7. You Hurt Me

30.3K 1.3K 136
                                    

Senyum menawan Sasuke tak henti mengembang di bibirnya, ia tak merasa bersalah sama sekali pada perempuan-perempuan yang tadi dilaluinya, seolah tak peduli bahwa mereka sudah hampir pingsan karena melihat wajah tampan dan menawan Sasuke.

Sasuke terlihat makin mempesona dengan adanya satu buket mawar pink yang sejak tadi di gendongnya di lengan kiri. Semua perempuan pasti akan iri pada seseorang yang beruntung mendapat buket cantik itu dari pria setampan Sasuke.

Semenjak pulang dari Ame – tepatnya setelah berhasil menjadikan Sakura wanita seutuhnya – Sasuke gampang sekali berbunga-bunga layaknya remaja usia 17 tahun yang baru pertama jatuh cinta. Semenjak hari itu perasaan cinta Sasuke pada Sakura makin meningkat berkali-kali lipat, jika hanya diungkapkan melalui kata-kata tak akan cukup bahkan diungkapkan melalui tindakan manis pun rasanya masih kurang. Sasuke benar-benar jadi seperti remaja labil yang baru memasuki masa puber.

Seperti biasa dia tak pernuh mengetuk pintu atau menekan bel untuk masuk ke dalam apartemen, cukup dengan menekan pin dan pintu akan dibukanya sendiri.

"Sakura! Aku pulang!" Panggil Sasuke seperti biasanya ketika tubuhnya baru masuk ke apartemen mereka.

"Sakura?" Panggil Sasuke lagi saat tidak mendapat jawaban, dia melepas sepatu dan kaos kakinya meletakkan di rak yang terletak di dekat pintu, kemudian melangkah makin dalam tanpa ada penyambutan dari Sakura seperti hari-hari lalu.

Sekali lagi Sasuke memanggil sang istri namun lidahnya berubah kelu saat melihat Sakura duduk di ruang tamu apartemen mereka bersama dua orang dewasa dan satu anak laki-laki dengan air mata berurai, bahunya bergetar dan isakan-isakan kecil lolos dari bibir merah muda Sakura.

"Hey, kau kenapa?" Sasuke panik dan melupakan mawar pink yang tadi dibawanya begitu saja setelah melihat Sakura menangis. Dia mengabaikan dua orang yang mencoba memanggilnya dan berjongkok di depan Sakura. Sasuke meraih dagu Sakura memaksa istri merah jambunya itu untuk menghadap padanya. "Kenapa?"

"Sas—hiks—Sasuke.."

"Ya, ini aku. Ada apa?" Tanya Sasuke dengan menangkup pipi Sakura menggunakan dua tangannya.

"A-aku hiks, aku kecewa." Lirih Sakura, dengan lembut ia menurunkan tangan Sasuke dari pipinya dan memilih untuk meninggalkan ruang tamu. Meninggalkan Sasuke yang menyimpan tanda tanya besar tentang sikap Sakura.

Sakura melangkah tenang ke dalam kamar mereka masih dengan bahu bergetar, wanita berambut pink itu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu rapat-rapat tanpa lupa mengunci pintu kayu tersebut. Dia benar-benar butuh berpikir sendirian untuk saat ini.

Kenapa? Hanya itu yang ada di otak Sasuke saat ini. Baru beberapa menit yang lalu dia mendengar semangat Sakura melalui telepon dan sekarang Sakura berubah menjadi seperti ini.

Sasuke berbalik menghadap dua orang dewasa yang seolah sedang menunggu Sasuke untuk mendengar penjelasan mereka.

"Jelaskan." Perintah Sasuke pada dua orang yang tidak di kenalnya. Nada dingin dan menusuk kentara sekali dalam ucapan Sasuke.

"Sasuke, ku harap kau masih ingat aku. Aku Konan, sahabat Karin." Alis Sasuke bertaut saat mendengar nama Karin disebut. Kenapa hidupnya seolah tak lepas dari nama Karin sepupu Naruto yang menggilainya seperti orang sakit jiwa?

"Sejujurnya aku tak tahu kau siapa, tapi aku tau Karin. Dia sepupu Naruto."

"Tak masalah jika kau tak ingat aku, karena memang kita hanya pernah beberapa kali bertemu. Aku kesini untuk mengantar anakmu."

Sasuke bagai tersambar petir di siang bolong saat Konan menyebut dia kemari untuk mengantar anak Sasuke. "Kau gila? Bahkan aku dan Sakura baru menikah."

Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang