Yonghwa berhenti sejenak, tamu undangan tidak sabar untuk segera mengetahui siapa gerangan gadis pilihannya itu.
"Tapi sekarang keadaannya berubah, aku sangat menginginkannya bukan lagi sebagai teman melainkan sebagai seseorang yang akan mendampingiku melewati hari hingga maut menjemput. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini, aku memohon restu kepada Appa dan Eommaku, serta memohon ijin kepada Abeonim dan Eommonim untuk meminangnya." Yonghwa berhenti. Ayah ibunya terlihat mengangguk-anggukan kepala. Tapi abeonim dan eommonim yang ia maksud siapa?
Hadirin malah saling pandang. Termasuk Shinhye dan kedua orang tuanya sama kepalanya tengok kiri tengok kanan.
Yonghwa tersenyum dalam menanggapi teka-tekinya.
"Yeorubun, perlu kusampaikan bahwa sebelum ini aku pernah melaksanakan pertunangan."
Tiba-tiba suasana riuh, mereka bertanya-tanya kapan dan dengan siapa? Shinhye menunduk dalam, ia merasa orang akan menelanjanginya jika tahu Yonghwa bertunangan pura-pura dengannya.
"Saat itu aku didesak oleh mendiang Halabeoji yang menginginkan aku segera menikah. Namun waktu itu aku tidak memiliki calon dan yang ada sahabatku, maka aku membawa dia dan berpura-pura bertunangan."
Tawa terdengar membahana. Shinhye semakin tidak bisa mengangkat kepala.
"Dan saat ini, dengan memohon kesediaannya, aku kembali ingin meminangnya. Dengan kesungguhan hatiku. Bukan berpura-pura lagi, tapi sesungguhnya. Park Shinhye-ssi, maukah kau menerima lamaranku?" tanya Yonghwa lurus menatapnya.
Park Shinhye terkaget mendengar namanya tiba-tiba disebut Yonghwa. Terlebih kala semua mata jadi menudingnya. Tn dan Ny Park pun sama kagetnya. Mereka sangat tidak menyangka.
Belum bangun mereka dari rasa kaget, terlihat Yonghwa turun dari podium kemudian melangkah ke arahnya. Semua mata menatap antara Yonghwa dan keluarga Park.
Yonghwa tiba dihadapan mereka. Ia lalu membungkuk kepada kedua orang tua Shinhye.
"Bolehkah aku meminang Shinhye, Ajhussi, Ajhumma? Agar pesta malam ini dapat dilanjutkan." ucap Yonghwa hati-hati.
"Eoh. Lanjutkan, Yonghwa-ya!" jawab Tn Park dengan raut yang masih sangat kaget.
"Terima kasih, Ajhussi!" angguk Yonghwa lagi. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada Shinhye meminta sahabatnya itu mengikutinya ke atas panggung untuk ia sematkan cincin di jari manisnya.
Shinhye juga dengan sangat terkaget menunjuk dadanya sendiri, bertanya dirinyakah yang dimaksud Yonghwa?
Pemuda itu mengangguk membenarkan. Baru Shinhye memberikan tangannya untuk Yonghwa gapit jemarinya dan membawanya ke panggung.
Tepuk tangan riuh rendah mengiringi pasangan serasi itu. Sementara Shinhye masih belum sepenuhnya sadar. Baru saat Yonghwa mengambil cincin dan menyematkan dijarinya ia sadar segalanya. Tanpa dapat ditahan air matanya jatuh melintasi pipi seusai cincin tersemat dijarinya. Dan tepuk tangan gemuruh. Cincin itu bukan cincin yang pernah Yonghwa sematkan dulu saat bertunangan bohongan. Cincin itu cincin berbeda."Maaf, aku tidak mengatakannya lebih dulu dan membuatmu kaget." bisik Yonghwa saat menyematkan cincin. Hal itu membuat Shinhye makin tidak dapat membendung air matanya. Yonghwa lalu menghapus air mata itu dengan jemarinya, ketika semakin deras ia akhirnya memeluknya. Menenggelamkan tangis Shinhye di dadanya. Lagi-lagi dengan senyum yang dalam.
"Gwenchana! Gwenchana, Shinhye-ya!" ujarnya.
Suasana riuh. Tapi hadirin segera paham akan tangis Shinhye. Kelewat kaget dan bahagia. Sebab Shinhye tidak mengetahui sebelumnya bahwa gadis yang akan disematkan cincin pertunangan itu dirinya. Segera ia menghapus air matanya. Hadirin bertepuk tangan. Menandakan acara inti terlaksana dengan baik setelah itu acara berlanjut ke jadwal berikutnya yakni para tamu undangan menikmati hidangan yang telah disediakan sambil memberi ucapan selamat. Saat ini mereka resmi bertunangan betulan dihadiri oleh banyak tamu undangan. Bukan lagi pura-pura.
🌿Shinhye menatap tajam wajah Yonghwa.
"Wheo?" tanya Yonghwa tidak paham.
"Lain kali kalau kayak semalam lagi aku nggak mau terima." labraknya marah.
"Dasar nggak tahu yang romantis! Orang-orang bilang acara pertunangan semalam itu romantis, tahu nggak?"
"Aku nggak butuh acara pertunangan romantis kalau kenyataannya ngagetin Appa dan Eomma-ku."
"Ya sudah, nggak akan terjadi lagi aku janji. Sebab masa kita pesta pertunangan melulu. Nanti pesta pernikahan sih nggak janji..." senyum Yonghwa.
"Yong, aku nggak mau menikah denganmu kalau kau jahil lagi kayak gitu." jerit Shinhye.
Yonghwa tersenyum nakal.Cincin pertunangan itu juga tersemat di jari Yonghwa. Ia bangga mengenakannya. Di tepi sungai Han malam itu mereka tengah menikmati suasana. Shinhye baru keluar dari ruang bedah, tidak segera pulang ke rumah sebab mereka masih saling merindukan. Yonghwa duduk di bangku panjang, Shinhye di sampingnya sambil menyandarkan punggungnya di bahu tunangannya. Yonghwa sambil asik melihat tabletnya.
"Kita cari apartemen dekat RS yu!" ucap Shinhye yang merasa capek jika ada operasi chito malam hari.
"Mending apartemenku bagus."
"Tapi jauh."
"Nanti setelah kau resmi jadi Ny Jung, aku akan minta pada dr Jo jadwal operasimu hanya siang."
"Mana bisa begitu? Kalau bisa begitu, aku nggak usah kerja."
"Kalau aku nggak bisa membuat itu terjadi, percuma jadi pewaris Halabeoji."
"Aku nggak mau diistimewakan karena aku istrimu."
"Tapi dengan sendirinya kau akan istimewa karena jadi istriku."
"Kapan kita akan menikah, Yong?" tanya Shinhye.
"2 bln lagi. Tak terasa ya?"
"Kita akan bulan madu kemana setelah menikah nanti?"
"Kau mau kemana? Eropa atau Amerika? Atau kemana?"
"Aku hanya ingin berdua denganmu, dimana pun pasti akan membuatku bahagia." ujar Shinhye membuat seketika Yonghwa menolehnya lalu mendaratkan kecupan di pipi gadis itu dalam.
"Kau sebegitu mencintaiku, Hye-ah?" tanya Yonghwa.
"Eoh. Aku pikir perasaan itu dulu perasaan seorang sahabat kepada sahabatnya. Rupanya bukan. Tapi perasaan cinta."
Shinhye mengubah posisi duduknya, menghadap Yonghwa lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang kekasihnya itu. Wajahnya menempel di pundak Yonghwa yang tetap duduk menghadap sungai han dengan smartphone di tangan.
"Bagaimana kalau malam ini kita menginap di apartemenku?" ajak Yonghwa.
"Nggak."
"Wheo?"
"Kita belum menikah. Aku tidak mau hamil sebelum menikah."
"Kau ini ngomong apa?" Yonghwa memijit hidung Shinhye.
"Aku tidak mau melakukan seks pranikah."
"Mh... dasar! Tidak mau melakukan seks pranikah tapi meluk-meluk aku kayak gini!"
"Meluk aja nggak akan bikin aku hamil."
"Tapi ini kayak gini mengganggu tahu?"
"Karena aku cinta kamu!" Shinhye malah mengeratkan pelukannya.
🌿Pernikahan mereka semakin dekat. Siang itu Yonghwa mengajak Shinhye pergi ke makam Halabeoji. Untuk mengabarkan pernikahannya semakin dekat.
"Aku tidak membohongi Halabeoji, aku dengan Shinhye betul-betul akan menikah minggu depan, Halabeoji! Maaf, karena aku sempat membohongi Halabeoji." tutur Yonghwa dengan mata membasah. Ia ingat dengan dosanya membohongi orang tua yang sangat menyayanginya itu.
"Aku akan segera mewujudkan keinginan Halabeoji. Harusnya Halabeoji menyaksikan dulu pernikahanku itu." kali ini Yonghwa menangis tersedu.
Shinhye segera memeluknya. Memberikan pundaknya untuk Yonghwa menumpahkan air matanya.
Mengenang Halabeoji air mata Yonghwa selalu tumpah. Sebab ia merasa sangat berdosa terhadapnya.
"Maafkan, Halabeoji!"Pernikahan itu pun dilaksanakan dengan sangat megah. Pada moment bahagia itu Yonghwa tetap ingat kepada Halabeoji dan ditengah-tengah kebahagiaan semua orang, di sela-sela pesta mewah itu, Yonghwa seperti melihat sosok Halabeoji, dengan mengenakan stelan jas resmi. Tersenyum kepadanya. Semua orang tidak ada yang melihat selain dirinya, Shinhye pun menganggap Yonghwa yang begitu merindukan Halabeoji hingga mengkhayalkannya. Namun Yonghwa melihat kehadiran Halabeoji sangat nyata. Berdiri diantara para tamu undangan...
Ia ingin menggapainya, namun Halabeoji keburu pergi entah kemana. Tetapi nyata Halabeoji tersenyum. Senyum bahagia. Seakan ingin mengatakan, jika Halabeoji sangat bahagia menyaksikan pernikahannya. Yonghwa meyakini jika itu betul-betul Halabeoji menghadiri pernikahannya, memberikan doa restunya. Ia merasa lega mendapati semua itu. Ia merasa telah menebus kesalahan karena membohonginya. Dan Halabeoji telah memaafkannya. Matanya kembali membasah karena haru. Namun segera ia menghapusnya. Ia tidak mau selalu menangis di pelukan Shinhye karena Halabeoji.
🌿Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Never Wrong side B
RomanceSahabat jadi cinta, ungkapan yang menggelikan bagi mereka. Cinta bagaimana pun mengandung makna yang lebih sakral dari persahabatan. Sampai kemudian keduanya sadar jika yang terjadi diantara mereka berdua selama ini agaknya perasaan cinta bukan pers...