3

49 11 0
                                    

Pukul tiga pagi, tepat.

Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku dengan lambat. Dan, berita baik apa yang sekarang kualami? Aku bisa bergerak!

Kugerak-gerakkan kedua tangan dan kakiku. Terasa ringan, seperti biasanya. Mulutku pun menyunggingkan sebuah senyuman puas. Sesekali, aku menampar pipiku. Sakit. Oh, yeah, ini menyenangkan. Aku bisa menyakiti diriku sendiri sekarang. Ini kesempatanku.

Dengan perlahan, aku menuruni tangga dan menuju dapur. Dokter gila itu pasti masih disini, aku yakin. Dia mungkin menginap dan mengurungku di rumah sialan ini, dan dia juga berusaha menyembuhkanku dalam waktu singkat. Aku tidak memiliki kelainan, aku normal. Aku hanya berbeda. Jangan coba-coba merenggut kesenanganku saat ini!

Mataku berbinar saat pandanganku menangkap sebilah pisau parang-yang sering digunakan Richard untuk memotong buah kelapa-di gantungan samping lemari piring. Kuraih parang itu, dan mengelusnya. Oh, sentuhannya, parang ini benar-benar dingin dan menggairahkan. Andai saja parang itu menusuk perutku, pasti rasanya akan lebih nikmat. Kuusapkan jari-jariku ke sisi parang yang tajam. Dan darah segar pun mengalir deras di sela-sela jariku. Uh, parang berlumur darahku ini begitu mempesona. Ini sangat cantik.

Kugenggam parang itu erat, dan kuarahkan sisi tajamnya ke arah perutku. Oh, Tuhan, aku rela mati dengan rasa puas seperti ini. sudah lama sekali aku tidak melakukan hal ini. Selalu ada Aleah dan Richard yang mengawasi, dan sekarang aku merasa bebas.

Aku melakukan ancang-ancang untuk menusuk perutku. Dan, oh, yeah! Pisau parang itu menembus kulitku. Aku tertusuk! Ahahahaha!!!

Darah mengalir begitu derasnya, membuat rasa sakit di perutku semakin menjadi-jadi. Tapi, aku sangat puas. Ini sangat menyenangkan! Ini menggairahkan! Nafsuku meningkat, dan aku ingin menusuknya lebih dalam lagi! Oh, mengapa tidak dari dulu saja aku melakukan ini?

"Rachel! Apa yang kau lakukan di pagi-pagi buta ini! Astaga!!" teriak Christian dari arah pintu.

Aku menoleh pelan kearahnya, dan senyuman lebar pun tersungging nyata di bibirku. Cairan kental berwarna merah sedikit demi sedikit menetes dari mulutku. Kukedipkan sebelah mataku padanya, dan diiringi aliran darah yang keluar dari perutku. Betapa nikmatnya dunia ini.

"Kau kenapa, hei!" bentaknya sambil menggoyang-goyangkan bahuku.

"Halo... dokter Christian... aku sekarang sudah cantik, bukan?" bisikku perlahan.

Aku hanya menunjukkan tawa sarkastikku kepadanya. Dan sedetik kemudian, aku terduduk lemas. Sepertinya, ini batasanku. Darahku mulai habis.

"Kau tahu," bisikku, "Ini sangat menyenangkan. Ini menggairahkan, dan memuaskan.."

Christian menangkap tubuhku, dan dipandangnya wajahku dengan geram. Tapi, aku tidak peduli. Aku hanya mengerang saat parang itu kucabut kasar, dan kucuran darahku muncrat keluar dengan deras.

"Kau gila, Rachel."

Aku tersenyum, mataku membulat dengan besar, "Memang, aku memang sudah gila,"

"Apa yang kau dapatkan dengan melakukan ini, hah?"

Kupegang bahunya, meninggalkan bekas darah di kausnya, "Hanya kepuasan duniawi..."

"Keadaanmu begitu gawat. Kau harus diobati-"

"Tidak, begini lebih baik..."

Sedetik kemudian, aku pun terjatuh tak sadarkan diri dengan muntahan darah dari mulutku yang menggenang di lantai.

overLoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang