Kerajaan Mataram gempar. Kabar menghilangnya Putra Mahkota negeri telah menyebar seantero negeri. Sedangkan kabar yang berhembus begitu simpang siur akan keberadaan sang pangeran, ada selentingan kabar yang menyatakan bahwa sang pangeran tengah menghilang dan kelak akan kembali. Namun, kabar yang paling besar berhembus menyatakan bahwa sang pewaris tahta Mataram telah wafat karena insiden terbakarnya kapal yang mengangkut seserahan pernikahan bakal calon pengantin wanita sang pewaris.
Istana dan sekitarnya diliputi kedukaan. Permaisuri tak henti-hentinya menangis meratapi nasib putra mahkota. Baginda Mangkualam raja Mataram hingga dibuatnya resah. Sedangkan kondisi kesehatan permaisuri memburuk karena beban pikiran, ia masih belum mengikhlaskan kepergian putra mahkota yang mendadak itu.
Bala tentara kerajaan pun turut dikerahkan untuk mencari keberadaan pangeran. Namun telah tujuh purnama berlalu jasad pangeran yang dinyatakan meninggal tak kunjung ditemukan.
"Dinda mohon Baginda jangan hentikan pencarian nanda Rakai Pikatan." isak permaisuri sembari bersujud dikaki junjungannya.
Permaisuri langsung bergegas menuju kediaman junjungannya ketika mendengar berita bahwa usaha pencarian putranya akan dihentikan. Segala sakit dan letih yang menyerang tubuhnya tak dihiraukannya. Dibenaknya ia hanya ingin putranya kembali ke pangkuannya hidup atau mati.
Hati seorang ibu begitu peka atas segala sesuatu yang terjadi kepada anaknya. Permaisuri masih yakin bahwa putranya itu masih hidup. Ia meyakininya sepenuh hati. Walaupun semua berita yang didapatkan dari para mata-mata menyatakan hal lain. Ia tidak peduli.
"Tenanglah Dinda, kita sedang berusaha." sabda Baginda Mangkualam sambil memandu Permaisuri untuk berdiri dan duduk disisinya.
"Kanda tidak hendak menghentikan pencarian putra kita, tetapi Kanda hanya mengurangi jumlah prajurit yang dikerahkan untuk mencari putra kita."
Sebab pencarian ini kerajaan hampir melalaikan keamanan rakyat, karena banyaknya prajurit yang ditugaskan mencari putra mahkota Rakai Pikatan. Sehingga keamanan kerajaan bisa saja goyah dengan adanya ancaman pemberontakan dan kudeta. Baginda Mangkualam menjelaskan dengan hati-hati segala hal yang terjadi kepada Permaisuri. Agar Permaisuri tidak salah paham dengan maksudnya itu karena hati wanitanya sangat sensitif sejak hilangnya putra mahkota.
"Jadi, semua yang Dinda dengar tidak benar Kanda?"
"Kau dapat kabar kerupuk darimana Permaisuri? Tentu saja aku akan melanjutkan pencarian putra mahkota."
"Dinda akan sangat kecewa jika Kanda berbohong pada Dinda."
"Tenanglah Permaisuri bukankah selama ini permintaanmu selalu aku penuhi." jawab Baginda Mangkualam sembari terseyum.
Baginda Mangkualam membuat dua kali tepukan tangan yang disusul oleh empat punakawan bernama Centrik, Dawala, Cebol, dan Smaranta.
"Kami menghadap sinuwun"
"Apa gerangan sinuwun memanggil kami?" tanya Centrik
"Kalian aku tugaskan untuk mencari putraku Rakai Pikatan hidup ataupun mati. Jangan kembali sebelum berhasil dan rahasiakanlah tugas kalian ini. Jangan sampai ada orang lain yang mendengar atau mencurigai kalian. Karena aku khawatir ada orang yang memang hendak mencelekai putraku. Mengerti?"
"Sendhika dhawuh sinuwun."
Keempat punakawan itu pun keluar dari balai agung singgasana Baginda Mangkualam menuju kediaman mereka untuk mempersiapkan perbekalan dan juga penyamaran ya mereka akan menyamar sebagai pengembara.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARANINDRA
Ficción históricaKisah keteguhan hati Putri Dyah Daranindra dari Kerajaan Kalingga memperjuangkan mimpi dan takdirnya. Kebahagiaan yang berada didepan mata sangat jauh tak tergapai setelah calon suaminya Rakai Pikatan putra mahkota Dinasti Syailendra dari Kerajaan M...