Mungkin ini lebih baik dari pada part sebelumnya
"Kin, ntar malem ada acara nggak ?", tanya Galen yang kebetulan bertemu saat di kantin.
"Enggak. Diruma aja sih. Kenapa ?", jawabku.
"Enggak sih, mau ke rumah lu aja ntar malem. Rencana sih sama Driel sama Alan. Biasa nebeng wiffi", Galen tampak tersenyum simpul di akhirnya.
"Ke rumah aja nggak papa. Ntar gue juga di rumah", ucapku lalu pegi meninggalkan Galen yang kini membawa semangkuk soto ayam.
📌📌📌
"Kin, kok lama-lama lu jadi deket sama Galen lagi. Ada rencana buat balikan ?", ujar Dea yang sudah berada di hadapanku.
"Siapa juga mau balikan, gue sama dia itu ya cuma temen. He is my boy friend makek spasi", sahutku penuh penakanan.
"Ya.. Abis makin lama makin deket. Inget lu pernah mau balikan sama dia tahun lalu. Cuma gagal gegara lu lebih milih sama Naga. Padal si Galen udah putus sama pacarnya. Nggak kasian lu ?", terang Nindi yang datang dan mengambil posisi di sebelahku.
"Ini pada ngapain jadi ngerubungi gue. Orang bener-bener nggak ada apa-apa", ucapku meyakinkan.
"Gini Lo, Kin. Maksud kita jangan terlalu deket juga sama Galen. Gue kasiannya lu dikira nikung adek kelas lagi. Udah sering kan lu dituduh kaya gitu. Emang nggak capek. Ya gue tau lo bukan maksud mau nikung karna itu emang murni temen-temen deket lo. Salah sendiri juga sih punya temen cowok famous sama ganteng semua. Mantan juga gitu. Mana deket lagi. Gue cuma kasian sama lu aja", jelas Nindi panjang.
"I know. But i just friend. Not friend zone atau zone-zone yang lain. Gue murni nggak ada hubungan hati sama dia", sahutku.
"Yaudah iya. Lagian gue cuma ngingetin doang kok", perkataan Nindi cukup meredam emosiku.
Gue emang anak perempuan yang punya banyak teman laki-laki. Alasannya karena gue nggak mau banyak drama dalam hidup.Yang kedua laki-laki itu lebih kuat dari pada gue, jadi gue butuh mereka untuk menenangkanku saat orang lain memaki diriku. Kalau persahabatan antar laki-laki dan perempuan tak ada yang tulus mungkin 50% benar. Karena aku sudah jatuh cinta pada sahabatku sendiri sebanyak 4 kali. Salah satunya Galen. Aku dekat dengannya sudah sejak sekolah dasar. Hingga ada rasa saat aku beranjak di sekolah menengah. Hingga akhirnya aku berakhir karena hpku yang dibajak. Cukup dengan kata "what ever", aku tahu aku harus mundur.
📌📌📌
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit lalu. Aku masih terpaku di gerbang sembari menunggu Oliv yang tadi mengajakku untuk pergi mencari secangkir coklat hangat. Hari ini hujan memang turun tapi sekarang hanya gerimis tipis dan itu salah satu alasanku menginginkan coklat panas.
Kulirik jam tanganku dan kudapati sudah setegah jam aku menunggu. Pantas jika sekolah semakin sepi. Aku masih setia berada di gerbang menunggu kedatangan Oliv. Hingga akhirnya hujan deras kembali turun. Aku memincingkan mata hingga kudapati di jalan terlihat Oliv berboncengan dengan pacarnya.
"Mungkin dia lupa", gumamku pelan.
Kupepetkan diriku di tembok pos satpam agar tak teguyur air hujan. Walaupun cipratan-cipratan masih dapat kurasakan. Setidaknya itu lebih baik. Sialnya ponselku mati dan aku tak membawa payung atau mantol untuk pulang.
Aku menunggu hujan reda dengan pikiran yang masih melayang pada kelakuan Oliv. Aku tak menyalahkannya. Mungkin dia membatalkan janji saat ponselku matu. Ya. Itu kesalahnku. Coklat hangat yang seharusnya sudah bisa kunikmati kini tak lagi bisa kudapatkan."Kenapa semakin deras sih", gerutuku.
"Nggak bawa mantol atau payung, Kin ?", suara yang familiar di telingaku tiba-tiba saja bersumber di kanan badan.