Anggap aja mulmed di atas itu Aiden dan Ruu, anjing bulat kesayangan abang ganteng kita 😁.
Happy Reading...
***
Pagi pun menjelang. Aku masih setia dengan tumpukan buku-buku yang berada di depanku. Bagi orang awam rutinitasku pasti membosankan di mata mereka. Tapi tidak denganku, menurutku membaca buku itu menyenangkan, yah walaupun aku sudah ribuan kali membaca buku yang sama. Tidak hanya menambah ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk mengalihkan masa lalu yang kelam itu.
Aku menggelengkan kepala. Ck, kenapa lagi aku mengingat memori terkutuk itu.
Aku menutup buku di tanganku lalu berjalan menuju balkon. Angin di pagi hari serasa menampar wajahku dengan lembut. Tiba-tiba ingatanku melayang kembali ke masa lalu itu.
***
Flashback on...Aku menatap gadis kecil di depanku yang mempunyai surai berwarna pink, yang tak lain adalah Elly. Tunangan sekaligus orang yang kucintai. Umurnya masih dua belas tahun, sedangkan aku enam belas tahun. Hanya empat tahun jarak di antara umur kami.
Saat ini kami berada di padang bunga. Sedangkan gadis di depanku ini merangkai bunga dengan serius. Tangannya yang kecil itu sangat telaten dan lincah dalam merangkai bunga.
"Sudah selesai!" Soraknya bahagia. Tanpa sadar aku pun ikut tersenyum melihatnya.
"Aiden, Aiden, lihat ini! Bagus tidak?" Tanyanya dengan ekspresi polosnya.
Spontan aku pun mengangguk mengiyakan.
Ia menaruh rangkaian bunga itu di atas kepalaku. "Pft, hahaha! Astaga, Aiden, kau cantik sekali!" Tawanya meledak.
Aku mengambil salah satu bunga yang berada di kepalaku, lalu menyelipkan bunga itu di telinganya. Seketika ia berhenti tertawa.
"Kau pun juga cantik," pujiku sembari mengelus pipinya yang lembut. Seketika wajahnya memerah padam. Aku berdiri dari duduk lalu mengulurkan tangan padanya. "Ayo pulang."
Ia langsung menerima uluran tanganku.
Di sepanjang perjalanan ia masih saja mengoceh tidak jelas, tidak bisa diam. Sesekali aku menanggapinya dengan gumaman.
Sesampainya kami di pedesaan, pemandangan yang tak mengenakkan menyambut kedatangan kami. Rumah-rumah penduduk di telan oleh lidah api, sedangkan orang-orang berlari tanpa arah seperti kerumunan lebah. Di samping itu, monster-monster klan Gloria membabat satu persatu para penduduk. Darah berceceran di mana-mana, teriakan pilu para penduduk bagaikan nyanyian kematian di neraka.
Spontan aku menutup mata Elly dan menyeretnya menjauh dari tempat itu. Aku membawanya ke tempat padang bunga tadi.
"Elly, kumohon tunggu di sini sebentar. Aku tak akan lama," kataku sembari menatap matanya lekat-lekat.
"Ta-tapi..."
"Kumohon, tunggulah sebentar dan jangan kemana-mana. Oke? Aku akan segera kembali."
Aku mengecup kening kepalanya agar dia tenang. Lalu aku pergi meninggalkannya dengan kekuatan kitsuneku. Saat ini tujuanku hanyalah kembali ke kerajaan untuk menemui Raja Leovando.
Setibanya aku disana, keadaan tak berbeda jauh dengan desa para penduduk. Para ksatria kelas atas maupun kelas bawah juga bertarung melawan para monster itu. Terkadang aku juga menebas para monster yang menghalangi jalanku untuk masuk ke dalam istana. Aku menggunakan jalur bawah tanah agar lebih cepat masuk ke dalam istana tanpa ketahuan oleh monster-monster itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AFS #1] Miracle Of The Fantasy World
FantasyAmazing Fantasy Series 1 [Fantasy & (minor) romance] *** Apakah kalian percaya dengan makhluk mitos? Aku mempercayainya. Sebab... Kejadian yang tak masuk di akal itu, aku sendiri yang mengalaminya. *** Alexia tidak pernah menyangka hidupnya jungkir...