Tiga

886 119 6
                                    

"Mana mungkin aku pergi sendiri. Kalau Halabeoji nanyain kau, bagaimana?"
"Carilah alasan, menipu Halabeoji saja kau bisa."
"Kau menolak perintah Halabeoji, Shinhye-ya? Demi Seojun? Kau tahu berapa lama lagi Halabeoji akan bertahan dengan tumor yang semakin mendesak organ penglihatannya?"
"Kau ini selalu mengancamku dengan kondisi Halabeoji."
"Jangan sampai kau menyesal nanti..." Yonghwa berdiri.
"Jam berapa kau akan pergi ke rumah Halabeoji?" tanya Shinhye akhirnya. Yonghwa tersenyum sejenak tapi lalu mulutnya rapat lagi.
"Nanti kau kujemput. Aku pergi."
Yonghwa melangkah meninggalkan Park Shinhye yang menatapnya sambil merengut.

Perjanjian pertunangan itu sampai Halabeoji berhasil dioperasi pengambilan tumor pada kornea matanya. Setelah Halabeoji sembuh maka Yonghwa memutuskan pertunangannya dengan Shinhye. Hal itu pulalah yang membuat Shinhye menggantung dulu ungkapan perasaan Seojun terhadapnya. Sampai kakek Yonghwa sembuh. Setelah sembuh Shinhye bersiap dengan niatnya untuk berangkat ke Amerika melanjutkan pendidikannya. Mengikuti Seojun. Dan sekarang ini Seojun seperti mentornya. Mengarahkannya ini itu. Maka tak heran mereka selalu tampak lengket berdua. Awalnya Yonghwa tidak peduli dengan hal itu, sebab ia pun tahu Shinhye sudah menaruh hati terhadap Seojun ketika pria itu jadi kakak kelasnya di fakultas kedokteran. Begitu pula Seojun tertarik kepada Shinhye sebelum dirinya menjadi dokter. Tapi cinta mereka tak bertepi sebab Seojun yang keburu pergi ke Amerika.

Tapi kuping Yonghwa menjadi panas saat mendengar karyawan RS mengomentari kedekatan keduanya yang begitu serasi dan manis. Karyawan itu bahkan mendoakan mereka pacaran betulan. Yonghwa kesal mendengarnya. Kesal bukan cemburu. Karena toh saat ini ia pun sedang dekat dengan seorang gadis, seorang eksekutif muda dari perusahaan terkenal yang mengenalnya di klub. Ia mulai serius berpacaran dengannya.
🌿

Halabeoji selalu tersenyum bahagia bila melihatnya datang, apalagi jika datang bersama Yonghwa. Hal ini membuat Shinhye rikuh. Padahal orang tua itu tengah mereka tipu.
"Kau datang Shinhye-ya?" sambutnya dengan senyum.
"Ne, Halabeoji! Bagaimana keadaan Halabeoji sekarang? Apa terasa semakin sehat?" pandang Shinhye seraya membelai jemari kakek tua yang menggenggam jemarinya.
"Keureom. Waktu Halabeoji untuk operasi semakin dekat."
"Ne, kalau begitu boleh saya memeriksa tensi Halabeoji, hanya untuk mengecek saja bahwa tensi Halabeoji stabil."
"Ne, lakukanlah!" Halabeoji mengulurkan tangannya.
Shinhye tersenyum mengambil tensimeternya. Lalu memasangkan lansetnya di lengan sebelah atas. Yonghwa menghampiri, duduk di tepi pembaringan kakeknya.
"Dia dokter bedah, Halabeoji. Coba bisa tidak memeriksa Halabeoji dengan akurat." ocehnya membuat bibir Shinhye merengut. Tapi Halabeoji tertawa-tawa bahagia melihatnya.
"Normal, Halabeoji! Tetap pertahankan seperti ini, supaya lekas dilakukan pengambilan jaringan tumornya." cerocosnya seraya kembali melepas lanset tensimeter dari lengan tuanya.
"Tapi kalian juga harus berjanji kalau Halabeoji sembuh nanti!" pintanya menatap Shinhye dan Yonghwa bergantian.
"Janji apa?" Shinhye sangat penasaran.
"Kalian harus melangsungkan pernikahan."
Shinhye menuding Yonghwa kaget. Tapi pemuda itu memberi isyarat untuk mengiyakan saja.
"Ne, Halabeoji. Aku janji pada Halabeoji yang penting Halabeoji sembuh." ungkap Yonghwa enteng, sedang Shinhye menahan napas.

Baru perdebatan tentang itu mereka lakukan saat pulang di dalam mobil.
"Kau selalu meremehkan persoalan, Yonghwa-ya! Kau menganggap Halabeoji seolah-olah anak kecil yang tidak paham apa-apa. Aku sungguh tidak sanggup menanggung hutang janjimu itu bila Halabeoji sembuh nanti. Bagaimana jika tahu kenyataannya tentang kita, Halabeoji lantas sakit lagi semakin parah karena kecewa." gugat Shinhye dengan tingkah gegabah sahabatnya itu.
"Ya, gampang. Tinggal kita menikah saja. Apa susahnya?" elaknya seperti tadi enteng.
"Astaga, kau ini... pernikahan nanti yang akan kau main-mainkan?" Shinhye meradang.
"Halabeoji itu sudah tua, Shinhye! Memberikan harapan positif diakhir masa senjanya, apa salahnya?"
"Seharusnya bukan aku yang kau ajak menemui Halabeoji ketika itu, Yongie! Sekarang apa masih bisa kau mencari gadis untuk menggantikanku dan diperkenalkan kepada Halabeoji sebagai tunanganmu?" tatap Shinhye mulai putus asa.
"Kau sangat ingin menjadi kekasih Seojun sehingga berperan sebagai tunanganku di depan Halabeoji saja tidak mau?" Yonghwa balas menoleh.
"Aku tidak suka karena kita berpura-pura!" pekik Shinhye gemas.
"Kalau begitu kita buat sungguhan saja kalau kau tidak mau pura-pura." lagi tukas Yonghwa enteng.
"Kau pikir kita bisa menikah? Jadi sahabat saja kita tidak pernah rukun. Kau senang membuatku marah. Dan yang penting aku mencintai pria lain." cecar Shinhye.
"Iya, kau mencintai Seojun. Pria type idealmu. Tapi kau lupa, selama 20 tahun ini kau hanya punya aku sahabatmu."
"Kau juga punya pacar, dan kau akan berganti pacar semudah berganti baju. Aku tidak bisa menikah dengan pria seperti itu."
"Kalau begitu, kita menikah pura-pura juga nanti kalau Halabeoji sembuh."
"Apa kau diam-diam mencintaiku, Yonghwa-ya? Kau seakan bukan masalah untuk menikah denganku?" Shinhye gemas minta ampun dengan tingkah cuwek lelaki di sampingnya itu.
"Saat yang kupikirkan kesembuhan Halabeoji, aku sudah tidak peduli lagi dengan siapa aku menikah. Yang penting Halabeoji sembuh. Di otakmu pasti hanya perasaan cinta yang dipikirkan karena Halabeoji bukan kakekmu."
"Kalau begitu, cepat cari gantiku untuk kau perkenalkan sebagai tunanganmu menggantikan aku!"
"Jika ada, dari awal aku tidak akan membawamu."
"Bukankah kau punya kekasih sekarang? Gadis yang sering bertemu denganmu di klub itu?"
"Urusannya akan panjang jika aku membawa dia kepada Halabeoji."
"Wheo?"
"Karena kami belum saling mengenal secara mendalam. Aku belum siap jika harus menikahinya."
"Tapi menikahiku kau siap?"
"Karena kita bukan baru kemarin berteman."
"Ah, kau banyak alasan!"
Berdebat dengan Yonghwa tentang masalah itu, Shinhye selalu kalah. Ia sudah tidak dapat berpikir apa pun lagi, awalnya bertunangan pura-pura, sekarang menikah pura-pura. Sungguh gila! Gila!
🌿

Park Shinhye semakin tidak bisa melepaskan mimpinya untuk mengikuti Seojun semakin mendengar dari pemuda itu segala hal tentang menjadi Fellow. Ia ingin secepatnya berangkat ke Amerika. Namun sialannya ia terikat dengan janji pertunangan pura-pura itu. Yang entah sampai kapan, sebab Jung Halabeoji belum juga ditentukan jadwal untuk dilakukan pembedahan guna mengangkat tumor pada kornea matanya. Karena beberapa sebab, diantaranya kondisi kesehatannya secara umum yang masih belum stabil. Usianya sudah 80 tahun lebih, ditambah dengan riwayat penyakit sistem pembuluh darah yang diidapnya membuat sulit untuk dibuat betul-betul stabil. Shinhye hanya bisa gemas akhirnya. Dan kesal yang tak terkira pada Yonghwa. Sebab karena kelakuan pemuda iseng itu membuat dirinya jadi terbawa-bawa dalam kasus kesehatan orang paling penting dalam perusahaan yang juga merupakan Big boss dari RS tempatnya bekerja dan ayahnya menggantungkan hidup selama ini.

Untung ibunya selalu menenangkannya, bahwa harus bersyukur menjadi salah satu penyemangat untuk kesembuhan seorang presiden direktur perusahaan sekaliber SH Group. Dan lebih penting lagi, lelaki pengusaha itu yang notabene telah menjadikannya seperti sekarang ini. Sebab jika ayahnya tidak bekerja di sana dan bukan merupakan kepercayaan kakek bijaksana itu, belum tentu Shinhye dapat meraih mimpinya untuk menjadi dokter seperti sekarang ini.
Luluh hatinya mendengar itu. Dan mau menunggu lebih lama serta lebih sering menemui Halabeoji untuk memberi support.

Bersama Seojun ia tengah menikmati makan siang sambil asik mengobrol di kantin RS saat Yonghwa menghampiri. Sambil membawa nampan makan siangnya.
"Boleh aku bergabung?" tanyanya.
"Oh, dr Jung, silakan!" Seojun mengangguk.
"Gomowoyo." Yonghwa duduk di sebelah Shinhye. "Kalian berdua saja?" tanyanya lagi.
"Apa kau melihat ada yang lain lagi?" balas Shinhye ketus.
"Ani. Tapi biasanya kau suka ditemani dr Kang, dokter Fellow juga, dr Park. Hanya dia dokter bedah toraks dan kardiovaskular." terang Yonghwa entah apa maksudnya.
"O iya, aku tahu. Kami baru saja main tenis bersama minggu lalu."
"O ya? Dia orang yang ramah."
"Ne." angguk Seojun. "Anda belum performe lagi dr Jung?"

Bersambung....

Love Will Never Wrong side BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang