BAB 15 ~ Melody of Rain ~

189 16 6
                                    

Suasana mendadak sunyi. Melody bahkan tidak berani mendongak sekedar untuk ingin tahu keadaan sekitar. Nafas Melody memburu, bulu kuduknya meremang, bahkan buliran keringat dingin tak henti menetes.

Dua kali sudah Rey menolongnya. Entah ini bisa disebut membantu atau menjerumuskan Melody ke dalam masalah. Yang pasti untuk saat ini Melody merasa lega.

Napas Melody seolah kembali saat dirasa gerombolan para pembuat onar itu meninggalkannya. Bagaimana Melody yakin bahwa mereka pembuat onar, sedang Melody sendiri belum tahu pasti? Sudah bisa diyakinkan kata Melody bermonolog dalam hati.

"Lain kali, jangan pernah sekalipun lo lewat sini!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rey berlalu pergi. "Makasih," bisik Melody. Bahkan dengan suara seperti itu, mungkin Rey yang sudah berlalu tidak akan mendengarnya.

"Ya Tuhan, gue pikir lo di mana." Tari dan Vio tiba-tiba muncul di hadapan Melody dengan napas memburu.

Vio menepuk pundak Melody yang bahkan tidak menjawab perkataan Tari. Menyadari Melody yang masih tak bergeming, Vio melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Melody. Kali ini Melody merespon dengan sentakan kaget.

"Lo nggak kenapa-napa, kan?" tanya Vio retoris.

"Eh... nggak. Gue cuma lagi benerin tali sepatu." sambil menyengir tidak enak, Melody mengikat tali sepatunya yang sempat terlepas.

"Lain kali, jangan kesini sendirian atau berhenti tiba-tiba kayak sekarang," Tari mengingatkan. "Lorong itu...." tunjuk Tari ke arah lorong tempat pembuat onar tadi, "biasanya dipakai berbuat yang enggak-nggak sama anak bandel! Jadi jangan kesini, ya! Kita tunjukin biar nanti lo nggak salah jalan aja. Ayo!" jelas Tari.

Vio merangkul pundak Melody di sisi kiri, sedang Tari menarik sisi tangannya yang lain.

***

Tidak ada hal paling menggembirakan bagi siswa selain pelajaran kosong. Dan hari pertama sekolah biasanya hanya diisi perkenalan antar murid kelas dan wali kelas. Selebihnya? Pulang cepat sudah menanti.

"Lo balik sama siapa Tar?" tanya Melody sambil memasukkan ponsel ke dalam tas. Setelah sebelumnya mendapat pesan dari Monik bahwa Mang Ujang tidak bisa menjemput Melody.

"Gue? Biasanya sih nebeng." Tari menjawab sambil memasukkan novel yang tadi dibacanya ke dalam tas. "Lo nggak dijemput sopir? Eh tunggu bentar, gue hubungin abang gue aja, ya biar dia yang nganter lo!" Tari mengambil ponsel di laci meja dan mencoba menghubungi abangnya.

Melody tergagap dengan ucapan Tari langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, "nggak usah Tar, gue dijemput! Temen gue... iya temen gue yang bakal jemput!" kata Melody meyakinkan.

Bukannya Melody menolak niat baik Tari, tapi Melody tidak mengenal abang Tari. Jadi mana mungkin dia menerima tawaran Tari.

"Yakin lo? Jangan-jangan lo udah punya cowok, ya? Padahal mau gue comblangin sama abang gu...." ucapan Tari terpotong saat menyadari ternyata sambungan telephonenya sudah tersambung, "eh ya, Bang? Oh, nggak jadi! Ya katanya dijem-put. Ish, selalu aja suka nutup telpon sembarangan," gumam Tari sambil menekan-nekan layar ponselnya kesal.

"Kenapa?"

"Tau nih abang-abang somay nyebelin!"

"Vio sama Tika gimana? Nggak bareng?"

Melody dan Tari berjalan bersisian di koridor menuju gerbang. Sesekali Melody melihat tatapan kagum dari beberapa murid yang tidak sengaja berpapasan dengannya.

"Tau tuh, lagi pada sibuk sama gebetan masing-masing. Apalah nasib gue yang jomblo," lalu suara tawa Tari menggema sepanjang koridor.

"Kalo masih gebetan ya sama jomblonya dong! Kan belum taken."

"Iya, ya. Cuma statusnya aja yang beda. Gue mah free!"

"Gue juga," kata Melody sambil masih memperhatikan suasana sekolah barunya.

Tari berdecak, "serius? Gue comblangin sama abang gue mau? Tapi yang jomblo akut cuma satu, bandelnya nggak ketulungan. Satunya lagi udah punya gebetan, sih." jelas Tari panjang lebar.

"Lo udah kayak sales lagi promosi barang."

"Serius gue, siapa tau lo bisa ngerubah dia jadi lebih baik, kan? Abang gue cakep-cakep tau. Sebenernya sih mau gue jodohin sama bang Fajar, tapi dia lagi berusaha menaklukan tambatan hatinya," Tari masih berusaha menjodohkan Melody dengan abangnya, tanpa tahu Melody juga sedang berusaha menaklukan hati seseorang.

"Lo berapa punya abang, sih? Kalo tiga kan lumayan lo comblangin aja ke gue, Vio sama Tika. Jadi deh kita saudara ipar selamanya. Yeay!" Melody menjawab dengan kata-kata semangat tapi berbanding terbalik dengan raut mukanya yang malas.

Tawa Tari makin menggema. Jika pada pandangan pertama Melody menganggap Tari wanita yang anggun, tidak setelah Melody mengenal Tari sampai detik ini. Cara bicaranya blak-blakan terkesan apa adanya. Tapi Tari memang selalu tersenyum ceria.

Melody membayangkan bagaimana rupa abang-abang Tari. Tidak diragukan lagi pasti tidak jauh dari kata tampan. Melihat begitu cantiknya Tari.

"Abang gue kembar. Kami tiga bersaudara. Bisa ditebak dong, siapa yang paling cantik?"

Melihat senyum Tari, Melody merasa iri. Tari pasti memiliki ibu yang perhatian dan tiga jagoan yang pasti akan melindunginya. Betapa bahagianya hidup Tari, pikir Melody.

Melody of RainWhere stories live. Discover now