Gerald's POV
aku pun pergi meninggalkan risa. Dan ini keadaan yang genting. Aku tidak akan melukai risa.
Suara dari jam tangan ku menandakan bahaya terjadi
Aku berhenti sejenak dan melihat siapa yang memberi alarm kepadaku
Tayangan billy di depan pagar perbatasan bersama sila.
' ger, disini bahaya banget!! Banget!! Lo kesini lebih baek. Tinggalin risa di kerjaan. Gue gamau dia kenapa kenapa. Okey? ' ucap sila panik
' okey, posisi? '
' posisi gue di dekat pohon besar, di perbatasan '
Tayangan itu pun hilang dengan sendirinya. Aku pun berlari dengan kilatnya
Akhirnya aku menemukan pengawal pengawal yang tergeletak di tanah.
Entah itu dari kerjaan ku atau pun dari lawan kami mmh bisa dibilang om ku sendiri
" ger, gue mau ngomong " ajak billy
" jadi gini, sila udah berhasil dilukai. Dan sialnya dia dibawa oleh manusia brengsek itu. Lo taukan? " aku hanya mengangkat alis satu
" huft... Si Geo dan Tiara anak si Blacky itu " ucapnya dan memutar bola matanya malas
Sepupu aku sendiri? Aku yakin dia sebenarnya salah orang. Yang seharusnya Risa tapi malah si Sila.
" oh " ucapku singkat dan memikirkan sesuatu
" oh katamu? Fak, gue suka sila! " bentak nya. Aku menatapnya dengan senyum miring
Dengan tatapan ' gue tau sekarang ' aku hanya tersenyum jahil
" dasar manusia homo!! " bentaknya" what? " aku menekuk keningku. Sekarang aku belum mengerti dengan yang dia katakan, toh aku cuman senyum doang
" jadi gimana? " ucapnya " gimana apanya? "
" hah!! Gerald!! Please, jangan lemot! Gue disini bingung " aku hanya memegang pundaknya dan meyakinkannya
" lakuin apa yang harus lo lakuin " dan dia benar benar pergi
Aku lalu memencet beberapa tombol dan aku menghubungi kakek ku Opa lawerd
" halo opa, aku sedang berperang sekarang. Mr.Black telah menghancurkam sebagian dinding pembatas yang menghubungkan kota kita dengan kotanya. Dan aku menitipkan Risa pada mu. "
" tapi, risa sudah berangkat nak. Dia akan menyusul mu dan juga beberapa pengawal khusus disini. Aku sudah kerahkan beberapa perlindungan untuk kalian "
" akhhrr, yasudah tak apa opa. Aku akan menjaga cucumu itu "
" baik baik lah disana nak. Aku akan mengawasi keadaan disini "
Aku cuma mengangguk dan mematikan sambungannya sebelum puluhan bahkan ratusan anak panah diserangkan olehku
***
Riana's POV
Kenapa sih, dia gak bilang mau kemana? Eh? Aku siapanya
" opa, opa " aku mencari keberadaan kakek ku. Aku menelusuri berbagai bagian
" hey! Riana kau sedang apa? " suara yang sangat aku ketahui itu terlewat di telingaku
" opa! Dimana gerald? " ucapku dengan nada yang agak meninggi satu tangga nada
" hmm, ya aku tau kau akan menanyakan itu. Gerald sedang berperang sendirian di perbatasan dan- "
Sebelum dia menyelesaikan perkataan nya itu aku udah berlari dan berhenti tepat di pintu " dan hey- jangan pergi kesana. Gerald menyuruhmu tidak pergi " ucapnya dengan seakan ingin memberhentikan ku dengan satu telapak tangannya
Aku menggeleng cepat " No! Opa aku harus segera- menyusulnya "
" akh, yasudah kau sama saja seperti mama-mu. Aku akan mengirim pelindungan dan juga- ya pengawal. "
Aku hanya mengangguk mengerti
Secepatnya aku pergi ke tembok itu. Dan mendapati pemandangan yang tidak baik jika dilihat
Bukan! Bukan itu tapi.. Mmmhh gerald!
" GERALD!!!! CEPAT BANTU YANG LAINNYA!! " teriakku sekencang munkin. Kenapa aku?
Sekarang aku meneteskan satu titik, dua titik dan seiring nya waktu air mata itu telah deras jatuh di pipiku
Aku terus menghapus nya dan berlarian ke arah gerald. Entah mengapa perasaan ku selalu timbul setiap harinya.
Seakan ada yang berbeda dari sebelumnya.
Aku membopong gerald dengan dia yang tidak sadarkan diri.
Aku tenangkan dia dengan memberinya sedikit air yang dimuncratkan ke wajahnya
Ku duduk kan dia di pohon yang jauh dari perang. Aku harus apa?
Aku sangat gelisah, soalnya ini bukan masalah apa. Nyawa menjadi taruhannya
Luka luka goresan terlihat disitu, dagunya yang lecet. Serta tangan tangannya juga.
Aku prihatin dengannya. Tetapi air mataku jatuh terus- menerus. Seakan sedih meliat gerald seperti ini
" uhuk..uhuk.. "
Aku dengan cepat menghapus air mataku dan memberi orang ini minum
" lo ngapain sih kesini ga bilang bilang gue? "
" gue kan juga wajib ikut perang ini "
" apalagi ini adalah hari- hari sebelum 100 tahunnya perang. Dan lo tau itu?! Sekarang lo udah sekarat gini, dimana billy dan sila? "
" lo itu biki gu-- " ucapkan ku tertahan dan melanjutkan nya tanpa suara
Perkataan ku terhenti karena gerald tiba tiba melihatku dengan tangannya yang terus memegang dada kanan nya dan meringis
" hah! Lo ke-- kenapa? " ucapku panik. Yaiyalah gimana ga panik daritadi aku ngomel dia terus merigis
" aduh lo ngomong mulu sih "
" lo lebay banget najis. Yaudah sih, istirahat aja "
Aku lalu ditarik dalam pelukannya, sedikit panas yang aku rasakan tapi ini bener bener merasakan ku sedikit NYAMAN ku tekan kan kata nyaman itu
***
Author POVTak ada yang membuka suara, dan keadaan itu- bener bener hening.
Hingga-- " aku mau jujur " ucap gerald dengan Risa yang masih di pelukannya
" lepasin dulu " seakan mantra, ucapan Risa pun dituruti " yaudah ngomong "
" aku-- suka-- " ucapan gerald seakan membuat Risa semakin penasaran
" iish nyebelin banget. Cepetan! "
" aku suka kamu " ucapan gerald lantang
" udah gitu doang? "
" yakali kamu cuma bilang itu doang? " lanjut risa. Seakan risa tengah memaki maki dirinya sendiri
Gerald langsung mengangkat Risa " kamu mau jadi pacar aku? "
" bahasanya sok formal deh " ucap Risa. Sedangkan Gerald tengah serius saat ini
" aku--
----------
Yeay- part gaje yang pernah saya tulis!!Vote!!!
Eh maafin bahasanya dan juga typo nya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny ( New Edition )
Teen FictionKisah cinta dalam pertarungan 100 tahun yang lalu Membuat mereka harus tangguh dalam menjalani nya, Kisah cinta yang rumit, yang membuat mereka terpaksa terpisah sebentar ***