5

38 10 0
                                    

“Dokter, apakah keadaan Rachel itu sangat parah?” tanya seorang laki-laki berkemeja putih dan memakai jas panjang berwarna hitam.

“Tusukannya menembus organnya dan punggungnya. Kelihatannya, luka ini sangat serius. Kita harus mendapatkan organ baru untuknya.” Jawab sang dokter, sambil sesekali membenahi kacamatanya.

“Sial, aku terlambat.”

Dokter itu menepuk bahu lak-laki di depannya, “Kau tepat waktu, Chris. Jika saja kau terlambat, mungkin gadis itu sudah kehilangan hidupnya.”

Christian—laki-laki itu—tersenyum simpul, “Tapi tetap saja, aku khawatir. Dia itu juga pasienku.”

“Kalau boleh tahu, apa yang terjadi? Maksudku, bagaimana bisa parang sebesar itu menusuk perutnya?” tanya Dokter itu.

Christian menghela napas berat, matanya sendu, “Dia adalah pasien pertamaku yang menderita masochist. Dan itu sangat parah. Dia bilang, hanya kegilaan itu satu-satunya penyelamat hidupnya. Dia hanya bisa tertawa bahagia dengan kelainan itu.”

“Memprihatinkan,” gumam Dokter itu.

“Jadi, aku mohon padamu, Dokter. Tolonglah dia, aku ingin dia hidup.” Pinta Christian.

“Aku bisa mengoperasi organnya, dan menggantinya dengan yang baru. Tetapi, ini masalahnya, Christian,” Dokter itu menarik napas panjang, “Kita butuh pendonor organ.”

Christian mengernyit bingung, “Bukankah rumah sakit sudah menyediakan segalanya?”

“Maaf, tetapi pihak rumah sakit sudah kehabisan cadangan.”

Christian mendecih, “Organ apa yang rusak? Ususnya?”

Dokter menggeleng, “Bukan. Ususnya tidak terkena parang. Karena parang yang ditusukkannya itu menuju atas, ke punggung bagian atas. Jadi, organ yang rusak itu ginjal kirinya.”

“Sial, sial!”

Christian duduk dengan frustasi. Dan keadaan itu sedikit mengundang perhatian sang dokter. “Mengapa kau begitu deperesi?”

“Memangnya kenapa? Aku salah?”

Dokter itu menggeleng pelan, “Tidak, hanya saja, kau berbeda. Kau biasanya tidak sekhawatir ini terhadap pasienmu.”

Christian terdiam, dia berpikir alasan apa yang harus dikatakannya.

“Ini pertama kalinya pasienku penderita masochist. Dan aku harus berhasil menyembuhkannya.” Sahutnya kemudian.

Dokter itu sedikit terkekeh, “Kau itu pribadi yang cuek. Melihatmu peduli kepada gadis maso itu membuatku tertawa.”

“Kau seorang dokter, bukan? Seharusnya kau bisa menangani hal ini sekarang, bukan mengejekku.” Sungut Christian.

“Baiklah, aku akan menelepon pihak rumah sakit sebelah.”

Christian mengangguk. Dokter itu sedikit menghindar dari pria itu untuk menelepon pihak rumah sakit tentang organ cadangan. Sementara Christian, dia termenung dalam kebingungan. Pikirannya melayang ke pertanyaan sang Dokter. Mengapa dia harus peduli kepada gadis masochist dan keras kepala itu? Hal apa yang menarik darinya? Bukankah Christian sangat dibenci oleh gadis itu?

Oh, ayolah Christian. Ini bukan saatnya kau memikirkan hal itu.

“Ini berita yang cukup buruk. Organ cadangannya telah habis, Chris.” Suara Dokter itu menginterupsi lamunan Christian.

“Apa? Bagaimana bisa? Mengapa disaat gawat seperti ini semua cadangan organnya habis?” bentak Christian.

“Ini bukan salah kami, Chris. Baru-baru ini memang banyak orang yang menjalani operasi organ.”

“Lalu, bagaimana dengan keadaan Rachel? Dia akan mati!”

“Kau harus tenang, Chris. Pihak rumah sakit telah menanganinya dengan pertolongan khusus. Dia masih bisa hidup, namun dengan organ rusak. Kalau bisa, dia harus menjalani operasi sebelum sepuluh hari berlangsung.” Ungkap Dokter itu.

“Apakah peluang tersedianya organ itu ada?” tanya Christian panik.

“Kita mash belum tahu. Tapi, kami akan mengusahakannya. Aku harus tahu, bagaimana sebenarnya gadis yang telah membuatmu sepanik ini.”

Dokter itu tersenyum singkat, dan berlalu meninggalkan Christian disana. Pria itu masih dengan tingkah panik dan bingung, menjambaki rambutnya sendiri.

“Kalau saja aku menghentikannya lebih cepat,” gumamnya kemudian.

Mata sapphire-nya pun perlahan mulai meneteskan air mata.

overLoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang