Prolog

9.5K 430 17
                                    

Dannaliefondra's Mansion, 15th of June, 19XX.


Terlihat seorang wanita cantik tengah menggendong seorang bayi mungil, dispingnya, berdiri seorang pria.

"Ah, Alf, lihatlah betapa cantiknya, Ia." Ucap wanita tadi sambil mengelus pipi bayi perempuan itu. Pria disampingnya mengangguk, lalu merangkulnya.


"Namun sayang, Aileen tidak bisa melihatnya tumbuh menjadi seorang Wanita yang cantik." Ucap pria itu, Wanita yang menggendong bayi tersebut terdiam, lalu tersenyum tipis.

"Ia bisa Alferd, ia bisa menjaga dan Melihat tumbuh kembang Raileen dari sana, dari tempatnya yang Indah." Ucap wanita tadi, Alferd memeluk bahu Istrinya, Queen.



"Aunty! Uncle! Apakah hari ini, aku aka bertemu Mommy?" Seorah bocah laki-laki berumur 10 tahun, dengan rambut hitam legam serta mata Hazel menghampiri mereka dengan raut wajah ceria. Queen dan Alferd terdiam, saling berpandangan.


"Rob, ini hari ulang tahun adikmu, tidak kah kau mengucapkan sesuatu untuknya?" Alferd berusaha mengalihkan pembicaraan, bocah laki-laki itu terdiam lalu menepuk jidatnya. "Ah, aku lupa Uncle!" Ia lalu berjalan menuju Queen, dan ia tersenyum lebar melihat adik kecilnya tengah tertawa-tawa.



"Hello Raileen! Selamat ulang tahun untukmu yang ke satu tahun! Aku harap kau tumbuh menjadi seorang gadis cantik dan pintar, dan kau tau, Raileen? Kau sangat mirip Mommy! Aku sudah tidak pernah melihatnya lagi sejak kau datang kerumah, apa kau tahu kemana perginya, Mommy? Aku sangat merindukannya, tetapi Kau hadir, setidaknya rasa rinduku kepada Mommy terobati." Robert kecil mengoceh sambil terus menatap Raileen kecil, Queen menitikan air matanya.



"Aku akan menghubungi Daddy agar ia cepat pulang, lalu kita akan berjalan-jalan bertiga, ah tidak-tidak. Tentu Mommy harus ikut! Doaku selalu menyertaimu Raileen! Dari kakakmu yang tampan ini, Robert."



Cup.





Rober mencium pipi mulus Raileen kecil, Bayi itu tertawa lebar. Queen tak kuasa menahan iar matanya, Robert yang melihat itu menatap Auntynya bingung. "Aunty? Aunty kenapa menangis? Apa aku membuat kesalahan?" Tanyanya dengan wajah panik.




Queen menggeleng, ia menggunakan tangannya yang satu untuk memeluk Robert. "Tidak Sayang, kau tidak salah apa-apa. Aunty hanya terharu mendengar kata-katamu." Ucapnya Pelan, Robert tersenyum lalu membalas pelukan Queenzel.






***

Robert, Raileen, serta seorang bocah laki-laki lain tertidur pulas sejak tadi sore. Queen menatap ketiga Bocah itu dengan pandangan menerawang.





"kak, jika saja kau masih ada, pasti kau akan merasa sangat bahagia. Dua malaikatmu tumbuh dengan baik dan sehat, kau melihatnya tadi, 'kan? Robert merindukanmu, Kak. Aku tidak tahu bagaimana kedepannya jika Robert tau kau sudah tiada, Kak. Oiya, kau pasti mengenal anak laki-laki yang tertidur disamping Raileen, 'kan? Dia Regan, anak James dan Rena, kakaknya Zac. Raileen tampak senang bermain dengan Regan, kak. Menurutku mereka berdua cocok, jika besar nanti, aku berencana menjodohkan mereka. Kakak setuju Kan?"  Queen membatin, tanpa sadar setitik air mata jatuh di pelupuk matanya. Dan entah dari mana datang, tiba-tiba angin menerpa tubuhnya, ia tersenyum tipis.




"Queenzel! Queenzel!" Queen menoleh, mendapati Zac berjalan dengan cepat menaiki tangga, ia buru-buru menghampiri pria itu.



"Ada apa, Zac? Sepertinya ada Hal Pen--"






"REYNAND KECELAKAAN!"










"APA?!"










****

Isak tangis masih terdengar di dekat dua pusara yang terletak bersebelahan. Para tamu sudah mulai pergi, hanya tersisa 2 pria dewasa, 2 bocah laki-laki, serta 1 orang wanita dengan seorang bayi perempuan di gendongannya.




Salah satu bocah laki-laki itu terdiam, matanya sembab. Tangannnya menggengam tangan Unclenya. "Mommy, Daddy." Lirihnya, Queen menatap keponakannya. Lalu berniat memeluk Robert, namun anak laki-laki itu mengelak.




"Aunty Jahat! Kenapa Aunty tidak memberi tahuku, kalau Mommy sudah tidak ada sejak Raileen lahir?! Aku membenci Aunty, dan juga aku membenci Raileen! Karena dia, Mommy dan Daddy meninggal!"




Setelah berujar seperti itu, Robert memaksa Alferd pulang. Dengan terpaksa Alferd pulang, sementara Queen masih menatap kosong kearah Robert, Raileen kecil seakan mengerti perkataan kakaknya, ia menangis kencang.







"Tudahlah Laileen... aku ada ditini untukmu, aku akan menjadi temanmu, jangan menangis lagi ya Laileen..." Regan kecil memegang tangan Raileen, dan lagi-lagi, keajaiban terjadi. Tangis Raileen berhenti.

















Zac dan Queenzel saling bertatapan. "Takdir."


























----------

Yosh, jadi itulah Prolognya, maafkeun kurang meng-ena-kan c:

Part ini di dedikasikan kepada semua Readers+anggota Group AgentSquad yang rame sangat v:

P.s JANGAN LUPA VOMMENT YHA~

Became An Agent [Prequel; The Broke Agent] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang