Chapter: 3

169 45 2
                                    

Begitu mendengar suara bel pulang sekolah, Alexia bangkit dari duduknya. Ia berjalan tertatih dan memastikan suasana di koridor sepi. Alexia tidak mau ada yang memergokinya, termasuk guru. Itu akan memperumit keadaannya saja.

Setelah memastikan suasana, Alexia segera berjalan hingga ia keluar pintu gerbang dengan perasaan lega.

Alexia melanjutkan jalannya lagi, masih dengan langkah yang tertatih. Hingga ada yang menghalangi jalannya dengan cara menjegal kakinya.

Alexia terjatuh. Darah merembes keluar dari kedua lututnya. Kini, kakinya sakit semua. Belum lagi luka yang ditorehkan Eleanor dan para pengikutnya.

"Wah, si gembel ini ternyata mau minta uang?"

Alexia mendongak, ia mendapati Eleanor dan dua pengikutnya.

Eleanor merogoh saku roknya, ia mengeluarkan uang receh. Lalu melemparnya di hadapan Alexia.

"Tuh, aku kasih uang. Ambil saja, lagi pula aku kasihan dengan gembel sepertimu," Eleanor tersenyum sinis. Ia membalikkan badannya hendak pergi. Tapi sebelum pergi, Eleanor meludahi Alexia tepat di kepalanya.

"Daah, gembel. Semoga besok menjadi pembantu yang lebih berguna." Eleanor pergi dengan melambaikan tangan, disusul oleh kedua temannya.

Alexia mengepalkan tangan dan menggigit bibirnya yang berwarna pink, berusaha untuk tidak mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya. Setidaknya ia harus bersabar hingga datangnya keajaiban.

Alexia bangkit dengan susah payah. Darah sudah mewarnai kaki jenjangnya yang putih. Ditambah lagi luka lebam di kakinya. Alexia meringis, menahan semua rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Tendangan yang ditorehkan Annelyn juga semakin terasa.

Entah apa salahnya sampai Eleanor suka membullynya. Saat pertama masuk sekolah, Alexia tidak pernah melakukan hal-hal yang ceroboh. Apalagi saat itu Alexia tidak mengenal Eleanor.

Alexia tersadar dari lamunannya, segera ia langkahkan kakinya dengan tertatih--menuju rumahnya.

********

"Aw...," jerit Alexia kesakitan. Saat ini, ia sedang membersihkan lukanya dengan air dan sabun. Setelah membersihkan lukanya, Alexia memakai obat antiseptik.

Luka yang menghiasi tubuh Alexia cukup parah. Apalagi lebam yang ada di perutnya. Sepertinya ia tidak bisa makan hari ini.

Alexia duduk termenung di bawah pohon yang ada di belakang rumahnya. Angin sepoi pun membelai wajahnya yang putih mulus. Merasa bosan, Alexia mengambil ranting kayu dan mengorek tanah.

Sesuatu yang keras menghambat penggalian tanahnya. Alexia berpikir bahwa benda yang keras itu adalah batu. Tetapi karena terkena sinar matahari, benda itu memantulkan cahaya yang membuat matanya silau. Karena penasaran, Alexia terus menggali tanah dan mendapati sebuah buku tua.

Alexia terheran, bagaimana bisa sebuah buku yang didapatinya terkubur di taman belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alexia terheran, bagaimana bisa sebuah buku yang didapatinya terkubur di taman belakang rumahnya. Akhirnya, ia masuk ke dalam rumah dan ingin memeriksa isi di dalam buku itu.

TBC

***

Entah kenapa, menurutku ceritanya lama-lama makin gaje.

Maaf lama update, saya juga punya kesibukan di dunia nyata. Apalagi nguras ide dari otak untuk menyelesaikan chapter ini. Sampai di sini dulu...

Vote and koment...

Salam hangat,

Suvina_chocochip 💗💘



[AFS #1] Miracle Of The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang