5: Bubur dan Obat Maag

8.6K 1.2K 61
                                    

Chapter 5: Unlocked!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 5: Unlocked!

🔓

Tadi pagi, Kal tetep dianter sama abangnya. Dia juga minta berangkat lebih pagi buat menghindar dari Tama dan Malvin.

Sekarang kelasnya lagi diisi oleh Pak Faris, guru killer yang ngajar Fisika di sekolahnya. Kal mengedarkan pandangan, lalu melihat Juna yang udah tidur sambil nutupin kepalanya pake buku. Hanna yang lagi serius merhatiin sambil nyatet materi di papan tulis—kalo Hanna sih ga diragukan, ranking satu terus dari kelas sepuluh.

Lalu ada Calya yang Kal yakini lagi baca buku di Wattpad, soalnya dia senyum-senyum gak jelas gitu. Pasti dia lagi baca cerita genre fujoshi (re: boyxboy).

Kal memutuskan untuk mengikuti Juna, tidur sambil menutupi kepala memakai buku paket.

"Kallista! Kamu berani tidur di kelas saya?!" Teriak Pak Faris.

Kal langsung duduk tegap mendengar teriakan Pak Faris. Kal liat anak kelas langsung menatapnya, termasuk si Juna yang matanya masih merah abis bangun tidur.

Ya Tuhan, baru juga mau tiduran....

Kal menelan ludahnya dengan gugup, "E-enggak kok, Pak." Ujarnya takut. Kal sampe dibuat merinding kala menatap wajah garang Pak Faris di depan kelas.

"Keluar dari kelas saya sekarang! Lari sepuluh keliling di lapangan!" Sahut Pak Faris dengan keras.

Kal menghembuskan napasnya kasar, "Baik, Pak."

Akhirnya dia berjalan keluar kelas diikuti tatapan prihatin dari anak kelas.

***

Kal memberhentikan kegiatan larinya waktu matahari udah kelewat terik alias panaaaaaaas banget. Dia pun berlari ke arah pohon di pinggir lapang lalu senderan sambil nutup matanya. Lumayan, dirinya udah dapet tujuh keliling.

Tetiba Kal merasa kedua pipinya dingin. Kal lalu membuka mata dan mendapati Tama yang ternyata menempelkan minuman dingin ke pipinya.

"Buat gue?"

"Gak, buat pohon yang lo senderin. Ya buat lo lah bego." ucap Tama sambil meledek Kal. Kal mendengus kasar. Yang bener aja.

Selama sepuluh menit Kal sama Tama saling diem, gak ada yang ngomong. Sampe Kal ngerasa perutnya gak enak, disusul rasa eneg ingin muntah. Kal segera berdiri sambil menutup mulutnya. Tama yang melihat itu heran, "Loh, mau kemana?" Kata Tama lalu ikut berdiri.

Kal langsung melengos pergi tanpa menjawab pertanyaan Tama. Dirinya langsung berlari ke toilet sekolah. Penyakit maag-nya pasti kambuh.

***

Kal baru selesai muntah, kepalanya pusing banget. Dia mendapati Hanna dan Calya yang berdiri ketika dirinya keluar dari toilet.

Hanna menatap Kal dengan khawatir, "Lo udah enakan?"

"Lumayan. Tapi perut gue masih sakit. Masih eneg juga." Jawab Kal.

Calya meringis pelan menatap wajah Kal. "Muka lo pucet banget. Makanya kalo punya penyakit maag tuh gak usah gaya skip sarapan. Jadi gini, kan." Omelnya.

"Iya iya, gue kapok deh. Yuk ke kantin, gue mau beli bubur nih." Tutur Kal. Namun tangannya ditarik oleh Hanna. "E-eeh gak usah. Lo istirahat aja di UKS. Nih, buburnya udah ada, obatnya juga."

Kal memandang Hanna tidak mengerti. Tumbenan dia begini.

"Han, lo ngasih gue ginian gak ada maksud terselubung kan?" Kata Kal sambil mandang Hanna dengan curiga. Tapi, kedua sahabatnya itu malah memasang wajah menggoda padanya.

Calya berdehem sebentar, "Itu bubur sama obatnya dari Tama. Tadi dia ke kelas terus ngasihin itu ke kita."

Kal spacing out dengernya.

"Kata Tama gini, "Ini gue titip buat Kal, ya. Kayaknya dia lagi muntah di toilet. Lo berdua samperin gih. Gue ada urusan sama anak kelas jadi gak bisa ngasih langsung." Tukas Hanna.

Kal sendiri senyam-senyum dengernya. Dih, si Tama bisa sweet juga jadi cowok?

"Cielah yang di khawatirin sama doi. Cal, kayaknya jadi nih kantin gratis seminggu buat kita."

"Of course. Kal udah kesemsem gini."

"MANA ADA!?!" Protes Kal sambil melotot marah ke arah temannya.
Untung temen. Kalo bukan, udah Kal jual di pasar baru.

***

Nyampe rumah, Kal langsung dapet omelan dari Mamanya begitu denger cerita Kal di sekolah tadi. Kemudian Kal disuruh Mamanya buat istirahat di kamar selagi dia buatin bubur buat anaknya. Kal pun mengangguk lalu melipir ke kamarnya.

Baru aja rebahan, hp-nya berdering tanda ada telpon masuk. Dirinya menghela napas kasar. Kesannya semesta emang gak mau dia istirahat barang sebentar pun.

Namun alangkah kagetnya Kal waktu liat yang nelpon, ternyata Tama. Dia pun langung mengangkat telponnya.

"Gimana, udah enakan belom?"

"Udah."

"Bagus. Oh iya, bubur sama obat nyampe kan ke elo?"

Aduh, Kal jadi senyum-senyum sendiri ingetnya.

"Nyampe kok, makasih ya."

"Iya sama-sama. Mulai sekarang lo gak usah jadi babu gue lagi. Gue udah lama maafin elo kok."

Kal terkejut mendengarnya,

"Seriusan lo? Berarti mulai besok gue gak usah ngebabu lagi?"

"Iya, gak usah. Sekarang lo istirahat lagi. Jangan makan sembarang lo."

"Yaudah, makasih banyak ye."

"Yaaaa. Gue tutup dulu telponnya. Bye!"

"Bye!"

Fix, maag Kal langsung ilang setelah telponan sama Tama.

🔒

Chapter 6: Loading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 6: Loading....

Kakel JudesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang