3. Pilihan hati

1.8K 233 144
                                    

Keira menyandarkan kepalanya di sofa, sembari duduk bersila di lantai. Kepalanya memejam ketika rasa pening menderanya. Ia berusaha fokus mendengarkan kliennya yang sedang berbicara melalui smartphone. Membuat Kaisa semakin lekat memandangnya sembari mengunyah makan siang favoritnya.

"Baik, Ibu Zoya. Saya akan mengulanginya lagi, silakan Ibu cek jika saya melakukan kesalahan," tutur Keira.

"Ibu," panggil Kaisa yang disambut dengan tangan kanan Keira yang terangkat ke atas, memberi tanda bahwa dirinya tidak bisa diganggu.

Keira kembali membetulkan posisi duduknya, "Calla Lily, White Rose, and Baby Breath bouquet, right?" tanya Keira sabar sembari melirik catatan di buku agendanya di atas meja.

"Yes, good! Dekorasi taman tak diubah Angel?"

"Yes, good! Dekorasi taman tak diubah Angel?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak, Bu. Untuk dekorasi taman pada malam resepsi masih menggunakan tema rustic with spring colour pallete. Bola lampu yang akan digunakan 343 buah."

"Yes, bola lampu tu harus berjumlah 343 buah. Tak boleh kurang dan tak boleh lebih."

"Yes, Mam."

"Good. I nak tengok nanti petang, sampai jumpa Keira."

"Sampai jumpa."

Keira mengembuskan napasnya setelah salah satu klien terhebohnya mematikan panggilan. Pandangan matanya terkunci saat melihat Kaisa duduk terdiam menatapnya tanpa melanjutkan memakan makanannya. Keira beranjak menghampiri putrinya. Diusapnya pucuk kepala Kaisa, lantas menciumnya dengan penuh sayang.

"Kenapa? Marah dengan Ibu?" tanya Keira yang disambut gelengan kepala dari Kaisa.

"Terus kenapa mukanya cemberut begitu? Tak comel lah, jom senyum sama Ibu!" Keira tahu jika Kaisa sedang merajuk saat ini, karena sedari tadi tak diperhatikan olehnya.

"Tadi, yang meminta ikut Ibu siapa?" tanya Keira, "Ibu kan sudah bilang, hari ini Ibu sibuk. Tapi Kaisa tak mau mengikuti day care. Tak mau memaafkan Ibu?"

Kaisa memeluk Keira dengan erat, "Kaisa tak nak ikut day care. Kaisa bosan," keluh Kaisa yang disambut kecupan sayang dari Keira.

"Iya, Ibu tahu. Terus kenapa cemberut seperti ini? Makanannya tak enak?"

"Enak, Kaisa nak makan sama Ibu."

"Ibu masih harus mengecek di depan, Sayang. Kaisa nak lihat Ibu dimarahi Uncle Ferry?"

"Tak nak! Tapi Ibu belum makan, Kaisa tak nak Ibu sakit."

Keira tersenyum, lantas mengambil kotak makanan yang berada di atas meja. Kemudian menyuapkannya ke mulut mungil Kaisa. Kaisa menerima suapan itu sembari menatap ibunya tanpa berkedip. Kedua sudut bibirnya tersungging kala melihat Keira menyuapkan sesendok penuh nasi ke dalam mulutnya. Keduanya mengunyah makanan itu sembari saling melempar senyum.

SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang