Ini fanfiction pertama gue tentang Justin Bieber dan juga fanfiction pertama gue yang di publish di wattpad atas saran dan permintaan temen gue si Kiki, Ki this is for you and sorry if my story not like your wish. Gue masih amatiran broh. But Enjoy.
Chapter 1
Gadis beriris coklat madu itu menatap jalanan dari balik kaca mobilnya yang mulai berembun dan basah karena hujan yang sejak tadi mengguyur kota itu.
Matanya tak benar-benar memandang pemandangan jalanan kota London yang nampak suram itu siang itu.Ia menoleh kesamping dan mendapati ayahnya Tom Moretz tengah bertelpon dengan seseorang yang keliatan penting karena raut wajah pria dewasa itu tampak serius.
Gadis bernama Chole itu mendengus lalu kembali menatap keluar jendela kaca mobil itu,sebenarnya ia tidak benar-benar memperhatikan apa yang di lihatnya,well ia hanya sedang ingin menerawang pikirannya sendiri.
Memutuskan apa ia harus menuruti permintaan ayahnya yang sama sekali tidak masuk akal baginya atau kabur saja entah kemana sampai ayahnya membatalkan niat gilannya itu.
Bayangkan saja ayahnya itu berniat mengirimkannya ke sebuah asrama seni yang sangat populer di Eropa dan meninggalkannya sendirian disana,ralat bukan benar-benar sendirian sih hanya saja jika ia benar-benar tinggal disana artinya ia akan tinggal jauh dari ayahnya dan itu benar-benar ide yang buruk,memikirkannya saja sudah membuat perasaan Chole gundah apalagi ia sudah kehilangan ibunya 2 tahun yang lalu dan sekarang setelah ibunya meninggalkannya,kenapa ayahnya malah ikut membuangnya ke asrama sampah itu.
Apa ayahnya tak tahu betapa takutnya Chole berada jauh dari ayahnya itu,betapa takutnya ia kehilangan seseorang yang amat disayanginya itu.
Bagaimanapun,gadis itu memiliki trauma dengan kata kehilangan.
"Dad,kumohon. Aku benar-benar tidak ingin masuk ke asrama bodoh itu,please dad. Aku sudah kehilangan Mom untuk selamanya,aku tak mau kehilangan kau juga.
Kumohon jangan tinggalkan aku di asrama itu,aku kan bisa homeschooling atau sekolah di sekolah umum biasa bukan asrama seperti itu." Chole menatap ayahnya dengan wajah paling memelas yang bisa dibuatnya ketika ayahnya itu tengah mematikan ponselnya dan memasukan benda pipih itu kedalam kantung jasnya .
Ayahnya,Tom Moretz menoleh menatap peri kecilnya itu tidak tega,sebenarnya ia sendiri juga tak rela meninggalkan Chole yang baru berusia 16 tahun itu di Asrama.
Tapi ia harus tetap melakukan hal itu,karena itu memang permintaan Emma-istrinya sebelum wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya. Ia hanya ingin putri satu-satunya itu menjadi ballerina atau pemusik atau juga pelukis seperti ibunya yang sangat multitalend itu.
"Sweetheart,dad hanya ingin yang terbaik untukmu dan kupikir asrama itu sangat cocok untukmu,itu sekolah seni terbaik di benua kita,sayang. Kau tak akan menyesal berada disana. Dan Dad hanya ingin kau mencoba hidup mandiri tanpa Dad dan sebelum ibumu meninggal ia pernah berharap bahwa kelak mungkin kau bisa jadi sepertinya,jadi seorang Ballerina atau pemusik."
Tom mengusap pelan rambut coklat indah milik Chole,berharap mungkin putrinya itu akan menerima alasannya kali ini saja dan menurutinya. Batin Tom.
Saat Tom sedang membelai lembut kepalanya,Chole mendengus seraya mengerucutkan bibirnya sebal. Ayahnya itu benar-benar tak mengerti perasaannya.
Tidak sedikitpun! Setelah kehilangan ibunya 2 tahun lalu,Chole hanya ingin hidup bersama ayahnya dan menghabiskan hari-harinya bersama bukan terpisah oleh jarak seperti yang akan terjadi nanti jika ia jadi dititipkan di Asrama seni sialan itu.
Chole benar-benar tak ingin kehilangan lagi orang yang paling disayanginya di dunia ini,karena rasanya begitu menyakitkan.
Chole benci perasaan itu,perasaan dimana ia merasa sendiri dan kesepian. Ia benci alasan ayahnya menyuruhnya tinggal di asrama hanya karena ingin membuat gadis itu mandiri,tak masuk akal.