Alexia menundukkan kepalanya takut. Tidak berani menolehkan kepalanya ke depan sana. Bahkan ia tak bergeming sedikit pun.
Bunyi langkah kaki akhirnya memecah keheningan di ruangan itu. Alexia berfirasat bahwa pria berambut hitam yang berkemungkinan raja itu berjalan mendekatinya. Dan benar saja, dua pasang sepatu berwarna hitam berhenti di hadapannya. Alexia masih menundukkan kepala, memperhatikan sepasang sepatu hitam itu. Ia masih belum mempunyai nyali untuk melihat rupa wajah makhluk di depannya.
"Apakah kau, Clarissa Alexia Loxern?" Tanya suara bariton itu.
Sesaat tubuh Alexia menegang. Ia menyerapi kata-kata yang diucapkan pria di depannya. Clarissa Alexia Loxern, itu memang namanya. Tapi nama marganya bukanlah Loxern, melainkan Royce. Ini aneh, bagaimana pria di depannya bisa tahu namanya? Sedangkan ia saja tidak mengenali pria ini. Semuanya terasa sangat aneh saat pertama kali Alexia menemukan buku itu.
"Namaku Clarissa Alexia Royce, bukan Clarissa Alexia Loxern." Koreksi Alexia tak suka. Bahkan tanpa sadar ia sudah mengangkat wajahnya dan menatap rupa wajah pria rupawan bak dewa yunani yang di depannya.
Alexia sempat terpaku dengan wajah rupawan itu hingga ia tersadar ketika suara tawa yang bagaikan sebuah melodi menggema di seluruh ruangan. Pria di depannya tertawa yang menurut Alexia sungguh menyebalkan.
"Kau sangat mirip dengan ayahmu,"ujar pria itu, masih belum menghentikan tawanya.
Kening Alexia mengerut. 'Ayah? Pria ini mengenal ayahku? Bagaimana bisa? Apa dia teman ayah?'
"Kau mengenal ayahku?" tanya Alexia menyuarakan batinnya.
"Ya."
Alexia terdiam. Masih belum mempercayai pria di depannya. Mata hazelnya menubruk manik merah ruby pria itu. Mencari kebohongan di dalam sana. Tapi sepertinya mata itu memancarkan kebenaran.
"Ah, mungkin kau bingung dengan semua ini. Namaku William James Squarer. Panggil aku Raja William. Aku teman seperjuangan ayahmu dan aku adalah raja di sini," Pria yang bernama William itu memperkenalkan dirinya. Alexia sedikit membungkukkan badannya sekedar memberikan hormat.
"Tapi, bolehkah saya bertanya? Tempat apa ini?" tanya Alexia sedikit merasa canggung.
"Mungkin kau tidak akan percaya dengan yang kuucapkan. Tapi kau berada di dunia immortal. Manusia biasa menyebutnya dunia fantasi. Tempat dimana berkumpulnya makhluk mitos berada. Dan kau bukanlah manusia melainkan kitsune. Apa kau bisa sampai ke sini berkat buku yang terkubur di halaman belakang rumahmu?"
Alexia sedikit terkejut mendengar tebakan yang keluar dari mulut Raja William. "Ba-bagaimana anda bisa tahu bahwa ada buku di halaman rumahku? Dan apa maksud anda bahwa aku bukan manusia melainkan kitsune?"
Raja William menghela nafas lalu menatap Alexia dalam. "Berapa umurmu?"
"Tujuh belas."
Raja William mengangguk- anggukan kepalanya, membuat Alexia sedikit bingung dengan sikap Raja William.
"Baiklah kalau begitu, mungkin kau sedikit letih akibat menuju ke istana ini. Istirahatlah, aku akan menjelaskannya padamu setelah makan malam tiba. Para pelayan istana akan menunjukkan kamarmu,"ujar Raja William.
Alexia menganggukkan kepalanya kaku, lalu memberikan hormat sebelum ia di pandu oleh para pelayan istana.
Alexia memperhatikan sekelilingnya lagi. Melihat benda-benda mewah yang bagaikan candu memanjakan matanya. Saking terkesimanya, ia bahkan tak sadar sudah sampai di tujuan. Bahkan Alexia melongo melihat kamarnya. Tidak menyangka bahwa ada kamar yang mungkin seluas rumahnya. Tidak, mungkin lebih luas dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AFS #1] Miracle Of The Fantasy World
FantasíaAmazing Fantasy Series 1 [Fantasy & (minor) romance] *** Apakah kalian percaya dengan makhluk mitos? Aku mempercayainya. Sebab... Kejadian yang tak masuk di akal itu, aku sendiri yang mengalaminya. *** Alexia tidak pernah menyangka hidupnya jungkir...