Dua

981 119 10
                                    

Park Seojun berhasil menggeser Jung Yonghwa, dokter yang sebelumnya paling mentereng di Departemen Saraf. Bagaimana tidak, dia anak pemilik RS. Kecintaannya kepada musik Rock hingga membuatnya memiliki band, menjadikan daya tarik tersendiri baginya. Maka julukan yang disematkan teman-temannya pun adalah 'Dokter Rock n Roll'.
Jangan tanya urusan kecakapannya sebagai dokter, tapi tanyalah tentang musik, maka mulutnya tidak akan berhenti bicara. Di dalam kepalanya penuh dengan not dan nada daripada mengenai obat dan penyakit. Dia, jujur saja, dokter yang payah tapi pemain musik yang handal dengan warna vokal yang melengking tinggi dan bening. Ya, Jung Yonghwa si dokter Rock n Roll.
Dia berteman dengan Park Shinhye sejak usianya 6 tahun. Shinhye adik kelasnya hingga SMA, tapi Shinhye bisa menyusul dengan program akselerasi sebelum memasuki fakultas kedokteran. Maka saat jadi mahasiswa dan menjadi dokter mereka bersamaan. Kemudian Shinhye melanjutkan untuk menjadi dokter specialis Bedah. Yonghwa yang merasa belajar kedokteran sangat menyebalkan, namun gengsi untuk menjadi bawahan Shinhye di RS milik perusahaannya, terpaksa lanjut lagi dengan mengambil specialis Saraf. Dan itulah mereka sekarang. Shinhye saat ini sudah ancang-ancang pula untuk melanjutkan pendidikannya lagi mengambil subspecialis. Oleh karenanya ia rajin membuat jurnal dan karya tulis ilmiah. Terlebih dengan hadirnya dokter muda Park Seojun yang telah menyelesaikan Fellow-nya dengan subspecialis Bedah Saraf. Shinhye makin terinspirasi.
Sebaliknya Yonghwa semakin malas berkutat dengan buku-buku tebal kedokteran.

Seojun sendiri adalah saudara jauh ayah Shinhye. Tapi jauhnya itu jauh banget hingga kalau Shinhye dan Seojun saling naksir masih dimungkinkan sampai naik pelaminan.
Nah, lucunya Tn Park restu sekali jika Shinhye berjodoh dengan pemuda tampan nan cakap itu. Seojun sendiri direferensi olehnya supaya masuk RS perusahaan tempatnya mengabdi selama ini. Yonghwa, tidak ia nilai sebagai menantu yang baik. Ia mengenal anak itu sejak usia 3 hari. Begitu dekatnya Tn Park dengan keluarga majikannya, bahkan merasa Yonghwa itu seperti ponakannya. Teman Shinhye bertengkar sejak kecil.
Dibanding Shinhye tentu Shinhye lebih cerdas. Selain kepiawaiannya bermain musik, pemuda energik itu tidak punya keahlian lain.
Tapi biar saja, karena satu-satunya yang kelak akan mewarisi perusahaan dan seluruh asetnya, ya... anak Rock n Roll itu. Termasuk RS dan segala macamnya. Sebab dia satu-satunya anak laki-laki di keluarga Jung. Maka Halabeoji sangat ingin mengetahui siapa jodohnya, agar bila ia meninggalkan warisan yang nilainya akan mensejahterakan 70 turunan itu, hatinya tenang. Dan bahagia di alam sana.
🌿

Tentang pertunangan Shinhye dengan Yonghwa yang digelar baru-baru ini dan hanya diketahui oleh keluarga mereka, juga menjadi rahasia keluarga. Tidak satu pun di RS ada yang mengetahui, termasuk dokter ganteng itu. Shinhye sedang di depan laptop saat ia menghampirinya.
"Eoh, Oppa!" senyum Shinhye.
"Sedang sibuk?" tanyanya.
"Hanya mengisi waktu, hari ini tidak ada jadwal operasi jadi agak santai."
"Mau minum pulang nanti?"
"Boleh. Kemana Oppa akan mengajakku?"
"Bagaimana kalau ke Klub? Dr. Jung perfome katanya malam ini."
"Ya, malam ini memang jadwalnya nyanyi di sana."
"Seluruh karyawan RS ini agaknya mengetahui dan menunggu jadwal dia bernyanyi. Aku jadi penasaran. Popularitasnya sudah menyamai band-band ternama saja." ocehnya tanpa niat melecehkan.
"Iya, Yonghwa itu kurasa salah pilih kuliah. Harusnya ambil jurusan musik bukan jadi dokter." timpal Shinhye.
"Kata Ajhussi dia masuk kedokteran karena mengikutimu." Seojun menatap tajam, dan tampak kilatan cemburu sepintas di iris matanya itu.
"Kalau hanya ikut-ikutan mungkin dia tidak akan pernah lulus kuliah kedokteran. Kami masuk kuliah memang pada tahun yang sama. Tapi ibunya juga seorang dokter."
"O, begitu?"
"Jung Samo-nim, dokter anak. Beliaulah yang menginspirasiku mengikutinya masuk kedokteran. Dulu kalau aku sakit, pasti Samo-nim yang mengobatiku. Itulah makanya berdirilah Rumah Sakit ini."
"Mh..." Seojun manggut-manggut.
"Ayolah kita pergi sekarang, Oppa! Biar tidak terlambat."
Shinhye mematikan laptopnya.
"Oke."

Betul saja, klub itu sudah penuh. Dan karyawan RS yang lepas tugas banyak memenuhi klub. Terutama perawat yang muda-muda. Sekitar pukul 9, pengunjung klub yang datang sengaja ingin menontonnya, mulai berteriak memanggil-manggil namanya. Shinhye dengan Seojun sudah menempati tempat strategis, sambil dihirupnya minuman. Shinhye memesan juice buah, Seojun memesan kopi.
Tak lama anggota band Yonghwa menaiki panggung, sorak sorai penonton yang sebagian besar karyawan RS bergemuruh. Lalu Yonghwa naik, teriakan semakin ramai.
Ia menyetel suara gitarnya terlebih dahulu. Gayanya kharismatik sekali. Berbeda dengan saat memakai jas putih. Jaket kulit yang dikenakannya membuat tampang machonya semakin tampak. Lalu ia memberi isyarat pada teman-temannya dan terdengarlah hentakan musik hingar yang membakar. Penonton yang berdiri ikut berjingkrak-jingkrak.
Seojun menatap lurus ke panggung. Harus ia akui, permainan musik mereka sangat profesional, tidak seperti pemain musik amatir di taman. Lalu terdengar suara Yonghwa bernyanyi. Sangat menghipnotis. Suara tinggi melengking dan bening. Ia tak ubah penyanyi rock terkenal, tidak tampak seperti seorang dokter yang tengah bernyanyi. Cewek-cewek pasti meleleh seketika dengan kharismanya. Kharisma seorang Rockstar.

Seojun menarik napas dalam selesai satu lagu Yonghwa bawakan. Penonton memintanya lagi bernyanyi. Kali ini lagu pelan. Shinhye memandang dengan sorot sendu, begitu juga Yonghwa memandang ke arahnya. Seakan sedang bicara kepadanya melalui sebuah lagu. Hati Shinhye berdesir pelan. Apa ini? Bukan baru sekali melihat Yonghwa bernyanyi, tapi desiran apa ini? Apa karena mereka baru bertunangan? Hei, bukankah pertunangan pura-pura? Shinhye akhirnya menunduk, tidak kuat dengan sorot mata Yonghwa yang masih tidak beralih darinya.
Seojun terdengar memuji, Shinhye tersenyum. Saat menatap lagi ke panggung, pandangan Yonghwa sudah beralih darinya. Ke arah yang jauh.
Yonghwa memang Rockstar, setidaknya serumah sakit.
🌿

Shinhye tengah menekuni buku yang diberikan Seojun tentang Bedah Onkologi, saat Yonghwa datang dan tiba-tiba menjatuhkan kepala di pangkuannya.
"Anyong, beyonce! Sedang apa?" tanyanya tengadah menatap wajah Shinhye.
"Bangun! Kalau tidak aku akan mengeser dudukku dan kepalamu terantuk ke kursi kayu ini." ancam Shinhye kesal bukan main sedang serius membaca di ganggu.
"Galak banget sih tunangannya datang!"
"Bersiap, aku akan menggeser dudukku."
"Shinhye-ya!"
"Hana..."
"Astaga!" Terpaksa Yonghwa bangun lalu duduk di samping Shinhye di kursi panjang itu. "Sedang baca buku apa?" tanyanya.
"Kau tak akan suka."
"Ish..."  Yonghwa mendelik. "Itu buku dr. Park Seojun?" Terbaca cover buku itu dan tercetak besar nama Park Seojun di covernya.
"Eoh."
"Sudah sampai mana hubungan kalian?"
"Belum jauh, masih dalam tahap penjajakan."
"Siput. Dia seperti dugaanku, selambat siput." cibirnya. "Dia tadi hampir meminta tanda tanganku, setelah semalam kalian menontonku perfome."
"Dia kagum padamu."
"Pasti. Siapa yang tidak kagum padaku." senyum Yonghwa jumawa.
"Kau tidak makan siang? Waktu pavoritmu selama di RS kan saat makan siang..." ejek Shinhye.
"Ish... kau ini!"
"Kau juga tidak memeriksa pasien hari ini aku lihat."
"Aku bagian jaga di UGD, kau ini..."
"Terus kenapa malah kesini? Setahuku kalau jaga di UGD mana bisa jalan-jalan begini?"
"Kau jangan cerewet, kau belum jadi istriku."
"Widih... siapa yang akan jadi istrimu?" Shinhye mencibir.
Tiba-tiba HP di dalam sakunya berbunyi. Ia segera mengambilnya. Seojun.
"Ne, Oppa."
"…"
"Aku sedang membaca bukunya."
Yonghwa mencibir melihat wajah Shinhye seketika berseri-seri menerima telepon pria itu.
"Nanti sore... sepertinya bisa. Tidak ada jadwal operasi hari ini."
"…"
"Pasti aku kabari lagi Oppa nanti. Ne..."
Shinhye menutup teleponnya sambil senyum terukir di bibirnya.
"Kau janjian dengan dia?" tanya Yonghwa.
"Oppa mengajakku ke perpustakaan."
"Jangan pergi!"
"Wheo?"
"Halabeoji menyuruhku mengajakmu ke rumah, kau harus ikut. Bawa tensi meter sekalian."
"Kalau untuk mengukur tensi Halabeoji, kau saja yang pergi!"

Bersambung....

Love Will Never Wrong side BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang