Marriage Life

24. Shopping With Baby

Sakura dan Sasuke menatap kardus-kardus dan juga koper-koper besar mereka yang sudah di packing serapi mungkin oleh pasangan suami isti tersebut. Tidak lama lagi -- tepatnya besok -- mereka akan pindah ke rumah mereka yang baru.

Hari ini Sasuke sudah resmi berhenti bekerja dari agency perumahan, tapi dia juga tidak langsung memulai bekerja di kantor barunya, dia sudah bernegosiasi dengan kakeknya bahwa dia masih ingin meminta libur barang satu minggu untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Dia bilang pada Madara bahwa ingin menemani Sanosuke menghabiskan liburan kelulusan sekolahnya juga membantu Sanosuke mencari sekolah baru -- jenjang sekolah yang lebih tinggi tentunya.

Hari libur pertamanya dia habiskan bersama Sakura untuk membereskan semua barang yang perlu dibawa ke rumah baru mereka. Sesuai kesepakatan antara Sasuke dan Sakura mereka memutuskan agar apartemen mereka ini tidak jual, bagi keduanya apartemen ini merupakan awal dari semuanya, awal dari hidup rumah tangga mereka dari yang tidak memiliki apa-apa sampai sekarang proses dan waktu membawa Sasuke menjadi pemilik utama sebuah perusahaan jual beli kapal terkenal diseluruh kota. Segala kenangan mereka ada disini, jadi wajar jika tak semudah membalik telapak tangan mereka melepaskan bangunan yang sudah mereka tempati beberapa bulan bersama itu.

Jika boleh jujur, Sasuke dan Sakura tidak pernah membayangkan hidup rumah tangga mereka akan berjalan seperti ini. Yang ada dalam benak mereka dulu ketika memutuskan untuk menikah adalah hanya memulai hidup bersama, apapun resiko dan konsekuensinya -- entah itu menyenangkan atau tidak -- sudah disepakati akan dilalui bersama.

Dalam bayangan mereka tidak pernah sekali pun mereka membayangkan akan menjadi seperti sekarang, memiliki Sanosuke dan calon anak kedua mereka. Tidak pernah membayangkan akan memiliki rumah besar atau bahkan menjadi pemilik perusahaan. Bagi keduanya hidup mereka yang sekarang benar-benar hadiah manis dari Tuhan yang tidak pernah mereka duga dan bayangkan sama sekali.

Kadang Sakura berpikir betapa Tuhan terlalu baik pada dirinya sampai-sampai mempertemukan kembali Sasuke dengan dirinya setelah 3 tahun mereka tidak berhubungan sama sekali. Tuhan bukan hanya sekedar mempertemukan, Tuhan bahkan dengan sangat murah hati menyatukan lagi dua kepingan hati yang saling terpisah itu. Menjadikan kepingan-kepingan itu menjadi satu kesatuan yang tidak mampu dipisahkan oleh apapun lagi kecuali oleh kematian.

Sasuke juga tak menyangka bahwa wanita yang dulunya begitu manja padanya ini ternyata begitu luar biasa dan bisa diajak berbagi beban dengan Sasuke. Dia tidak mengira bahwa Sakura lebih bijaksana dan lebih kuat dari pada dirinya. Entahlah, Tuhan begitu mengesankan dalam hal menjodohkan mereka. Seolah-olah memang Sasuke diciptakan dengan segala kekurangannya untuk disempurnakan oleh kelebihan Sakura, dan Sakura diciptakan dengan segala kekurangannya untuk disempurnakan oleh Sasuke.

Keduanya tak habis pikir bagaimana detailnya Tuhan menciptakan mereka -- yang nyatanya hidup untuk saling melengkapi satu sama lain -- saat masih dalam perut Mebuki dan Mikoto dahulu. Tapi yang mereka tau, apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam hidup mereka begitu sempurna dan seolah tiada catat sama sekali.

"Sasuke-kun." Sasuke menoleh pada Sakura yang tiba-tiba berubah begitu manis dengan mengusap-usap lengan atas Sasuke.

Perasaan tidak enak mulai menjalari hati Sasuke. Instingnya sebagai seorang suami sudah mulai lebih peka sekarang. Perubahan sikap Sakura selama hamil, moodswing yang dialami sang istri selama hamil, semuanya sudah mulai terbiasa bagi Sasuke. "Apa?"

Sakura tersenyum lebar sekali, sampai Sasuke silau dengan gigi-gigi putihnya. "Ayo kita jalan-jalan."

Sasuke berjengit kaget, aneh sekali wanita ini? Bahkan untuk membawa beban tubuhnya sendiri saja dia kesulitan dan sekarang malah aneh-aneh minta jalan-jalan? Yang benar saja, yang ada Sasuke kerepotan sendiri dengan wanita ini kalau sudah mengeluh lelah.