Chapter 10 - Sadako!

1.1K 54 12
                                    

Chapter 10 - Sadako?

***

'Tapi sekarang aku ingin punya ibu baru'

'Aku sudah punya calon. Dia jauh lebih cantik dari mereka semua dan aku menginginkannya jadi ibuku'

'Dia sangat cocok dengan Daddy'

'Matanya mirip dengan Mommy. Aku rasa dia juga akan sebaik Mommy'

'Tante Theresia baik sekali'

'Tadi kami pergi ke mall'

'Dia membelikanku apapun yang aku mau'

Ucapan penuh kebahagiaan itu berputar-putar di kepalaku. Air mataku entah bagaimana sudah menetes banyak sekali. Aku tersenyum miris. Aku sudah tahu sekarang!

“Mungkin 'Dia' yang di maksud Jord” kataku lirih. Penuh kepedihan. Sakit sekali mengatakannya.

“Anne. Aku bertunangan dengan Theresia sebelum bertemu denganmu. Kami terpaksa melakukannya. Aku hanya menganggapnya sebagai adikku sendiri. Kami melakukan itu hanya agar Mom Pattie dan Mom Jane berhenti meminta agar kami segera menikah. Itu saja.” Justin mengguncang-guncang bahuku.

Aku masih terdiam dengan tatapan kosong. Aku tidak menyalahkan Justin tentang ini. Dia bukan seorang yang memaksaku agar mencintainya dan pada akhirnya dia menghianatiku juga. Bukan! Bukan seperti itu keadaannya.

Aku mencintainya, dan itu kemauanku sendiri. Jikapun Justin bilang dia juga mencintaiku. Itu aku anggap seperti 'aku hanya sedang bermimpi'. Dan jika aku tersakiti dengan kenyataan bahwa aku harus sadar diri. Itu bukan salahnya. Benar-benar bukan salahnya.

“Aku mengerti” kataku lirih. Aku mencoba tersenyum walau rasanya perih.

Justin menggeram. “Tolong jangan bicara seperti itu. Kau benar-benar menakutiku! Jangan berpikiran sok tergar untuk berusaha mengorbankan semua kebahagiaanmu.”

Aku mendongak, menatapnya tidak mengerti. “Memang apa yang kau tahu tentang apa yang sedang aku pikirkan saat ini?” tanyaku tenang.

Justin memandangku ragu. “Kau ingin mengalah pada keadaan? Menyerah? Kabur? Pergi meninggalkan semua yang ada disini? Melupakanku? Melupakan Jord? Melupakan kami?” ungkap Justin tidak terkontrol.

Aku terkekeh pelan. “Bodoh!” makiku geli. Dia benar-benar terlalu banyak menonton film telenovela.

“Kenapa kau tertawa?” Justin menyerngit heran.

“Sudah berapa banyak film menjijikan yang kau tonton?” kataku sarkastis.

“Maksudmu 'Blue film'?” dia menyerngit bingung tak mengerti artian 'menjijikan' yang aku maksud.

Wajahku langsung memerah sebal mendengar kata vulgarnya.

“Dasar bodoh!” aku memukul pundaknya kesal. Dia justru tersenyum dan menarik tubuhku ke dalam pelukannya.

“Kau tidak berpikir seperti itu kan? Kau tidak akan meninggalkanku dan Jord?” tanya Justin menuntut.

“Aku tidak tahu.” kataku lirih. Aku rasanya benar-benar ingin menyerah. Tapi aku tidak bisa meninggalkan mereka.

“Jangan menyerah Annabella! Perjuangkan kami! Semangat!” kata Justin menggebu-gebu--memberilu suport yang terdengar begitu janggal di telingaku.

Aku langsung mengkerutkan dahiku aneh dan melepaskan dekapannya dengan kasar. “Kenapa hanya aku saja yang harus susah payah disini?” kataku tak terima.

Please Be My Baby (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang