8

10K 368 49
                                    

Sasuke berada didepan Hinata. Seolah Hinata adalah tuan putri yang harus dijauhkan dari jangkauan penyihir yang jahat.

"Mau apa?"

Gadis berambut pink itu menatap sendu. Hatinya seakan teriris dan dia merasa jahat karena sudah menyakiti Hinata.

"Bisa aku berbicara pada Hinata?"

"Tidak!" Ucap Sasuke tegas

Sakura melirik Hinata yang memeluk lengan Sasuke. Hinata adalah sesosok malaikat yang selalu ada untuknya tapi ini adalah yang pertama Hinata menghindarinya.

"Aku hanya ingin minta maaf" Ujar Sakura

"Untuk apa?" Tanya Sasuke

"Karena aku menyakitinya"

"Dan kau baru sadar?"

Suara pelan itu membuat Sasuke maupun Sakura menatap Hinata. Gadis itu bahkan kini tak berniat memulai hubungan baru dengan Sakura.

"Kemana saja kau?" Tanya Hinata

Hinata berdiri disamping Sasuke. Air mata menggenang di pelupuk matanya, Sakura menunduk. Tak berani menatap Hinata yang berkaca-kaca.

"Maafkan aku, Hinata"

Hinata menghela nafas panjang. Dia menatap sedih kearah perut Sakura yang masih rata.

"Aku takkan memaafkanmu jika terjadi sesuatu pada anak itu" Ucap Hinata sembari tersenyum lembut

Tangis Sakura pecah. Sasuke bahkan syok karena Hinata sudah kelewat batas. Hinata kali ini sudah kelewat kuat.

"M-maafkan aku... Aku berbohong" Ujar Sakura

"Hm?" Tanya Hinata

"Aku tidak hamil"

***

Pria berambut pirang itu terduduk ditaman dengan 2 es krim ditangannya.

"Menunggu lama?"

Naruto menoleh. Tersenyum sejenak kemudian menggeleng. Gadis dihadapannya nampak lebih ceria meskipun wajahnya semakin hari semakin memucat.

"Coklat" Tawar Naruto

Hinata tersenyum sembari mengambil eskrim dari tangan Naruto.

"Bagaimana operasimu?" Tanya Naruto

"Minggu depan, kuharap akan baik-baik saja"

Naruto menatap Hinata sedih. Hinata takkan lagi mengingatnya, Hinata takkan lagi mengingat semua kenangan mereka bersama.

"Aku lebih baik mati jika harus hidup tanpa kenangan bersama kalian" Ucap Hinata seolah tahu isi pikiran Naruto

"Jangan berpikir seperti itu! Bagaimana pun kau harus tetap hidup!" Seru Naruto

Hinata tersentak. Sejenak, seulas senyum terukir diwajahnya yang semakin memucat. Naruto memeluk Hinata erat, sangat erat.

"Kumohon, tetaplah hidup"

Hinata terisak. Bahu kokoh milik Naruto seakan terlalu besar namun pas untuk menjadi penopang Hinata. Bahu itu yang selalu siap ada ketika Hinata membutuhkan.

Please forgive me....

Angin berhembus, menerbangkan air mata Hinata dan setitik air mata Naruto. Mereka berpelukan di taman kota yang sepi, Hinata terisak.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang