Chapter 4: Suprising Night

517 83 2
                                    

Telepon genggam [Name] yang tidak berhenti bergetar membangunkannya dari tidur sejenaknya. Bel apartemen pun secara konstan tetap berbunyi menyebabkan kelopak matanya yang masih lemah, akhirnya terbuka lebar. Telepon dijawabnya terlebih dahulu seraya dia beranjak untuk membukakan pintu.

×Kuroo Tetsurou X Reader×

Mata terbelalak dan wajah memerah menghiasi ekspresi wajah [Name]. Pintu utama masih menganga menampilkan sosok seorang laki-laki yang sama yang meneleponnya saat ini. Telepon genggam [Name] dipegangnya erat di samping pinggulnya—masih tersambung di jaringan.

"S-Silakan mas—Tidak! Diam di sana!" [Name] menutup pintunya cepat, secepat dia berubah pikiran.

Masa aku berpenampilan seperti ini, batin [Name] sambil menunduk guna melihat kaus merah muda bergambar es krim yang sedang dikenakannya.

"Hei, kau tidak membiarkan aku masuk?" tanya Kuroo dengan nada miris, di balik pintu.

"S-Sebentar saja! Tolong diam di luar dan jangan pergi!" ucap [Name] panik.

Secepat mungkin kakinya dilangkahkan ke kamar mandi untuk sekadar mencuci muka dan menggosok gigi. Digantinya pakaian rumah dengan dress untuk pergi. Selagi menyisiri rambut, [Name] menyesali memori ingatannya yang selalu bertahan dalam jangka pendek.

"Silakan masuk!" ucap [Name] begitu membukakan pintu utama untuk Kuroo.

"Iya, terima kasih," balasnya dengan hawa suram yang mengelilingi dirinya.

[Name] yang sedikit takut kalau Kuroo akan marah, membungkukkan badannya sedikit seraya berkata, "M-Maaf, aku tidak ingat soal—"

Ucapannya terhenti selagi [Name] menatap sebuah tangan yang meraih puncak kepalanya, mengelusnya dengan lembut. Benar-benar respons yang diluar dugaan.

"Tidak apa-apa. Ayo, berangkat," ucap Kuroo dengan senyum sekilas.

Kuroo meninggalkan [Name] yang diam mematung, perempuan itu meraih puncak kepalanya sendiri untuk memastikan kejadian tadi bukanlah sebuah khayalan belaka.

"[Name]? Masih kaget, ya?" tanya sebuah suara membuat [Name] tersadar dari lamunannya, seketika kembali memerah.

Diraihnya tas selempangnya, lalu dikuncinya pintu apartemen. Kakinya mengejar Kuroo yang sudah menekan tombol lift agar lift tersebut bergerak dari tempat asalnya ke lantai tempat mereka berada.

[Name] menatap wajah Kuroo, kemudian bertanya, "Kita mau kemana?"

"Aku sebenarnya berniat mengajakmu jalan-jalan ke taman atau ke danau," ucapnya memberi jeda untuk berpikir. "tetapi, karena sudah pukul delapan kurang sepuluh menit. Kita main saja, bagaimana?"

Dianggukkan kepalanya dengan antusias, tidak sadar [Name] memeluk lengan Kuroo karena terlalu senang. Pada dasarnya memang dia menginginkannya.

"M-Maaf!" ujar [Name] dengan wajah bersemu merah, segera melepaskan pelukan itu.

"Tidak apa-apa."

Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka. [Name] secepat mungkin keluar dari lift untuk mengatur nafas dan menutupi pipinya dengan telapak tangan. Sedangkan Kuroo berjalan jauh di belakangnya dengan santai sambil menaruh kedua tangannya di saku celana.

"Hei, itu mobil orang. Kita naik taksi, 'kan?" tanya Kuroo saat melihat [Name] yang sudah membuka pintu salah satu mobil yang terparkir di depan gedung apartemen.

Diam sejenak adalah sesuatu yang dilakukan [Name] sebelum memastikan perkataan Kuroo benar sepenuhnya. [Name] memasukkan sedikit kepalanya ke dalam mobil untuk melihat pengisi bangku pengemudi dan benar saja, dia adalah orang yang sama sekali tidak dikenalnya.

Winter's Apricot [Kuroo Tetsurou X Reader] (Haikyuu!! Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang