Prolog

115 12 0
                                    

“Akan aku ajukan satu pertanyaan lagi.” ujar seorang pria bertubuh tegap, memandang lurus gadis di depannya yang diam membisu.

“Siapa yang telah membunuh seluruh keluargamu?” tanya pria itu.

Sang gadis masih diam. Dia menunduk dengan wajah datar dan tatapan kosong. Tubuhnya tidak bergetar sedikitpun. Dia hanya mengunci rapat bibirnya tanpa gerakan apapun.

“Kuulangi. Apa kau tahu, siapa yang telah membunuh seluruh anggota keluargamu?”

Gadis itu masih diam. Diam seperti patung. Ruangan kembali sunyi, yang ada hanyalah suara jam yang berdetak.

Pria itu mulai jengkel. Diangkatnya wajah sang gadis, sehingga dapat bertatapan dengannya. Namun, sang gadis tetap menatap lurus dengan kosong. Pikirannya entah melayang kemana.

“Ini penting. Jawablah. Apa kau tahu siapa yang membunuh seluruh keluargamu?” tanyanya lagi.

Sang gadis tetap tak berkutik. Pria itupun melepaskan cengkeramannya. “Setidaknya, berikan ciri-ciri atau sesuatu yang khas tentang pelaku pembunuhnya!”

Mulut gadis itu bergerak, seakan ingin membisikkan sesuatu kepada orang yang menginterogasinya, “Le-lemon...”

“Apa? Kau ingin makan lemon?”

Gadis itu menggeleng lemah, dia menatap lurus penginterogasinya, “Itu, le-lemon...”

“Apa maksudmu? Apanya yang lemon?”

Pria tegap itu mensejajarkan tubuhnya dengan berjongkok di hadapan sang gadis. Ditatapnya dalam wajah gadis itu, seakan meminta keterangan yang cukup jelas tentang kejadian yang ditanyakannya tadi.

“Bisa kau beritahu kepadaku, apa yang kau maksud itu?” tanyanya lembut.

Sang gadis menatap wajah orang di depannya dengan gugup, dan bibirnya membuka sedikit.
“Ba-baunya... bau parfumnya, lemon...”


overLoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang