Justin menggeram kesal sambil melempari batu kerikil ke dalam danau didepannya.
Hari sudah sudah hampir menjelang senja dan seharian ini suasana hati pria itu benar-benar buruk.
Terlebih saat pelajaran olahraga tadi,ugh.
Rasanya Justin ingin sekali menendang bokong guru olahraga itu. Gara-gara dia, Chole pingsan dan dibawa entah kemana oleh pria yang bahkan Justin tak tahu namanya dan sejak itu Justin tak bisa menemukannya dimana pun dan hal itu membuatnya uring-uringan tidak jelas. Bahkan tadi Justin sudah melampiskan kekesalannya pada beberapa murid nerd,tapi tetap saja ia masih kesal belum lagi Jason yang menghilangkan entah kemana. Lengkaplah sudah.
Justin mendengus,kemudian menyandarkan tubuhnya dibatang pohon yang tampak rindang dan teduh di belakangnya.
Matanya memandang danau kecil yang ada di belakang gedung asrama itu sambil sesekali melempari batu kerikil kedalamnya.
Dari sini gedung asrama itu tampak megah tapi sepertinya bangunannya sudah tua.
Justin merogoh saku celana seragamnya dan menarik sepuntung rokok dari sana lalu menyelipkan rokok itu ke bibirnya. Ia menyalakan korek api dengan tangannya kemudian menyalakan rokok itu. Justin menghisap rokoknya,kemudian membuang asapnya sembarang. Setidaknya ia bisa merokok sekarang,ini lebih baik daripada berdiam diri sampai suntuk di kamar asramanya yang membosankan itu.
Tak ada bir,tak ada kesenangan disana. Mungkin perempuan banyak,tapi entah kenapa Justin tak berminat pada mereka -kecuali Chole tentunya, karena Justin sepertinya mulai tertarik pada gadis berambut coklat karamel sepertinya itu.
Chole POV
Kubuka mataku perlahan,dan kau tahu hal pertama yang kulihat adalah langit-langit yang penuh dengan ukiran indah yang sebelumnya pernah kulihat.
Dan sepertinya pun aku pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.
Yah,sepertinya tempat ini tak asing bagiku. Ah ya,ini kan ruang kesehatan asrama.
Aku berakhir disini kembali,ugh! Chole,kenapa kau jadi lemah begini? Memalukan.Kalau Dad tahu pasti ia akan kecewa. Kenapa tubuhku jadi cengeng begini sih?Masa lari begitu saja langsung pingsan,memalukan. rutuknya.
"Kau sudah bangun ya?"
Aku mengerjapkan mataku ketika telingaku menangkap sebuah suara berat seorang pria.
Aku menoleh kesamping dan mendapati seorang pria yang amat sangat mirip dengan Justin tersenyum kearahku,hanya saja terlihat jelas iris matanya yang berwarna biru safir yang sangat kontras dengan rambut coklat dan kulit pucatnya.
"Kau siapa?" hal pertama yang selalu aku tanyakan setiap kali aku mendapati orang asing yang tidak kukenal berada di dekatku.
Pria itu duduk di tepi ranjang di sampingku,mau tidak mau aku segera beranjak bangun dari tidurku.
"Aku Jason,Jason Bieber."
"Pantas."
Aku memutar bola mataku malas.
Pantas saja mirip,teryata mereka bersaudara. Satu bieber saja sudah sangat merepotkan,apalagi dua! Aku benar-benar tak bisa membayangkan,akan seperti apa hidupku sekarang.
"Hey,kau baik-baik saja?" dia menatapku cemas,karena aku tak bergeming sejak tadi.
Aku hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaannya
kemudian hendak turun dari ranjangku,baru satu kaki melangkah aku sudah tersandung sepatu sialan yang ada dibawah ranjang membuat jidatku sukses mendarat indah di lantai ruang kesehatan ini.