11. Tentang kita

2K 253 238
                                    

Keira menahan langkahnya setelah menutup pintu kamar. Salah satu alisnya terangkat, memandang lembaran-lembaran kertas yang berserakan di atas meja, sofa bed dan karpet. Kakinya kembali melangkah. Menghampiri pemandangan yang tak mengenakkan matanya. Diambilnya selembar kertas di atas meja, lantas membacanya sebelum mengumpulkan kertas-kertas itu menjadi satu.

Dengan sabar, Keira membereskan semua peralatan kerja Raykarian yang tergeletak berantakan di ruang tengah apartemen. Entah apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya tadi malam, hingga mengharuskannya untuk melembur pekerjaan. Ia pun tak sadar jika sedari tadi sepasang mata sedang memerhatikannya dalam diam.

"Astaghfirullahaladzim!" pekik Keira saat kedua tangan Raykarian memeluknya dari belakang.

"Pagi Sayang," bisik Raykarian yang tak melepaskan pelukannya.

Keira mengembuskan napasnya, sebelum melepaskan kedua tangan Raykarian yang sedang melingkar di perutnya. Kemudian ia membalikkan tubuhnya ke belakang, "Mas bisa nggak, jangan mengagetkan Keira terus!" sungut Keira yang masih berusaha menormalkan detak jantungnya, dan hanya disambut sunggingan senyum tertahan dari Raykarian.

Kedua mata Keira memerhatikan Raykarian yang sedang menumpuk bantalan sofa di hadapannya. Setelah selesai menumpuk bantalan sofa, Raykarian berdiri tegap di depannya seraya menatap Keira dengan lekat.

"Naik!" perintah Raykarian lugas.

"Untuk?" tanya Keira ingin tahu.

"Naik, Sayang!" ulang Raykarian yang tak ingin dibantah.

Dengan bingung, Keira menuruti perintah Raykarian. Perlahan, ia menaiki tumpukan bantal itu. Ia terdiam, ketika matanya menatap lurus kedua mata Raykarian yang juga sedang menatapnya dengan lekat dan penuh cinta. Degup jantungnya semakin tak menentu kala Raykarian menatapnya semakin intens dan dalam. Kedua kakinya pun mulai melemas, seakan tak mampu lagi untuk menopang tubuhnya. Membuat kedua tangan Raykarian segera menahan tubuh Keira yang sedikit limbung.

 Membuat kedua tangan Raykarian segera menahan tubuh Keira yang sedikit limbung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keira menunduk. Ia tak mampu lagi menutupi rasa gugupnya. Senyum Raykarian tersungging. Melihat tingkah istrinya yang sangat menggemaskan itu. Keira tak pernah berubah sedari dulu. Selalu tak mampu untuk menerima tatapan memujanya.

"Jangan menatap Keira seperti itu, Mas!" protes Keira yang sedang menahan malu.

"Kenapa?" tanya Raykarian.

Keira kembali mencoba menatap Raykarian, "Malu," jawab Keira lirih, membuat Raykarian tersenyum.

"Mas cuma mau menatap kamu, Kei. I miss you so much, Baby," tutur Raykarian jujur.

Keira tertegun, lantas menyeringai menatap Raykarian, "Yakin kangen?! Kalau kangen, kenapa pakai marah kemarin?" sindir Keira.

"Itu gara-gara kamu juga, Kei." Raykarian membela diri.

SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang