Chapter 8: Just You

221 32 0
                                    

Keributan dari sebuah telepon genggam terus terdengar; awalnya hanya getar, kini menjadi dering tak berujung. Namun, tidak ada satu tangan pun yang merespons telepon tersebut hingga pagi mulai terang.

×Kuroo Tetsurou X Reader×

Dia menatap salju yang turun kian lebat, jatuh ke tanah tanpa sebuah kata. Kakinya berjalan tiada henti, berkeliling di kompleks dekat sekolah. Matahari memang belum muncul pagi ini.

"Setengah enam. Apa aku terlalu cepat berangkat?" gumamnya pada arloji yang terlilit di pergelangan tangan.

Kedua tangannya memeluk pinggang, dinginnya pagi itu membuatnya tergerak untuk datang ke minimarket; membeli sesuatu yang hangat.

"Terima kasih. Silakan datang kembali."

Segelas teh hangat diminumnya perlahan. Kini, badannya sudah lebih hangat untuk dapat berjalan lebih jauh. Cahaya matahari pun mulai nampak. Gerbang sekolah sudah terbuka persis saat dirinya sampai di sana.

"Pagi, mengapa terburu-buru?"

***

Jari-jari itu tidak penat menekan nomor telepon yang sama, telinga itu tidak penat mendengar nada yang sama, dan dia tidak penat menghela napas saat teleponnya tidak terjawab.

Kakinya menendang tumpukan salju kecil di sepanjang jalan menuju sekolah. Telepon genggamnya dimasukkan kembali ke saku celana sembari ia memfokuskan langkah kakinya.

Gerbang sekolah sudah terbuka. Di sana; orang yang dicarinya sedang berjalan santai. Kakinya tergerak untuk berlari, namun tidak ada tanda-tanda orang tersebut akan menoleh, malah fokus pada langkahnya. Naas, sebuah bayangan menghalangi jalannya.

"Pagi, mengapa terburu-buru?"

"Bisakah kau minggir? Aku harus.. ah, baiklah. Ada apa?"

"Kau punya waktu luang tidak? Mari bermain voli bersama."

Berniat ingin pergi, tangannya lebih dulu menjitak lawan bicaranya. "Kau sedang sakit?"

"Nggak usah kasar begitu dong," timpal laki-laki tersebut.

"Aku tidak punya waktu luang sedikitpun. Lagian, kenapa baku banget, sih?" cibirnya membalas tingkah laku formal temannya.

"Ayolah, timku kurang satu orang lagi..."

Kuroo memotong ucapan teman di depannya dengan geram, "Aku tidak bisa."

"Nanti kutraktir. Bagaimana? Kita sahabat bukan? Iya, 'kan? Iya dong!"

"Astaga.." Dia mulai merasakan geli di sekujur tubuhnya, lantas mengambil langkah lain agar bisa kabur.

"Kuroo! Kalau berubah pikiran setidaknya hubungi aku!"

***

Hanya dirinya yang berdiri di depan kelas; bersandar pada besi pembatas di lantai dua. Ia akui dirinya mulai lapar saat salah seorang teman mengajaknya ke kantin bersama, apalagi setelah melalui ulangan Matematika yang berat.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa semua ini dilakukannya agar dirinya tidak terlalu kehilangan kendali; bertemu dengan laki-laki itu membuat degup jantungnya menjadi aneh. Dia benar-benar belum siap menerima semua perhatian itu. Semakin sering memikirkannya malah membuat dadanya sesak.

Setidaknya itu yang dirasakan [Name]. Tetapi, kenyataan sebenarnya berbeda. Mengingat pertanyaan dan pernyataan teman-temannya tentang hubungan anehnya dengan Kuroo yang membuatnya tidak ingin kemana-kemana saat ini.

Winter's Apricot [Kuroo Tetsurou X Reader] (Haikyuu!! Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang