"SEDANG APA KAU DISINI,HA?"
Chole menatap pria bersurai coklat itu tatapan kesal karena pria itu merupakan pria paling Chole benci sekarang ini belum lagi setiap kali ia bertemu pria itu pasti ia selalu mendapatkan kesialan,dalam bentuk apapun itu.
"Well,apa kau buta nona manis?Tentu saja aku bersekolah disini. Apa kau tidak lihat seragamku em?atau kau terlalu terpana memandang wajah tampanku?"
Justin mendekatkan wajahnya kedepan wajah Chole hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Lalu ia menyeringai, seringai licik yang membuat Chole muak. Tapi anehnya gadis itu tak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah Justin yang ada didepannya saat itu,entahlah badannya terasa kaku untuk digerakan bahkan untuk sekedar memalingkan pandangannya.
Dari jarak sedekat ini Chole dapat merasakan hembusan napas hangat Justin yang menerpa wajahnya. Logikanya berusaha memungkiri kenyataan bahwa pria yang ada dihadapannya ternyata tampan bahkan mungkin lebih dari tampan. Matanya coklat madu,bening dan tampak teduh. Hidungnya mancung sempurna,alisnya tebal belum lagi rahangnya yang tampak kokoh,kuat dan sangat maskulin. Seakan Tuhan menciptakannya sambil tersenyum.
Belum lagi senyumannya yang dapat meluluh lantahkan siapapun yang melihatnya.
Sialan Chole apa yang kau pikirkan bodoh?! Chole berusaha keras menentang segala logika nya tentang pria itu. Tidak,pria itu monster. Dia pisikopat gila,berandalan mesum dan mungkin saja ia juga seorang pengidap!
"Sampai kapan kau akan terus memandangiku seperti itu,eh?" goda Justin sambil menatap Chole yang sedari tadi melamun menatapnya.
Chole langsung mengerjap lalu kembali menatap Justin dengan tatapan sinisnya.
"Siapa juga yang memandangimu,aku hanya berpikir apa salah dan dosaku sehingga Tuhan mempertemukanku dengan pria pembawa sial sepertimu." dusta Chole.
Lalu gadis itu hendak melangkah pergi menuju kelas perancisnya yang sudah sangat terlambat sebelum Chole merasakan seseorang menarik lengannya kasar lalu memojokkannya pada dinding koridor.
Justin tersenyum jahat menatap wajah pucat Chole yang sekarang terhimpit oleh tubuhnya.
"Aku paling tidak suka ada gadis yang mengacuhkanku,Chole." bisik Justin ditelinga gadis itu. Chole merinding,panik dan gugup saat bersamaan saat napas hangat Justin menerpa tengkuknya mebuatnya merinding. Astaga,ia tak pernah sedekat ini dengan seorang pria!
Ia mendorong kuat tubuh Justin yang menghimpitnya tapi itu sepertinya sia-sia karena kekuataannya memang tak sebanding dengan Justin yang notabenya lelaki.
"Lepaskan. Brengsek!!" umpat Chole.
Ia mengerang frustasi karena tidak bisa berontak dalam himpitan pria sialan itu.
Oh demi Tuhan,siapapun selamatkan aku sekarang! Chole membatin frustasi.
"Lihatlah betapa kasarnya ucapanmu itu manis, haruskah aku membungkam bibirmu dengan bibirku agar mulutmu itu berhenti mengumpat kasar?" goda Justin yang semakin mencondongkan wajahnya ke wajah Chole. Chole menahan napasnya lalu menutup matanya takut melihat apapun yang akan dilakukan pria dihadapannya itu selanjutnya.
Hingga kemudian ...
"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN?!" wanita paruh baya itu menatap tajam kearah dua muda-mudi yang tengah terhimpit di pojok koridor dengan posisi yang begitu menjanggalkan.
Justin segera menarik diri terkejut lalu refleks memberi jarak antara dia dan Chole.
Sementara gadis itu masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi dan berusaha mengatur napasnya yang naik turun tak beraturan.