5. Tetangga (?)

29 6 0
                                    

Cklek

Pintu kamar Farel terbuka lebar dan seorang cewek seumuran dengannya masuk lalu tak lama menutup pintu itu kembali.

Tanpa menoleh pun ia langsung tau betul, siapa yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tentu saja itu adik kembar kesayangannya yang kurang ajar.

"Ckckck, lo kebiasaan banget deh masuk ke kamar orang tanpa ketuk pintu dulu," Gerutu Farel sebal, ia sama sekali tidak mengangkat wajahnya dari game yang sedang dimainkannya.

Sheila hanya nyengir tidak jelas sambil memerhatikan Farel yang sedang bermain game. Farel mempause gamenya dan menoleh menatap wajah adiknya yang tidak seperti biasanya terlihat begitu cerah.

"Lah lo kenapa nyengir-nyengir gak jelas kek gitu? Kesurupan ya lo?!" Seru Farel heboh. Cowok itu hendak menjauh dari Sheila. Namun Sheila menahan tangan Farel dan memeluk cowok itu erat.

"Oh my god Rel!! Gue bener-bener seneng tau gak?" Seru Sheila heboh lalu melepaskan pelukannya. Entah kenapa, Farel ikut tersenyum melihat wajah Sheila yang terlihat senang dan berbinar cerah seperti itu. Padahal ia belum tau apa alasan yang membuat adiknya itu benar-benar senang.

"Kenapa? Apa yang bikin lo se-bahagia ini?" Tanya cowok itu penasaran.

"Sahabat lo, Gerry. Dia-- dia ngajak gue jalan malam minggu nanti!!" Kata Sheila girang.

Farel memudarkan senyumannya begitu mendengar ucapan dari Sheila. Wajahnya berubah menjadi datar. Tangannya tanpa sadar mengepal kuat dibelakang tubuhnya.

Apa maksud cowok itu yang tiba-tiba ingin mengajak Sheila pergi?

Bukankah selama ini Gerry selalu tidak peduli kepada adiknya?

Sheila menatap heran Farel yang sejak tadi melamun dan ia melihat perubahan dari raut wajah Farel, "Rel!! Lo kenapa sih tiba-tiba jadi diem kayak gini?" Tanya Sheila yang sukses membuyarkan lamunan Farel.

"Eh? Nggak kok, gue cuma lagi mikir aja. Kenapa si Gerry milih jalan sama lo dibanding sama-- AWW!" Farel meringis nyeri saat remot TV yang ada dikamarnya sengaja Sheila lempar mengenai kepala cowok itu.

"Sakit tau gak! Durhaka lo sama kakak sendiri!" Keluh Farel.

Sheila menjulurkan lidahnya, "Rasain!"
Lalu setelah itu, Sheila keluar dari kamar Farel dan menutup pintu kamar itu dengan kencang.

Raut wajah Farel berubah. Tangannya meremas kuat selimut yang ada di hadapannya. Ini tidak bisa dibiarkan!

『Bad』

"Kesell tau gak! Kenapa harus dia cewek yang disukai Dava?! Kenapa gak gue aja?!!" Karen berteriak kesal.

Amel mendesis, "Berisik Ren, ini udah tengah malem. Gak cape apa dari tadi teriak-teriak gak jelas gitu?"

Vanesa mengangguk membenarkan, "Udahlah, mulai sekarang lo gak usah peduliin Dava lagi. Dia cuma bikin lo sakit hati aja."

Karen menggeleng. Ngelupain Dava itu gak gampang. Selama ini bisa dibilang, Dava itu bagian hidup Karen. Mana bisa Karen melupakan Dava.

"Gue yakin lo pasti bisa," Kata Vanesa meyakinkan.

Tiba-tiba Amel melemparkan sebungkus rokok kearah Karen. Karen menatap bingung cewek itu.

"Ini maksudnya apadeh?" Tanya Karen. Kenapa Amel melemparkan rokok kepadanya? Amel kan tau pasti kalau Karen tidak suka merokok.

Amel terdiam, lalu tak lama matanya menerawang menatap langit, "Gue cuma mau nyaranin aja. Coba deh lo nyobain ngerokok itu kayak gimana. Ngerokok itu bisa bikin kita gak stres loh Ren. Sebenarnya gue juga gak percaya kalo rokok bakalan ngilangin stres gitu. Tapi setelah gue coba, ternyata bener. Ya intinya sih, rokok itu sebagai bahan pelampiasan aja kalo kita ada masalah." Ucap Amel.

BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang