Prolog
Suara adzan samar-samar terdengar. Udara dingin di pagi hari yang dirasakannya seperti biasa, sekarang tidak lagi ia rasakan. Ia merasa hangat. Tanah beralaskan koran kini terasa seperti gumpalan gulali lembut, seolah menggodanya untuk tidur lebih lama.
Namun gadis kecil itu harus mencari makan. Perut buncitnya mulai berontak. Cacing-cacing mulai mengadakan demo, suara nyaring punmembangunkan pemuda di sampingnya. Sosok itu mengerjapkan mata, lalu membelai lembut rambut gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu terduduk dari tidurnya. Matanya membulat, ia terkejut. Tertidur di sampingnya sesosok pemuda yang tersenyum padanya. Gadis itu terdiam sejenak, matanya menatap sekitar.
Di mana Ibunya?
.
.
.
Ahra Ahn & Ji Ki Present
.
.
.
One Night Scandal Project
Si Kaki Panjang
.
.
Genre: Family
.
.
Si Kaki Panjang
Kaki-kaki kecil berlari-lari mengejar bola. Tawa gurau anak-anak bermain bola terdengar hingga ke seberang jalan. Tidak sedikit orang dewasa duduk menonton, tidak banyak juga yang menghabiskan aktivitas dengan duduk di pinggiran warung kaki lima sembari menikmati kopi di sore hari. Sebuah hari yang damai untuk segelintir orang di tempat itu.
Namun jauh di balik gunung, di sebuah tempat pembuangan akhir, terduduk gadis kecil yang tengah memakan roti berjamur. Tubuhnya sehitam arang, rambutnya kusut begitu pun giginya yang menguning. Pakaian yang dikenakannya telah robek di ketiak, sebuah peringatan bahwa gadis itu harus mencari pakaian baru di antara tumpukan sampah setinggi gedung sekolah. Tak dapat dipungkiri, ia begitu menikmati sore dengan jatah makan siang miliknya.
Orang-orang di sekitarnya sering memanggilnya 'gadis sampah'. Bukan karena cemooh, namun karena pertemuannya dengan warga tempat pembuangan akhir ini. Saat itu, di saat teriknya siang di Samarinda, salah seorang mendengar suara tangis di balik tumpukkan kardus. Hanya seorang yang mencari asal suara, di belakang terkumpul kerumunan orang yang mulai menceritakan mitos dan cerita bohong.
Kardus itu pun akhirnya ditemukan. Seorang bayi berusia lima bulan menangis kelaparan. Tubuhnya kurus dan demam, serta bintik-bintik bekas gigitan nyamuk yang memenuhi tubuh bayi tersebut. Atas inisiatif warga, mereka merawat bayi mungil itu bergantian.
Namun tidak ada yang benar-benar mengadopsi gadis itu. Alasan klasik, mereka telah mempunyai banyak anak dan biaya hidup tinggi yang harus dipenuhi dengan mengais sampah. Ketika ia tumbuh menjadi balita, warga terpaksa membangun rumah di tengah-tengah gunung sampah. Rumah kardus tempat balita itu hidup hingga sebesar sekarang.
Matahari pun terbenam. Jika anak seusianya pulang ke rumah dengan seorang Ibu yang berkacak pinggang di depan pintu, gadis itu pulang ke rumah dengan pakaian usang yang ia bawa. Di depan pintu berdiri sebuah kardus yang termakan rayap. Gadis itu segera mengganti pakaiannya, tak lupa membawa masuk kardus yang berada di depan pintu. Pakaian yang ia kenakan kini sedikit lebih baik, karena hanya warnanya saja yang memudar. Selebihnya, ini tak lebih dari sebuah pakaian baru untuknya.
"Ibu, selamat tidur," ucapnya sebelum benar-benar terlelap. Kardus yang dipanggilnya "Ibu" itu ikut tidur dalam dekapannya, hitung-hitung mengurangi rasa senyap dinginnya malam. Wajah kusamnya terlihat damai. Ia bahkan tersenyum dalam tidurnya. Tidak menyadari dua orang pria yang memasuki rumahnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Scandal
ContoSekumpulan cerpen bertemakan skandal semalam, dengan genre utama berbeda. Kupersembahkan untukmu sebagai hadiah ulang tahun Riri & Rara's Room (blog) yang keempat tahun. Untuk beberapa cerita saya sarankan untuk didampingi orang tua atau men-skipnya...