Justin POV
Aku menggeliat tidak nyaman ketika aku merasakan kedua kakiku di tindih sesuatu yang berat,hangat dan halus. Aku menggoyang-goyangkan kakiku agar apapun benda yang menindihku itu segera jatuh tapi benda itu tidak juga enyah dari kakiku membuat ku penasaran dan akhirnya dengan sangat terpaksa membuka kedua mataku dengan enggan untuk melihat sesuatu yang mengganggu tidurku itu.
Dan saat kubuka mataku perlahan, aku mendapati pemandangan yang benar-benar indah.
Haha,sangat menggiurkan malah.
Aku meneguk ludah dengan susah payah melihat seorang gadis yang tengah telengkup di depanku dengan dress nya yang sedikit terangkat dan perutnya yang ramping itu menindih kakiku,membuat otot-otot ku rasanya menegang,sial.
Kalau dilihat dari posisinya,sepertinya ia tersandung kakiku hingga membuat gadis malang itu tersungkur di hadapanku dengan posisi yang begitu menggiurkan.
Aku bahkan bisa melihat dalamannya yang berwarna putih berenda karena dressnya sedikit tersingkap keatas. Dalaman yang di pakainya itu sangat kontras dengan keadaan hutan yang sangat gelap saat ini.
Tiba-tiba gadis itu menoleh padaku dan menatapku tajam dan aku balas menatapnya dengan seringaian nakal yang sengaja kubuat untuk sekedar menggodanya.
Gadis itu tampak terkejut dan marah sepertinya, kemudian dia menatapku dengan tatapan marah tapi aku juga bisa merasakan sedikit rasa takut yang dipancarkan kedua iris mata indahnya.
"Siapa kau?!!" bentaknya saat ia sudah bangun,merapihkan pakaiannya dan berdiri dihadapanku.
"Aku Justin Drew Bieber" ucapku santai seraya mengulurkan tangan dari posisiku yang masih terduduk dan bersandar pada batang pohon besar ini.
"Aku tidak bertanya namamu" gadis itu berujar sinis sambil memutar dua bola mata coklatnya.
Dan entah kenapa aku benci hal itu.
"Maksudku,apa yang kau lakukan disini?" lanjutnya.
"Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?" ucapku dengan suara dan ekspresi datar.
"Itu bukan urusanmu!" ucapnya galak.
"Kalau begitu jangan tanyakan hal yang sama padaku,karena itu bukan urusanmu juga,nona."
Aku bangun dan berdiri hingga kini kami sejajar walaupun gadis itu teryata lebih pendek daripada ku.
Aku mencondongkan wajahku kedepan, berniat menggodanya. Aku mengamati wajahnya. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat dengan jelas wajahnya yang teryata cantik dan aroma vanila yang harum tercium dari rambutnya.
Tapi kemudian aku melihat benjolan kecil dan biru di keningnya,entah kenapa tiba-tiba bibirku itu tersenyum melihat benjolan itu. Itu tampak lucu,pikirku.
"Apa lihat-lihat?!" serunya galak.
"Tidak ada,hanya saja kau tampak cantik dengan benjolan biru itu." kata-kata sialan itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Sebenarnya aku tak berniat mengejeknya,tapi entahlah rasanya menyenangkan melihat gadis ini marah.
"Ini semua karena mu,idiot! karena kau meletakan kaki sialan mu itu di jalanan, dan itu membuatku tersandung,bodoh." Gadis itu memaki ku dengan sangat menjiwai.
Well rasanya aneh melihat ada gadis yang memakiku. Tak pernah ada gadis yang berani menolak pesonaku,apalagi memaki ku begini.
Itu sangat melukai harga didiriku sebagai makhluk tertampan disini. Seketika aku menatap gadis itu dengan tatapan marah.