BAB 7 ~ Melody of Rain ~

220 25 26
                                    

Setelah kasus hilangnya handphone milik Mala, dan mendapati barang bukti berada di dalam tas Melody, Melody di skorsing selama tiga hari. Dan waktu tiga hari itu ia habiskan hanya untuk makan, tidur, makan dan tidur. Itu saja. Sampai-sampai Melody mendapatkan jeweran dari bik Imah karena tingkahnya sudah mirip kerbau.

Bik Imah memang tidak akan segan menjewer Melody ketika kesal. Oleh sebab itu Melody sangat senang mengerjai Bik Imah. Bukan senang karena mendapat jeweran, tapi dibalik itu semua Melody tahu kalau bik Imah adalah salah satu orang yang menyayanginya.

Melody merasa malas kembali ke sekolah. Dia sudah memutuskan untuk melupakan Rega dan mengiklaskannya untuk Mala. Meskipun Mala tidak pernah mengatakan sejujurnya kalau dia juga tertarik pada Rega, namun Melody hanya tidak ingin masalah seperti ini mengganggu konsentrasi belajarnya.

Selama beberapa hari ini, Melody juga menghindari sahabat-sahabatnya. Alasannya hanya ingin konsen belajar karena mendekati ujian beberapa hari lagi.

Mala juga terlihat seperti menjaga jarak. Entah karena tidak enak kepada Melody karena masalah handphone itu, atau karena Melody mengetahui kenyataan sebenarnya. Kenyataan bahwa dia menyukai Rega bukan Rio.

***

"Lo mau liburan semester kemana Mel?" Melisa tiba-tiba muncul di sampingnya, membuat Melody berjengit kaget.

"Elo Lis, belum tau. Palingan di rumah aja," Melody menjawab malas. Melody pikir dia bisa menghindar dari sahabat-sahabatnya. Nyatanya tidak. Melisa bahkan bisa menemukannya di taman belakang yang jarang dikunjungi murid di sini karena menurut rumor yang beredar tempat ini sedikit angker.

"Nggak bosen? Ke jakarta aja nemenin Kak Monik, atau ke tempat ortu lo, mungkin?" Melisa masih terus bertanya, bahkan disaat dia tahu pasti Melody sedang tidak mood bicara dengannya. Apalagi setelah Melisa menyinggung tentang orangtua Melody. Raut muka Melody berubah seketika.

"Gue tau kita sahabat sejak kecil, tapi bukan berarti itu bisa lo jadiin alasan buat ngatur hidup gue!"

Melisa tersenyum kecut. Saat Melody beranjak pergipun dia tak mencegahnya. Melody benar, Melisa memang tidak memiliki hak apapun untuk ikut campur urusan Melody.

***

Ujian semester sudah selesai. Membuat Melody makin malas pergi ke sekolah. Tetapi jika dia bolos, maka nilai kepribadiannya akan dikurangi. Bosan sekali menghabiskan waktu setengah hari hanya untuk membuang uang jajan dan bergosip tidak jelas. Masih banyak yang bisa dikerjakan. Tidur dan makan di rumah. Namun itu tidak akan terealisasi, karena semua anak kelasnya juga mendapat ancaman yang sama dari bu Dewik.

Mereka harus mengikuti class meeting. Lomba-lomba antar kelas. Dan hari pertama ada lomba basket. Sebagian murid sedang menonton di lapangan outdoor, dan bagi kelas yang sedang mengikuti lomba, sebagian murid lainnya akan menjadi supporter.

Kecuali Melody. Melody memutuskan akan sarapan di kantin ketika suara gadis galak itu memanggilnya.

"Heh cewek gendut!! Wooy!!!" Melody tak menanggapi seruan itu karena dia memang tidak merasa dipanggil, namanya Melody! Bukan cewek gendut! Begitu pikirnya.

"Aww,.. Sakit!" Melody terkejut dan mengaduh seketika saat merasakan sejumput rambutnya tertarik, "apa? Kalo manggil yang sopan! Bukan main tarik rambut gini!" Melody masih berusaha menahan rambutnya yang rasanya hampir copot dari kulit kepalanya, sambil meringis nyeri.

"Lo yang nggak sopan! Sejak pertama masuk gue udah ngerasa lo tuh bakal bikin sensasi-sensasi murahan buat menarik perhatian cowok-cowok. Dan sekarang terbuktikan! Cewek sialan!!" ucapnya sambil menarik cepat rambut Melody.

Melody yang tidak mengira akan diperlakukan seperti itu terkejut lalu tersungkur.

"Bagusnya dulu gue bikin lo bener-bener malu dan ngebuat lo angkat kaki dari sini, tau nggak lo!! Muka sok suci. Kalo bukan karena Rio udah gue gampar lo dari dulu. Kecentilan sama Rega tapi masih genit juga ngerayu Rio! Murahan lo!!!" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk Melody.

'Apa katanya? Kecentilan? Genit? Siapa? Gue?' Melody masih bertanya-tanya dalam pikirannya ketika secepat kilat cewek galak itu menarik kerah bajunya dan menyeretnya begitu saja lengkap dengan rambut acak-acakannya.

Sesampainya di tempat tujuan Melody didorong begitu saja di tengah lapangan. Melody memang tidak menyadari tujuan cewek itu ketika dia diseret tadi. Namun saat dia berdiri ditengah lapangan dengan dua orang yang sudah adu jotos di sana, Melody memekik ngeri. Siapa yang tidak terkejut ketika lapangan yang seharusnya menjadi tempat lomba basket berubah menjadi arena tinju. Saat mendengar jeritan Melody, sontak keriuhan supporter kedua belah pihak berhenti.

Melody tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka malah menjadi tim hore disaat ada dua orang yang seharusnya dilerai. Gila, mereka sudah gila! Dan dua orang yang beradu tinju itu juga sama tidak warasnya. Melody rasa dia yang lebih tidak waras karena pernah menyukai Rega. Dan orang satunya lagi sudah Melody pastikan memang gila

"Ngapain lo kesini?" Rio segera menarik lengan Melody menjauh, namun ucapan Rega menghentikan pergerakkannya.

"Banci lo! Cewek yang mati-matian lo bela aja nggak pernah ngelirik lo. Cih! Cewek model begini aja bikin lo nyari ribut sama gue? Nggak ada stok lagi?" Rega meludah lalu memberikan senyuman miring.

Melody terkejut dengan ini, kenyataan baru. Apa selama ini dia salah menilai Rega? Ini seperti bukan Rega. Lalu Rio? Rega bilang Rio membelanya? Apa Melody salah dengar? Atau Rega yang salah berucap?

Pertanyaan demi pertanyaan masih berkelebat di benaknya ketika satu pukulan kembali mendarat di wajah Rega.

"Brengsek!! Sialan lo!!"

Wajah Rio memerah menahan emosi ketika tangannya masih mencengkeram kerah seragam Rega. Namun raut muka Rega sama sekali tidak menunjukkan kegetiran, malah seakan-akan mencibir kemampuan memukul Rio.

Melody sungguh berharap ada seorang guru yang datang sehingga pertengkaran ini selesai. Meskipun Melody juga masih bertanya-tanya apa masalah mereka. Dan apa hubungannya dengan dirinya.

Melody mendengar Rega berdecak lalu menjauhkan tangan Rio dari kerah seragamnya. "Suruh dia diet, biar langsing! Gue ogah pacaran sama babi!!" serunya dengan senyum mengejek Rio.

"LO..." Rio hendak memukul Rega kembali ketika satu tangan Melody mencekalnya. Saat menatap Melody, dilihatnya tatapan gadis itu. Matanya sudah berkaca-kaca. Dan cekalan d ilengannya bergetar. Rio mengurungkan niatnya. Dan langsung menarik Melody keluar dari kerumunan.

"Dasar gendut!!" Rio masih mampu mendengar geraman Rega. Namun dia tidak menggubrisnya. Rio berharap Melody tidak mendengar ucapan Rega tadi.

Sorak sorai penonton yang kecewa karena ingin melihat live show masih terdengar sampai mereka memasuki koridor sekolah. Saat Melody yakin mereka sudah menjauh, Melody melepas paksa cengkraman tangan Rio.

"Maaf! Maaf!" ucap Melody bergetar, "makasih!!!" tambahnya lalu berlari menyusuri koridor dan memasuki kelas untuk mengambil tasnya.

Melody memilih pulang, namun langkahnya terhenti ketika dia menemukan Mala menatapnya. Melody melanjutkan langkahnya dan berdiri di samping Mala. Tidak saling menatap. Dan ucapan Melody selanjutnya cukup membuat Mala tahu diri bahwa dirinya memang bukan sahabat yang baik untuk Melody.

"Makasih udah pernah jadi sahabat gue!"

Sementara ditempat lain, masih ada yang diam di tempatnya berdiri. Menyadari tatapan sendu gadis itu. Tatapan rapuh yang tak ingin dilihatnya dari pemilik mata meneduhkan itu. Ada tangan tak kasat mata yang seolah meremas kuat hatinya. Sakit, dia pun sakit.

Beberapa hati terluka, dan beberapa hati tersenyum puas. Sadar akan rencananya yang berhasil. Baginya, Melody sama sekali tidak pantas bahagia. Tidak akan bahagia selama-lamanya.


Melody of RainWhere stories live. Discover now