah, Tania, ibunya Irasha, bekerja sebagai wanita malam demi sesuap nasi.

Tanpa ia sadari, setetes air mata mengalir membasahi pipinya. Ia menyeka air matanya dengan kasar. Sudah cukup air mata yang ia keluarkan setahun terakhir ini. Tidak ingin terlarut lebih dalam. Ia men-starter mobilnya lalu menginjak pedal gas.

Mobil Jazz merah itu melesat dengan kencang. Hanya butuh 7 menit untuk menempuh jarak kurang lebih 700 meter dari sekolah ke rumah Irasha. Tiba-tiba, ia merasakan napasnya tercekat, dadanya terasa sesak, setelah melihat mobil Fortuner yang terparkir tepat di depan mobilnya. Ragu-ragu ia turun dari mobil , terdengar isak tangis mamanya yang kencang membuat ia mempercepat langkahnya.

Kini, ia tengah terpaku dengan pemandangan di depan matanya. Daniel menampar Tania hingga ia tersungkur ke lantai. Irasha tak menangis. Hal ini sebenarnya sudah biasa ia tonton dulu. Hanya saja kekagetan yang menyambar karena papanya sudah tak pernah menampakkan batang hidungnya dan sekarang berada tepat di depannya. Lelaki itu sudah terlihat semakin tua. Kerutan di keningnya sudah bertambah. Beberapa rambut putih sudah tumbuh di kepalanya. Kejadian ini sudah berkali-kali tampil di hidupnya. Untuk itu, Irasha hanya bersikap biasa saja. Rasanya dulu ia selalu menangis jika melihat adegan ini. Selama ini, dia terlalu lemah dalam menyikapi masalah-masalahnya. Tapi, ia akan berubah. Irasha bukan gadis cengeng yang dulu lagi.

"Jangan pernah ikut campur urusanku!" bentak Daniel.

Irasha tidak dapat menahan emosinya lagi. Ia berlari menghampiri ibunya. Menatap papanya dengan penuh kebencian.

"Berhenti ganggu mama. Belum puas papa lihat kami menderita?"

Daniel pun keluar, meninggalkan Irasha dan Tania yang masih terduduk menatap kepergiannya.

Irasha menatap Tania lembut, "Ma,boleh Irasha minta sesuatu?"

"Minta apa nak?"

"Irasha mau mama berhenti jadi wanita malam." pinta Irasha penuh harap.

"Maaf, nak. Mama gak bisa. Mama udah terlibat dalam kontrak"

"Tapi,ma..."

"Maaf,Sha. Mama tetap gak bisa. Mama bener-bener minta maaf." potong Tania.

Sudah ke-sekian kalinya, Irasha memohon agar mamanya berhenti dari pekerjaan itu. Namun, selalu ada alasan yang diberikan Tania sehingga membuat Irasha tidak mampu menyanggah lagi.

"Mama harus pergi, mama ada client. Jaga rumah ya" perintah Tania.

Irasha memaksakan senyumnya. Ia tak ingin menunjukkan ekspresi sedih di depan mamanya.

"Ya udah. Aku capek. Aku mau tidur ,ma."

*****

Irasha menghempaskan tubuhnya di kasur. Berusaha melupakan kejadian-kejadian yang terjadi. Menutup matanya dan berharap ia akan tertidur. Namun, tetap tidak bisa. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke Jericano café mengingat dirinya juga belum makan dari tadi pagi. Café yang tak jauh dari rumahnya dengan nuansa coklat dan alunan musik klasik yang menciptakan suasana tenang dan damai. Café ini adalah café favorit Irasha.

Seorang waitress berjalan menghampirinya dengan beberapa buku menu di tangannya.

"Mau pesan apa, mbak?" tanyanya dengan ramah.

"Spaghetti Bolognese sama Greentea Latte, mbak."ujar Irasha.

"Ditunggu ya ,mbak." ucapnya kemudian berlalu dari hadapan Irasha.

Irasha tengah asik memainkan ponselnya. Di sisi lain, seorang pria yang duduk berjarak dua meja darinya sedaritadi matanya tidak bisa lepas dari wanita itu. Lelaki itu adalah Ray. Berniat menghampirinya untuk sekadar menyatakan 'Hai'. Namun, dia tak yakin akan reaksi Irasha. Irasha pasti tidak akan menghiraukannya. Keberanian dan mentalnya belum cukup untuk menghampiri wanita itu. Ray tidak tau tepatnya kapan ia mulai tertarik dengan wanita itu. Yang jelas ia tau kini ia harus memperjuangkan wanita yang bahkan belum ia ketahui namanya. Ray adalah lelaki ambisius yang selalu memperjuangkan apa yang ia inginkan. Ia akan mendekati wanita itu. Menghancurkan benteng pelindung hatinya. Meluluhkan hatinya dan akhirnya menjadi pemilik dari hati wanita itu.

Haiiiiiiiiii readers. Ummm gimana? Chapter 2 nya? Anehkah? Aku usahain sering update yaaa... oh ya jangan lupa vote dan commentnya ya.. Salam dari Author.. Thankiess...

RayShaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang