"Belakangan ini aku cukup sibuk, dr Park. Halabeoji akan menjalani operasi, tapi kondisi umumnya masih kurang baik. Jadi aku lebih banyak menjaganya."
"Iya, aku juga mendengar hal itu. Jung Heojang-nim akan menjalani pembedahan."
"Karena usianya sudah lanjut, aku sangat khawatir pembedahannya tidak berhasil."
"Keluarga tidak membawanya ke luar negeri? Di Amerika teknologi kedokteran sudah yang tercanggih, dokter."
"Halabeoji-ku tidak mau. Halabeoji percaya dengan dokter yang ada di RSnya ini, dan hanya ingin dokter RS inilah yang menanganinya."
"Iya, tentu saja. Akan sangat lucu jika pemilik RS ini malah pergi berobat ke luar negeri."
"Tim bedah sedang mengkaji untuk mengundang dokter terbaik dari John Hopkins Hospital untuk mengobati Halabeoji jika dalam minggu ini kondisi umumnya masih tidak bisa stabil."
"Oh, langkah yang bagus."
"Aku ingin melihat kakekku hidup 100 tahun lagi, dr Park. Dan jika kakekku sembuh aku akan melakukan apa pun untuk memenuhi permintaannya." ucap Yonghwa sambil menuding Shinhye. Gadis itu seketika mengerutkan wajah.
"Kau tidak ingin Halabeoji sembuh, Shinhye-ya?" tanyanya menanggapi ekspresinya itu.
"Tentu saja aku mendoakan yang terbaik untuk Halabeoji." tangkis Shinhye.
"Kesembuhan Halabeoji segalanya untukku saat ini!" tandas Yonghwa ditujukan pada Shinhye. Gadis itu diam membisu. Dengan kata lain, Yonghwa pun akan melakukan segala cara untuk membuatnya tetap berada di sampingnya dan menuruti semua keinginan Halabeoji, yakni mereka menikah.
Seojun memperhatikan ekspresi keduanya, dari kacamatanya, yang satu menekan yang lain terbebani. Ada apa dengan mereka berdua?
🌿Park Seojun mencurigai ada sesuatu diantara Shinhye dengan Yonghwa. Sore itu ia melihat Shinhye pulang menaiki mobil Yonghwa. Ia tahu jika keduanya adalah teman dekat. Tapi melihat gelagat seperti itu, ia agak curiga. Apa Yonghwa diam-diam mencintai Shinhye?
"Shinhye dengan Yonghwa? Mereka teman baik. Karena ayah Shinhye kepercayaan kakek Yonghwa di perusahaannya." terang Ha Neul dokter bedah teman satu angkatan Shinhye dan Yonghwa.
"Apa mereka tidak pernah pacaran?" selidik Seojun.
"Mereka pacaran? Setahuku nggak, karena Yonghwa itu play boy. Dia anak band. Bukan type Shinhye. Shinhye suka cowok yang smart, kalem dan setia. Yonghwa jelas bukan typenya."
"Begitu?"
"Pria seperti Anda, dr Park, baru type Shinhye."
"O ya?" Seojun tersenyum gede rasa.
Sebagai dokter spesialis Bedah Saraf diusianya yang bahkan belum 30 tahun, dia memang paling muda. Cakap, berwajah rupawan, mapan... adalah kualifikasi yang tidak akan bisa ditolak siapa pun. Namun agaknya Shinhye sangat beruntung, karena Seojun hanya menempel padanya. Bukan semata karena ayahnya yang mereferensikan dirinya memasuki RS itu, namun karena Seojun memang menginginkan dokter cantik itu. Ia sudah menandainya sejak masih menjadi mahasiswa. Saat Shinhye menjadi adik kelasnya di fakultas kedokteran.
Dan sekarang hanya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkannya. Hanya menunggu Shinhye masuk test menjadi dokter fellow di Amerika untuk mengikuti pendidikan subspesialis yang sama dengannya, tidak harus menunggu lulus, ia akan melamarnya. Rencana yang indah. Semoga Tuhan merestui.
🌿Seperti yang direncanakan Departemen Bedah, akhirnya benar-benar dihadirkan dokter dari Amerika untuk mengobati kakek Yonghwa. Pembedahannya direncanakan akhir bulan nanti, sementara dalam seminggu ini diobservasi terlebih dahulu oleh dokter undangan itu.
Yonghwa menjadi orang yang paling excaiting dengan kedatangan dokter tersebut. Ia bahkan yakin operasi kakeknya akan berhasil. Hari sabtu itu ia sengaja datang ke rumah Shinhye untuk mengajaknya mencari gaun pengantin. Persiapan saja, agar saat kakek sembuh nanti tidak repot lagi.
Tapi langkahnya tertahan di halaman saat menemukan mobil Seojun ada di depan rumah itu.
"Masuklah, Tn muda!" Kim Ajhumma yang baru dari pasar mempersilakan masuk.
"Ne, Ajhumma dari pasar?" tanyanya kenal dengan ajhumma ini sebab sudah dari mereka kecil Kim Ajhumma bekerja di keluarga Park.
"Betul, Tn muda."
"Di dalam sepertinya ada tamu, Ajhumma?"
"Deh, Tn muda Seojun yang datang."
"O, sudah lama dia datang?"
"Ajhumma mau ke pasar Tn muda seojun datang. Ayolah masuk, Tuan!" ajak Ajhumma lagi.
"Aku takut jadi mengganggu, Ajhumma. Aku pulang saja."
"Kalau Ajhumma tidak salah, Nona dan Tn Seojun akan pergi jalan-jalan."
"Oh, begitu."
Antara ingin pergi dan ingin masuk ke dalam rumah. Akhirnya ia melangkah pura-pura tidak mengetahui ada tamu di dalam sana. Di ruang tengah Seojun tampak asik mengobrol dengan Park Ajhussi. Shinhye tidak tampak.
"Anyonghaseyo, Ajhussi!" ia membungkuk saat tiba di hadapan mereka.
"Eoh, Yonghwa-ya! Kau datang?" sapa ayah Shinhye.
"Ne, Ajhussi. Anyong, Park Uisa-nim!" ia pun mengangguk kepada Seojun.
"Oh, Jung Uisa-nim. Anyong. Silakan!"
"Aku ingin bertemu Shinhye, tapi rupanya Shinhye sedang ada tamu."
"Kau tidak telepon dulu, Yongie-ah?" tatap ayah Shinhye. Jika tidak salah menafsirkan, ia tidak menyukai kunjungan Yonghwa yang tiba-tiba itu.
"Aniyo, Ajhussi! Karena kukira dia sedang malasan hari ini."
"Dia ada di dapur sedang membantu Eomma memasak. Temuilah sebentar!"
"Ne, terima kasih Ajhussi!"
Sambutan yang diberikan ayah Shinhye berbeda dengan ibunya. Lee Ajhumma sangat wellcome menerimanya.
"Shinhye-ya, temuilah dulu Yonghwa di kamarmu. Tinggalkan dulu itu." ujarnya kepada putrinya. Shinhye langsung melotot pada tamu tak diundang itu.
"Kau ini mau apa sih? Bukannya telepon dulu tadi.." dumelnya jelas tidak suka.
"Sebentar saja."
"Ayo naik!"
Shinhye mendahului melangkah ke arah tangga menuju kamarnya, Yonghwa mengikuti.
"Mhoyo?" tanyanya saat tiba di kamarnya.
"Anehnya aku cemburu melihat Seojun ada di ruang tamu-mu sekarang. Apa mungkin aku jatuh cinta padamu, Shin-ah?" seloroh Yonghwa sambil duduk di tempat tidur Shinhye.
"Jangan ngaco! Cepat, aku sedang sibuk!" raut wajah Shinhye tidak suka mendengar penuturannya itu.
"Aku tahu kalian mau dating sekarang."
"Kalau sudah tahu kenapa nggak lekas pergi." sungut Shinhye.
"Kau jahat sekali."
"Terus maumu apa sekarang?"
"Aku mau kasih tahu, Halabeoji kemungkinan menjalani operasinya di akhir bulan. Dan aku optimis akan berhasil. Tadinya sekarang aku akan mengajakmu mencari gaun pengantin, supaya ketika Halabeoji sembuh nanti kita tidak repot lagi."
"Kau ini lucu sekali. Operasinya saja belum." Shinhye tersenyum sinis, tapi lalu mulutnya terkatup lagi cepat. Bukan maksud untuk berharap operasi itu gagal sehingga ia akan batal pula menikah dengan Yonghwa, yang membuatnya tertawa itu adalah repot mencari gaun pengantin padahal belum ada indikasi akan terpakai.
"Apa? Kau tersenyum, Shinhye-ya?" pandang Yonghwa tidak percaya dengan reaksi itu.
"Mianh, aku tersenyum karena geli harus mencari gaun pengantin yang belum tentu terpakai." jawabnya apa adanya.
"Kau tidak menghendaki Halabeoji sembuh, Shin?" Yonghwa kaget dan sangat kecewa.
"Bukan, tapi..."
"Kami bahkan mendatangkan dokter dari Amerika, kami tidak peduli apapun untuk membuat kakekku sembuh. Dan kau tidak pernah berpikir kakekku akan sembuh? Kau tidak menghendaki kesembuhannya karena kau tidak ingin jika sampai menikah denganku. Begitu, Shinhye?" suara Yonghwa jelas sekali kecewa dan marah.
"Kau salah menanggapi senyumanku tadi, Yonghwa-ya! Aku tidak bermaksud seperti itu, demi Tuhan!" Shinhye gelagapan sendiri.
"Baiklah, Park Shinhye, jika memang itu yang ada di hatimu selama ini, aku tidak bisa apa-apa. Kuanggap kita tidak pernah bertunangan di hadapan kakek. Kau tidak harus datang menemui kakekku lagi." pintas Yonghwa amat sangat marah. Setelah itu ia berdiri lantas melangkah pergi meninggalkan kamar, lalu meninggalkan rumah itu. Dengan sangat sakit hati. Tidak disangka sahabatnya itu, setega itu terhadap orang tua yang sangat menyayanginya. Halabeoji.Langkah Yonghwa lurus ke luar, tanpa pamit. Lalu dengan kasar menaiki mobil dan pergi tergesa dari halaman rumah itu.
Shinhye masih duduk di kursi riasnya. Ia menyesal telah tersenyum seperti itu. Senyum sinis yang memberikan efek luar biasa, kemarahan Yonghwa.Bersambung....
Pesan moral, hati-hatilah dengan senyumanmu!!! (ige mhoya?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Never Wrong side B
RomanceSahabat jadi cinta, ungkapan yang menggelikan bagi mereka. Cinta bagaimana pun mengandung makna yang lebih sakral dari persahabatan. Sampai kemudian keduanya sadar jika yang terjadi diantara mereka berdua selama ini agaknya perasaan cinta bukan pers...