BAB 2 ~ Melody of Rain ~

346 44 48
                                    


Sejak kejadian memalukan yang dialaminya, sebisa mungkin Melody akan menghindari Kakak OSIS paling menyebalkan namun paling manis menurut Mala. Sepertinya Melody harus memukul kepala Mala agar kembali tersadar bahwa orang yang menurut Mala paling manis itu adalah orang yang sudah masuk daftar hitam bagi melody untuk dikagumi.

Bagaimana tidak? setiap kali bertemu dengan Wakil Ketua OSIS yang pagi-pagi sudah menghukumnya karena terlambat, dan jangan lupakan kejadian memalukan di Aula. Oh tidak, Melody benar-benar ingin menenggelamkan dirinya di sungai belakang sekolah karena Mala akan dengan senang hati menyeretnya dan menyapa si menyebalkan dengan senyuman manis. Mungkin sebaiknya Melody harus mencari teman lain yang tidak memalukan seperti Mala.

Tapi pasti ada yang salah. Setahu Melody, Mala adalah anak yang menyenangkan memang, tapi hanya dengan teman perempuan. Dan dia tidak terlalu suka beramah tamah dengan kaum lelaki. Tapi setiap kali bertemu Rio, Wakil ketua OSIS yang menyebalkan itu. Tingkah Mala jauh lebih menyebalkan bagi Melody. Amat sangat menjengkelkan.

"Jadi lo suka sama Rio?" Melody melontarkan begitu saja pertanyaan yang selalu mengganggunya sepanjang hari pertama dia mengikuti orientasi siswa.

Mala hanya tersenyum dan itu lebih berkali-kali lipat menyebalkan bagi Melody, "Cari yang lain aja. Yang emang benar-bener manis. Dia gak ada manis-manisnya. Tampang datar tanpa senyum. Sogan banget!"

"Dia emang cogan kali Dy!" Mala menimpali masih dengan senyuman manisnya.

Melody mendengus kasar dan memutar bola matanya, "gue bilang sogan bukan cogan!" sepertinya kasmaran membuat telinga Mala menjadi kurang berfungsi dengan benar.

Mala memutar kepalanya ke arah melody. Menaikkan alisnya bingung. "Sogan apaan?"

Sambil mencibir dan berdiri dari duduknya karena bel tanda jam istirahat sudah selesai. Melody berujar tanpa menoleh ke Mala, "Sok ganteng!" lalu pergi meninggalkan Mala yang tampak berpikir.

Bukankah Kakak OSISnya itu memang tampan. Bahkan jika disandingkan dengan Rega alias pangerannya Melody, Rio cukup menjadi saingan berat. Hampir semua siswi baru juga mengakui jika Rio memang tampan. Lalu apa masalahnya? Sepertinya mata melody mungkin hanya diciptakan untuk melihat pangerannya saja.

Mala yang tersadar dari kesimpulannya, langsung berlari mengejar Melody yang hampir memasuki Aula. Setelah ini akan diumumkan pembagian kelas. Mala tak mau terlambat mencari tempat duduk setrategis baginya.

***

Melody kesal karena Mala sudah lebih dulu menemukan tempat duduk sekaligus sudah duduk dengan gadis cantik bermata sipit dengan hidung mancung dan bibir yang tipis. Tinggi, putih dan sempurna. Hanya itu yang terpikir di benak Melody. Tapi selanjutnya yang membuat Melody menahan tawa adalah saat gadis sempurna bak barbie itu mengenalkan diri.

Namanya Ayu Wulandhari, katanya nama itu berarti bidadari bulan yang sangat cantik. Memang benar cantik. Tapi bukan itu yang membuat Melody menahan tawanya, melainkan logat jawa yang kental. Bayangkan saja, saat pertama kali melihatnya semua orang pasti membayangkan gadis cantik yang begitu sempurna sama seperti kakaknya.

Melody bukan menghina logatnya karena dia juga ada keturunan jawa. Tapi sangat lucu sekali bagi Melody saat mendengar kata demi kata yang diucapkan Ayu.

"Lo kenapa sih Mel?"

Melody menoleh kesamping tempatnya duduk, gadis cantik khas gadis-gadis sunda lainnya. Melisa adalah teman sejak dia duduk di taman kanak-kanak. Teman atau bisa disebut sahabat. Yang lebih bagusnya lagi, Melody dan Melisa selalu masuk sekolah dan kelas yang sama. Bahkan mereka tak jarang selalu menempati bangku yang sama. Melisa yang selalu dikenal sebagai sahabat Melody.

Ya, semua orang memang mengenal Melody. Gadis ceria yang bahkan susah untuk berdiam diri. Gadis dengan rambut coklat madu, mata bulat yang terlalu bulat baginya namun membuat semua orang iri melihatnya ditambah orbs biru yang selalu disembunyikannya. Hanya orang-orang terdekat saja yang tau jika dia mempunyai mata yang benar-benar sangat indah. Bulu mata lentik, hidung kecil yang mancung dan bibir tipis. Kulit putih bersih dan badan yang ideal bagi gadis seusianya. Namun sering dijuluki gendut karena pipinya yang cubby. Sungguh gambaran sebuah boneka.

Tapi Melody merasa tidak seberuntung itu. Kehadirannya bahkan tidak diharapkan sama sekali. Dan hidup belasan tahun terpisah dari orang tuanya. Ibu mana yang tega menitipkan anak yang masih berusia 4 tahun kepada kakek dan neneknya demi sebuah cita-cita? Ayah mana yang tega menemani kekasih hatinya meniti karir dan melupakan anak-anaknya? Bukankah Melody dan Harmony adalah buah cinta mereka?

"Mel? Hallo.." Melisa menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Melody.

Sadar akan dirinya yang terlalu lama melamun, Melody tersentak dan mengerjapkan matanya, "eh.. Oh.. Kenapa Lis?"

Merasa diabaikan oleh Melody, padahal dari tadi Melisa sibuk menceritakan pangeran tampan Melody alias Rega. "Lo dari tadi nggak nyimak gue cerita, ya? Udahlah lupakan. Males gue ngulang cerita. Tapi nanti jangan nanya-nanya gue lagi."

Melody yang merasa bingung hanya mengerutkan dahinya. Ini kesalahannya karena saat Melisa bercerita dia malah sibuk memikirkan kedua orang tua. Yang bahkan sudah sebulan ini tidak memberinya kabar.

"Sorry deh, gue lagi kepikiran Bonyok. Udah lama nggak ngasih kabar."

Melisa yang tadi sudah cemberut kini menetapnya dengan wajah prihatin, "maaf, gue nggak tau. Lo bisa cerita apapun sama gue Mel, lo tau pasti gue bakal selalu ada buat lo!" Melisa meyakinkannya sambil menggenggam tangan Melody.

"Ya gue tau, makasih banyak Lis. Lo sahabat yang selalu ngerti gue," ucapnya sambil membalas genggaman tangan Lisa dengan tangan Kirinya.

***

Melody sesungguhnya tidak ingin menanggapi omongan miring tentangnya yang akhir-akhir ini sering dipergunjingkan dengan murid-murid di sini. Sebenarnya apa masalah mereka sehingga apapun yang berkaitan tentang Melody seakan menjadi santapan lezat untuk dibicarakan.

Beberapa minggu bersekolah ditempat ini Melody tahu apa yang sebenarnya mendasari mereka menjadikan Melody bahan gunjingan. Bermula dari kejadian memalukan yang selalu ingin Melody lupakan. Itu semua karena Rio, orang yang menghukumnya disaat pertama kali Melody terlambat. Dan karena itu pula Rio mengetahui bahwa Melody menyimpan perasaan khusus kepada Ketua OSISnya.

Saat tau Melody dihukum kembali karena keteledorannya, Rio dengan senang hati membeberkan bahwa Melody adalah salah satu siswa baru yang sudah menunjuk diri sebagai pengagum Rega.

Dan sekarang bukan hanya berita itu masih sering dia dengar. Berita lebih menyakitkan kembali menyeruak. Seolah Melody adalah anak haram yang dibuang kedua orang tuanya karena tidak ingin hidup mereka sial telah melahirkan anak tanpa sebuah hubungan pernikahan.

Kejadian pertama saja suduh cukup membuatnya tahu diri bahwa dia adalah gadis yang cukup memalukan untuk seorang Rega. Dan ditambah berita miring tentangnya. Melody bahkan tidak punya muka lagi untuk ditunjukannya kepada Rega.

Ini semua gara-gara cowok brengsek bernama Rio. Yang bahkan sampai sekarang masih sering mengganggunya jika mereka tidak sengaja bertemu. Bukan, bukan disebut tidak sengaja. Karena kerap kali Melody sering menemukan Rio dimanapun Melody berada. Tidak ingin dibilang menemukan karena Melody sama sekali tidak berminat atau berniat mencari Rio. Tidak sampai kapanpun.

Namun gosip dia anak haram? yang benar saja. Siapa orang yg berani mengatakan bahwa dia anak haram? Orang itu akan menyesal karena sudah melukai perasaan anak bungsu keluarga Cussons. Keluarga yang tidak bisa diremehkan. Bahkan sekolah inipun masih termasuk milik keluarga Cussons. Karena pemilik yayasan adalah adik dari Ayahnya, Om Javan. Jika berita ini sampai ditelinga Om javan. Maka bisa dipastikan si pembuat berita akan merasakan akibatnya.


Melody of RainWhere stories live. Discover now