12. Kau harus bahagia

1.9K 253 301
                                    

Senyum Keira tersungging. Memandang Kaisa yang masih bergelung dengan selimut tebal di atas ranjang. Perlahan kedua tangannya meletakkan setelan jas hitam yang akan dikenakan Raykarian di atas sofa bed di kamarnya. Kemudian dibukanya tirai jendela yang menampakkan pemandangan indah dari turunnya salju di pagi buta.

Dalam diamnya, Keira memerhatikan orang-orang yang sedang membersihkan jalan dari salju yang menutupinya. Dari tempatnya berada, ia dapat melihat lampu-lampu di sekitar tempat tinggalnya yang mirip seperti bintang bersinar. Senyumnya kembali tersungging, kala merasakan kedua tangan kokoh memeluknya dari belakang diiringi kecupan singkat di pucuk kepalanya yang tertutup hijab.

"Lihat apa, Sayang?" tanya Raykarian setiap kali melihat Keira berdiri terdiam di samping jendela kaca kamarnya.

Keira menatap Raykarian setelah membalikkan badannya, "Anything," jawab Keira yang sudah sangat dihapal oleh Raykarian.

"Jenuh?!" tebak Raykarian.

"Tak!" jawab Keira singkat meniru logat Kaisa, membuat kedua mata Raykarian semakin menatapnya dengan tajam.

"Are you sure?!" tegas Raykarian memastikan dan segera disambut anggukan kepala dari istrinya, Keira.

Keira melepaskan pelukan Raykarian. Ia merasa ngilu saat melihat tubuh shirtless Raykarian yang baru saja selesai mandi di kala cuaca sedang dingin, "Cepat pakai baju! Ibu siapkan teh dulu buat Ayah."

"Wait!" seru Raykarian menahan kepergian Keira.

"What?" tanya Keira.

"I love you, Baby," ujar Raykarian yang mampu membuat Keira tersenyum bahagia.

"I do love you, Baby," sahut Keira sebelum neninggalkan kamar.

Raykarian terkekeh melihat rona merah di wajah cantik Keira. Bukan karena udara dingin tentunya, namun rona merah itu ada karena godaannya yang selalu mampu membuat Keira tersipu malu. Hal yang selalu membuatnya tak bosan untuk memberi warna alami di wajah cantik Keira.

Diciumnya kening Kaisa sebelum memakai kemeja hitamnya. Raykarian merasa lebih bersemangat untuk bekerja selama kurang lebih dua bulan terakhir. Kehadiran istri dan putrinya seakan menjadi penyemangat tersendiri baginya. Rasa lelahnya akan sirna kala bisa melihat senyum manis Keira dan Kaisa di setiap harinya.

Kesibukan Raykarian menjadi PTRI (Perutusan Tetap Republik Indonesia) membuatnya sering pulang larut. Ia hanya bisa melihat Keira dan Kaisa saat pagi hari saja. Walau tak jarang Keira akan setia menunggunya pulang hingga tertidur di sofa. Membuat Raykarian sangat bahagia bisa memiliki Keira sepenuhnya.

Setelah menuangkan teh hangat di cangkir, Keira menambah dua sendok makan madu sebelum mengaduknya. Ia tak pernah menyangka jika pekerjaan Raykarian lebih sibuk dibandingkan dengan ayahnya. Jam kerja Raykarian yang terkadang tiba-tiba berubah sesuai dengan perintah atasannya, membuat Keira mengurungkan cita-citanya untuk menjadi seorang diplomat. Ia pun baru mengetahui bagaimana kehidupan Raykarian selama menjadi diplomat. Dan tugasnya sekarang, mengatur semua pengeluaran sepintar mungkin tanpa mengambil uang tabungan pendidikan Kaisa kembali.

"Nanti kalau Kaisa mau berangkat ke sekolah, Ibu telepon Ayah dulu ya! Ayah kangen dengar suara Kaisa," ujar Raykarian sebelum duduk di kursi, di meja makan.

Keira tersenyum sebelum merapikan dasi Raykarian, "Iya Ayah. Tapi kayaknya Kaisa hari ini nggak ke sekolah. Kaisa akan ikut day care sore nanti, sekalian Ibu berangkat Dharma Wanita."

"Oke! Kalau begitu, Ayah yang akan menelepon nanti," tutur Raykarian setelah meminum tehnya.

"Kapan Mas Raki ada libur?" tanya Keira seraya menatap Raykarian dengan lekat.

SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang