"Hidup adalah perjuangan bagi orang-orang yang tahu apa yang ia perjuangkan."
**
Disinilah aku memulai.
Memulai kehidupan yang penuh dengan pelarian dan mengetahui kehidupanku yang sesungguhnya.
Disinilah aku memulai segala hal yang beresiko dalam kehidupanku. Resiko yang dulu selalu kuhindari tapi sekarang aku mulai berani menghadapi resiko itu.
Ya, resiko yang selalu memburuku setiap saat.
"Lisa, kuharap kau akan datang." perkataan Cassie benar-benar menyadarkanku dari lamunan.
"Datang apa? Maaf aku tidak mendengarkan."
"Kurasa aku mulai terbiasa untuk selalu mengulang perkataan padamu." aku hanya mengatakan 'maaf' tanpa suara. "Orang tuaku sudah pulang dan mereka ingin mengajakmu makan malam dirumahku malam ini. Itupun kalau itu tidak menganggumu."
Mendengar perkataan makan malam bersama orang tua Cassie membuatku ingat saat makan malam dengan orang tua Aiden.
Rumah Aiden yang sangat terlihat nyaman. Senyuman dari Mr. dan Mrs. Arkwright dan Aiden yang tersenyum canggung ketika ibunya menyuruhku mengumpulkan ponsel.
Itu semua sangat indah sebelum kecelakaan terjadi.
"Oh, hmmm aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak. Tapi kurasa aku sangat sibuk disaat liburan seperti ini. Jadi yah aku..."
"Aku akan memecatmu menjadi teman jika kau tidak datang. Kumohon, aku ingin kau datang!" pinta Cassie.
"Oke. Tapi aku masih akan usahakan." ujarku.
Cassie langsung melompat memelukku seperti anak kucing yang kegirangan. "Kau memang yang terbaik."
Aku hanya bisa tersenyum paksa.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam kalau aku bisa," ujarku sambil berlalu pergi.
***
Aku merapatkan jaket sambil berjalan dibawah cahaya matahari yang kalah oleh cuaca dingin.
Aku masih memakai beanie yang diberikan Aiden. Membuatku merasa ini adalah barang favoritku mulai sekarang. Aku tahu itu terdengar sangat kekananakan tapi itulah yang kurasakan.
Namun ketika aku harus memakai pakaian formal seperti makan malam dirumah Cassie aku tidak akan memakai beanie pemberian Aiden. Jadi ketika aku tiba di halte aku menaruh beanie itu didalam tasku.
Aku pergi kerumah Cassie dengan menaiki bis dan harus berjalan sebentar hingga tiba disana.
Ketika aku mengetuk pintu aku langsung dipersilahkan masuk. Ibu Cassie-Ivanka- sangat mirip dengan Cassie. Rambut pirangnya dan warna matanya yang meneduhkan. Sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Mark. Rambut hitam dan rahang yang tegas.
Aku berusaha tersenyum ketika mereka menanyaiku.
"Kau pasti orang yang sabar karena bisa berteman dengan Cassie," canda Ivanka.
Tawa pecah di area meja makan. Aku ikut tertawa dan berusaha agar tidak terlalu dipaksakan. Sedangkan Mark yang dari tadi terdiam saja—aku bahkan tidak menyadari keberadaannya—melanjutkan memakan makanannya.
Aku tidak mengerti mengapa dari keluarga yang ramah dan hangat seperti ini lahir seorang anak yang sangat dingin seperti Mark. Dan keluarganya seakan sudah biasa akan hal itu.
Tak heran jika Cassie tidak terlalu dekat dengan kakaknya itu saat ini. Aku menatap Mark namun ia juga menatap balik. Membuatku langsung mempalingkan wajahku, aku merasa seperti anak anjing yang sedang mencuri makanan majikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Soul
Fantasy"Pernahkah terpikirkan olehmu jika kau tidak akan pernah merasakan cinta lagi di usia enam belas tahun?! " Ellisa Vallarie, hidup selama seribu tahun tanpa bisa menua. Tak dapat merasakan cinta lagi. Tak dapat bahagia ataupun sedih. Membuat mati sem...