36. Never Ending

3.1K 208 17
                                    

A/N: this last chapter will be so looonng, so prepare your self. Dan abis ini masih ada epilog. Enjoy :)


***

"Aku tidak pernah percaya akan akhir yang bahagia, karena itu semua hanya karangan untuk mempercantik dunia yang kelam ini."

***

Aku turun dari mobil Tyler.

Sekarang kami sudah sampai di tempat Factorem berada. Tempat ini seperti perkampungan yang sudah lama ditinggalkan oleh warganya. Dengan dipenuhi pepohonan oak yang menjulang dan ada lonceng disalah satu pohonnya, persis seperti apa yang kulihat dalam penglihatanku.

"Lisa, kita harus berpencar," kata Tyler kepadaku. "kau harus menemukan Aiden dan bawa dia pergi dari sini. Aku akan memancing perhatian Factorem dan setelah Aiden aman aku akan menusukkan pasak ini ke jantungnya pukul dua malam tepat." Ia menunjukkan pasak yang ia taruh di dalam saku jaketnya.

"Kemudian kau tahu apa yang harus kau lakukan," lanjutnya. " lihat baik-baik arlojimu supaya kutukan itu benar-benar bisa terlepas darimu. Kau tahu jika pasak itu tidak ditusukkan dalam waktu yang bersamaan maka itu tidak akan bekerja. Setiap detikmu berharga." Aku mengangguk.

Aku harus membawa Aiden keluar dari sini lalu setelah itu aku akan menunggu hingga pukul dua tepat untuk menusukkan pasak ke jantungku sendiri. Dan berharap setelah itu semua ini benar-benar selesai.

Kuharap.

Setelah itu kami langsung berpencar. Tyler pergi ke arah timur dan aku sebaliknya.

Akhirnya setelah sekian lama aku bisa merasakan perasaan cemas yang memenuhi diriku. Aku sangat cemas jika Aiden terluka atau Tyler yang tidak bisa tepat waktu menusukkan pasak itu ke jantung Factorem.

Lalu aku bertanya-tanya, apakah aku cemas pada diriku sendiri? Ini mungkin benar-benar bisa menjadi akhir dari kehidupanku selamanya. Tetapi aku tahu aku tidak perlu cemas akan hal itu. Karena aku sudah melewati saat-saat terakhir yang bahagia.

Mempunyai teman, bercerita tentang gosip murahan bersama Cassie, dan merasakan apa yang orang sebut sebagai jatuh cinta. Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah merasakan cinta karena kutukanku, tapi aku yakin apa yang kurasakan akhir-akhir ini adalah cinta. Terutama jika aku mengingat Aiden.

Aku tahu ini terdengar seperti cerita romansa murahan jika aku yang menyebutnya. Tapi pernahkah kau merasakan dimana napasmu terhenti sesaat ketika melihat seseorang itu tersenyum kepadamu? Itulah yang kurasakan kepada Aiden.

Pikiranku langsung terkosentrasi lagi setelah aku melihat rumah besar yang sudah dipenuhi banyak sekali tumbuhan berjalar. Dan ada Factorem yang sedang duduk di kursi goyang reyot disana.

Aku langsung merunduk di dalam semak-semak. Sekarang pukul satu lewat tiga menit ketika kulihat arlojiku. Aku hanya tinggal menunggu tanda pengalih perhatian dari Tyler.

Aku melihat ada kobaran api yang sangat besar tepat berada di seberangku. Itu dia! Itu dia tanda dari Tyler.

Factorem bangkit dari kursi goyang reyotnya dan terlihat langsung siaga untuk apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kumohon kumohon kumohon! Semoga Factorem segera pergi dari situ untuk sementara waktu, supaya aku bisa mengeluarkan Aiden dari sana, harapku dalam hati.

"Sekali ini saja, ya tuhan! Bantu aku dan jangan kau kutuk aku lagi," gumamku.

Kuharap Aiden baik-baik saja di dalam sana. Aku bahkan bisa membayangkan wajahnya yang rupawan disakiti oleh Factorem, dan itu membuatku tiba-tiba sangat marah.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang