Bagian 8

1.8K 78 3
                                    

Deeva memandang kafe yang selama ini menjadi tempatnya bekerja. Tak disangka hari ini akan datang. Kalau Deeva boleh jujur, sebenarnya Deeva sudah sangat nyaman bekerja di tempat ini. Karyawannya memperlakukan Deeva dengan baik. Dan banyak dari para pelanggan juga sudah berteman baik dengan Deeva.

Deeva berjalan memasuki kafe. Bunyi denting lonceng menginterupsi sipapun yang keluar masuk kafe, membuat para pelayan segera berlari menuju pintu untuk menyapa pelanggan yang datang.

Deeva tersenyum pada Katty, teman sesama karyawannya, "Loh? Deeva?" Katty menunjukkan wajah pias. Ia terkejut karena Deeva yang beberapa hari yang lalu sudah tidak masuk kerja, sekarang tiba-tiba datang.

"Hai Katty! Apa kabar?" ujar Deeva kasual.

Mereka berdua berbincang hingga menuju meja kasir. Katty mengerucutkan bibirnya karena selama ini Deeva tak memberi kabar mengenai status dirinya di kafe ini.

"Gara-gara kamu nggak masuk, aku jadi kuwalahan tau!" gerutu Katty, "Ditambah, Pak Wisnu yang sekarang jadi lebih sering marah-marah nggak jelas. Nyebelin!"

Deeva terkekeh, ia menepuk bahu Katty, "Maaf. Aku ada urusan baru-baru ini. Oh iya, Kak Wisnu mana?"

Katty menunjukkan sebuah ruangan tempat Wisnu mengatur perkembangan kafe ini. Deeva kemudian pamit untuk menemui Wisnu dan menyampaikan beberapa hal padanya.

Deeva mengetuk pintu dan tak berapa lama terdengar interupsi agar Deeva masuk. Deeva masuk dan langsung berhadapan dengan Wisnu yang menatapnya tak menyangka. Mungkin ia masih syok bagaimana Deeva bisa berada disini lagi setelah beberapa hari tidak menampakkan wujudnya.

"Oh, Deeva! Ada apa? Silahkan duduk dulu!"

Mereka berdua duduk pada sofa yang terletak tak begitu jauh dari meja Wisnu. Dari sini ia melihat lingkaran hitam di bawah mata Wisnu. Deeva menyadari bahwa Wisnu ini adalah pekerja keras diusianya yang terbilang masih muda. Ia sudah bisa memimpin kafe dengan baik di sela-sela kesibukan kuliahnya. Tapi, tak sekalipun Deeva menjumpai Wisnu dengan kedaan berantakan seperti ini. Wisnu selalu menjaga pola hidupnya agar teratur.

"Keliatannya kakak kelelahan banget. Nggak kayak biasanya kakak begini." Meski Wisnu pernah menyatakan perasaannya pada Deeva, gadis itu tak pernah sekalipun menjaga jarak terhadap Wisnu. Karena menurutnya bersikap perhatianpun karena Deeva sudah menganggap Wisnu sebagai kakaknya.

Wisnu hanya tersenyum lemah dan menggeleng. Terihat jelas bahwa laki-laki itu kelelahan, "Tidak apa-apa Deev. Oh iya, kamu ada perlu apa mendadak kemari?"

Deeva menelan ludahnya yang terasa sebesar biji salak. Ia gugup bukan karena berhadapan dengan Wisnu, melainkan karena ia dengan berat hati harus mengatakan ini.

"Kak, saya mau resaign!"

Wisnu diam membeku. Hanya embusan napas dan kediapan mata yang menunjukkan bahwa laki-laki itu masih bernyawa. Telinga Wisnu berdengung panjang setelah Deeva mengatakan hal demikian.

Kalau Deeva resaign, maka kesempatan Wisnu untuk tetap bersama Deeva akan semakin kecil. Beberapa hari ia tak melihat Deeva, ia sudah berantakan begini. Apalagi untuk waktu yang tidak bisa ditentukan?

"Kamu beneran mau resaign, Deev?" tanya Wisnu meyakinkan setelah ia bisa mengontrol dirinya sendiri.

Deeva mengangguk tegas. Keputusannya sudah bulat. Keputusan ini ia ambil karena ia tak mau membuat ayahnya khawatir setiap waktu. Apalagi setelah Deeva mengakui bahwa dirinya bekerja paruh waktu, Indra semakin protektif pada anaknya ini. Menurut Deeva, ayahnya akan protektif sampai Deeva benar-beanar bebas dari penyakitnya. Atau mungkin Indra masih prtektif, tapi masih bisa dirayu Deeva.

Cinta Sepihak √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang