Pedih

200 3 0
                                    

Selaksa aku menghirup oksigen yang tak ada ujungnya
Seperti aku mengiris bawang tapi tanganku ikut teriris

Hmnnn...
Coba bayangkan betapa miris kisah seorang ibu yang hanya tinggal sendiri di sudut kamar yang remang. Mengusap air mata yang turun ke pipi. Coba bayangkan dia terbaring lemah sendirian. Tak ada anak yang dia besarkan di sampingnya. Malam yang sobek. Orang tua yang sudah renta itu terbaring tak berdaya, merindu anaknya yang tak punya belas kasih sayang. Mengadu kepada sang pencipta. Di malam yang gelap di sudut kamar dia bermunajat rindu.
Terbuat dari apa hati sang ibu. Setiap kerinduan kepada anaknya dibalas tatapan tidak suka. Ketika sang ibu bertanya. Si anak hanya diam, seperti tak mendengar. Hidupnya, penuh derita. Di hari tua seharusnya dia tersenyum manis. Duduk bercengkrama dengan sang cucu. Tetapi, dia harus ke sawah disaat sakit untuk mendapat sesuap nasi. Ketika mendapat bantuan dari tetangga air matanya meleleh.  Ketika mencuci pun menumpang. Ketika sakit minta bantuan tetangga untuk mengantarkan periksa. Sebenarnya anaknya siapa ? Tetangga itu anaknya? Bukan, Syukur Alhamdulillah si nenek, si ibu tadi masih punya saudara yang teramat baik.

Apakah kita tega melihatnya? Sendirian. Menangis. Merindu. Tapi sayang yang dirindukan tak punya hati.

Bayangkan.
Nenek itu berjalan dengan badannya yang sakit. Datang ke rumahmu dengan mata berkaca-kaca. Bayangkan. Betapa pedih hidupnya. Betapa perih dirinya.
Betapa hancur hatinya.

Terkadang kita terbuai akan cerita dongeng. Bahwa seorang ibu tiri jahat. Tidak.
Nenek itu seorang ibu tiri. Tapi membesarkan anak yang bukan dari rahimnya sepenuh jiwa. Tetapi, ketika sang anak besar. Dia ditinggalkan. Rumah dekat bahkan menempel tapi berasa berjarak.

Seorang laki-laki itu harus tegas. Seorang laki-laki itu harus ingat bahwa surganya ada di ibunya. Walaupun bukan kandung tapi apa benar berperilaku seperti itu? Tentu tidak. Dan seorang istri tentunya paham bahwa surganya suami ada di ibunya. Tentu tak menjauhkan dari sumber surganya.

Seorang istri itu, mertuanya itu juga orang tuanya. Bukan orang lain. Dia juga orang tua seorang istri itu. Harus dihormati. Harus disayang. Bukan diajak bertengkar. Dan saling mengejek.

Dari mana hidup penuh keberkahan?

Kak adek paham benar-benar paham. Apa nasehat kakak. Terus nasehatin adek ya kak.

P.s.
Pengingat keras untukku.
Ku tulis dengan uraian air mata.
Ini kisah nyata.

About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang