34. The Secret

1.9K 188 14
                                    

"Apa yang kau inginkan padaku?" Ujarku kepada Factorem, aku sangat ingin mencabik-cabik dirinya saat ini dan membiarkannya mati perlahan untuk merasakan kesakitanku selama ini.

Factorem menjulurkan tangannya ke depan, melihati kukunya dengan malas. Dia mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Apa yang kuinginkan darimu? Tidak ada. Selama kau hidup menderita seperti ini aku bahagia." Ia menekankan kata bahagia sambil menyeringai kejam.

Aku berusaha tidak bereksperesi-aku tidak mau ia berpikir aku merasa tertindas- dan menjadi monster yang dia inginkan.

"Kau adalah kebahagiaanku, Lisa. Dan kau ingin tahu mengapa aku memilihmu? Karena kau bahagia," ia melirikku sambil mengelilingiku. "dulunya. Dan aku terlahir menjadi orang yang paling tidak beruntung di dunia ini. Aku yatim piatu sejak lahir karena orang tuaku dibakar karena mereka dituduh sebagai penyihir."

Aku tidak peduli. Apa ia merasa aku harus mengasihaninya? Well, lihat siapa yang bicara.

Aku memutar bola mataku dan mengendus sinis. "Aku tidak peduli, sebenarnya. Kurasa aku tidak mau mendengar lanjutan dari cerita sedihmu itu. Kau pernah merasa menderita dan sekarang kau membuat diriku menderita, seharusnya kau tahu betapa menderitanya aku!"

Aku maju menyambar pergelangan tangan Factorem. Ia langsung memelototiku.

"Aku tahu apa kau," dia berusaha melepaskan cengkeramanku namun tidak akan kubiarkan. "Kau adalah makhluk yang lebih menyedihkan dariku, karena bahkan kau tidak bisa bahagia jika tanpaku."

Aku mencengkeram tangan Factorem sangat kencang hingga aku bisa merasakan kukuku menancap ke dagingnya. Tapi aku tidak peduli, toh ini yang sangat ingin kulakukan sejak tadi.

"Kau bukanlah siapa-siapa. Setidaknya aku pernah bahagia tanpa harus membuat orang lain menderita." Ujarku dan dengan itu ia melepaskan cengkeramanku dengan susah payah.

Ia terlihat sangat marah dan kuyakin sekali bahwa dia terlihat ketakutan walaupun hanya sebentar saja karena ia langsung membalasku.

"Dengar! Aku akan membuatmu lebih menderita dan lelaki yang ada di hutan itu yang menjadi taruhannya!" Ia mengacungkan jarinya kearahku dan aku langsung meledak. Kudorong ia hingga menabrak rak dibelakangnya. Kudengar dengan samar bahwa penjaga kasir tadi meneriakkan sesuatu tapi aku tidak peduli.

Aku meninju Factorem dengan keras dan aku bangga dengan diriku karena pukulan pertamaku lumayan membuat dirinya terhuyung. Dia bisa membuatku menderita namun tidak dengan Aiden.

Factorem tertawa keras hingga terdengar menyakitkan ditelingaku. "Hahaha! Kau kira aku akan kalah? Kau sangat bisa ditaklukkan. Dan kau ingin taruhan siapa yang akan lebih cepat menghampiri Aiden?"

Aku hampir saja meninjunya lagi namun ia hilang begitu saja dihadapanku bersamaan dengan penjaga kasir yang memarahiku karena membuat tempatnya berantakan.

Aku langsung berlari keluar dan menyeberangi jalan tanpa melihat keadaan sekitar. Dan ketika hampir saja aku menginjakkan kakiku kearah hutan, sebuah mobil menghantam tubuhku dan membuatku terkapar ke jalanan.

Dan terakhir yang kuingat adalah Aiden yang ditangkap Factorem sebelum semuanya menjadi gelap.

***

Aku terbangun dengan keadaan was-was dan menatap langit putih yang berwarna putih dan lampu yang terlalu terang hingga membuat kepalaku sakit

"Dimana aku? Oh tidak, aku ada di rumah sakit. Bagaimana dengan Aiden?" Ujarku kepada diriku sendiri.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi! Aiden Aiden Aiden! Kumohon jangan sampai Factorem menangkapnya, pintaku dalam hati.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang