9. Jauh

1.6K 252 162
                                    

Keira terdiam, menatap selembar kertas yang berisi beberapa pesanan klien barunya. Suara lantang Fiya yang sedang membagi tugas kepada tim intinya semakin lama semakin terdengar lirih di kedua telinga Keira. Kaisa dan Raykarian telah menyita pikirannya selama lebih dari satu minggu terakhir. Kaisa yang selalu menanyakan ayahnya setiap hari. Sedangkan Raykarian hingga hari ini tak bisa dihubungi. Membuat otaknya dipenuhi oleh pikiran-pikiran buruk akan apa yang akan terjadi kepada keluarga kecilnya nanti.

Fiya mengembuskan napasnya seraya menatap Keira yang ternyata sedari tadi tak menyimak ucapannya, "Keira!" pekik Fiya kesal.

Keira bergeming. Ia seakan tak mendengar panggilan Fiya yang memekik kepadanya. Resti, Rida, Rega, Leon dan Vigo memandang Keira dengan tatapan bingung. Kelimanya tidak mengetahui apa yang membuat team leader-nya, Fiya, marah kepada Keira.

"Keira Allysa Alkhatiri!!!" teriak Fiya geram.

Resti segera menyadarkan Keira dari lamunannya. Keira terkesiap kala mendapat sentuhan lembut dari tangan Resti. Ia menatap Resti dengan bingung.

"Keira!" pekik Fiya kembali, membuat Keira terperanjat saat mendengarnya.

"Iya," sahut Keira takut menatap raut wajah garang Fiya.

"Can you follow me?!" tanya Fiya seraya menatap tajam Keira.

Keira terdiam ketika menyadari kesalahannya, "I'm sorry," ucap Keira menyesal.

Fiya menghela napasnya dan mengembuskannya dengan kasar, membuat anggota timnya memandangnya dalam diam, "Saya tidak pernah memaksa kalian semua untuk selalu hadir di setiap meeting. Saya hanya meminta kalian untuk bertanggung jawab dan konsisten terhadap tugas-tugas kalian. Percuma saja kalau kalian hadir di sini tapi fokus kalian di tempat yang lain. I hate it so much!!!" tandas Fiya lugas seraya menatap anggota tim intinya bergantian.

"It's enough! Kita lanjutkan meeting-nya setelah istirahat makan siang, jam satu. Be on time, please!!!" peringat Fiya keras.

Semua anggota timnya mengangguk patuh tanpa suara. Bagi Rega dan Keira, hal ini bukanlah kali pertama Fiya seperti ini. Fiya akan menunjukkan taringnya jika memang kinerja anggota tim intinya tak sesuai dengan harapan. Terlebih lagi jika kliennya itu merupakan klien besar dengan permintaan yang luar biasa memusingkan. Rida, Resti, Leon dan Vigo beranjak dari tempat duduknya kala melihat Rega meninggalkan ruangan meeting tanpa berpamitan.

"Permisi, Mbak," pamit Vigo dan teman-temannya kepada Fiya sebelum meninggalkan ruangan.

Fiya menatap Keira yang sedang menunduk dan merapikan barang-barangnya. Helaan napasnya kembali berembus ketika menyadari apa yang sudah dilakukannya kepada sahabat baiknya, Keira. Ia tahu apa yang membuat Keira menjadi tidak fokus saat ini.

"Maafkan aku, Fy. Maaf," ucap Keira menahan sesak di dadanya.

"Kaisa sama siapa sekarang?" tanya Fiya tak sabar.

"Kaisa sama Kenzi sekarang," jawab Keira.

"Aku senang kamu bisa bekerja kembali, Kei. Tapi buat apa kamu datang, kalau pikiran kamu berada di rumah," ungkap Fiya menahan emosinya.

"Maaf," ulang Keira sembari menunduk dan mengeratkan genggaman pada buku agendanya.

"Ada apa? Apa Mas Raki belum bisa dihubungi? Cerita sama aku, Kei!" terka Fiya.

Keira mendongakkan kepalanya, lantas menggeleng. Ia menatap Fiya dengan kedua matanya yang sudah merebak, "Aku nggak masalah kalau Mas Raki tiba-tiba pergi meninggalkanku. Tapi Kaisa," ujar Keira tertahan, "Kaisa selalu menanyakan Ayahnya setiap saat, dan aku nggak pernah bisa menjawab pertanyaannya itu. Ini yang aku takutkan Fy, Kaisa nggak bisa jauh dari Ayahnya." Keira menitikkan air matanya yang sedari tadi tertahan, membuat Fiya hanya bisa terdiam menatapnya.

SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang