2.

141 58 2
                                    

Difa masih tak percaya menatap gerbang sekolah yang tingginya 4 meter itu kini sudah tertutup rapat dan dia berada di luar sekolahnya. Terlebih dia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan satpam sekolahnya. Difa mondar mandir di depan gerbang karena memikirkan bagaimana nasibnya melewatkan jam pertama di kelasnya yang tidak lain adalah pelajaran kimia, pelajaran yang amat sangat dibencinya, bukan karena ia tak bisa, tapi karena gurunya yang begitu menyebalkan. Guru yang pernah mengejeknya dan mengatakan bahwa Difa adalah anak bodoh yang tidak akan sukses di masa depan. Sejak saat itu guru kimia adalah musuh besarnya dan pelajaran kimia amat sangat dibencinya.

"Sialan, perasaan gue udah bangun pagi, udah berangkat cepet, kenapa bisa telat coba? Emang sempet macet sih, tapi kan gak macet banget. Dan ini lagi, kemana tu satpam, batang hidungnya gak keliatan. Rese banget sumpah"

Tak berapa lama ia menangkap sosok satpam sekolahnya. Difa berkacak pinggang melihat satpam yang ia cari sejak tadi akhirnya muncul dari arah kamar mandi sekolah.

"Nah ini dia orangnya. Bapak dari mana saja sih, saya tu nunggu dari setengah jam lebih dan bapak gak muncul-muncul" Difa berbicara tanpa memberi jeda satpam untuk menjawab

"Ya Allah neng, kalo ngomong itu pelan-pelan, saya jadi pusing. Lagian neng itu kalo berangkat yang pagi supaya gak telat"

"Pak saya itu udah bangun pagi, berangkat pagi, tapi macet, dan saya sampek sekolah jam 06.43 dan itu artinya 2 menit sebelum bel tapi kenapa gerbang udah di tutup? Bapak gimana sih? Punya jam kan? Di lihat dong pak"

"Saya tadi sakit perut neng, akhirnya sebelum bel sudah saya tutup karena sudah sepi dan saya kira gak ada lagi yang datang"

"Kenyataannya ada yang dateng lo pak dan saya jadi telat. Udahlah pak cepet bukain, saya udah telat banget ini"

Satpam itu membuka gerbang dan Difa langsung berlari sekencang mungkin menuju kelasnya. Difa mengelus dadanya lega karena ketika ia tiba di kelas guru kimia nya itu sedang pergi ke ruang guru mengambil sesuatu yang tertinggal

"Gila Dif, berani banget lo telat dan gak ikut pelajaran kimia"

"Ssssstttt.... Diem lo, salahin tu satpam. Sumpah demi apapun kalo bisa gue kutuk, udah jadi pentol bakar itu orang"

"Lo pikir lo siapa ngutuk pak satpam"

"Gue kan bilang kalo gue bisa"

"Semerdeka lo aja nyet"

--

Perpustakaan menjadi tempat yang Difa pilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Ketika membuka pintu perpustakaan, suhu dingin dari AC yang ada di perpustakaan langsung terasa, Difa memegang novel yang ia bawa dan mencari kursi kosong, tapi sial ia tak menemukan kursi kosong dalam ruangan itu.

Ia masih berjalan mencari tempat kosong di perpustakaan, semuanya diam dan suasana sangat hening hingga dia menemukan satu kursi kosong yang berada di pojok. Difa menahan langkahnya ketika menyadari ada seorang cowok yang duduk di hadapan bangku kosong itu tapi ia tetap memilih untuk duduk tanpa menghiraukannya sama sekali karena begitulah Difa, dia tak pernah peduli dengan sekitarnya. Ia menyambungkan earphone dengan ponselnya dan memutar lagu 'The chainsmokers-closer' lagu itu merupakan lagu yang sering ia dengar beberapa waktu terakhir

Kepalanya mengikuti alunan lagu dan tetap fokus pada novel di tangannya. Beberapa saat kemudian ia merasa diperhatikan oleh seseorang, tapi Difa tak mau ambil pusing, mungkin hanya perasaannya saja pikirnya. Tapi lama kelamaan ia mulai yakin bahwa ada seseorang yang memerhatikannya. Ia melepas sebelah earphone-nya dan mengangkat kepalanya mencari ke arah mata yang tengah menatapnya. Betapa kagetnya dia menemukan sosok Dafa yang memperhatikannya di sebrang meja sana

Difa mengernyitkan dahinya "Lo ngapain ngliatin gue?"

Dafa gelagapan karena tertangkap basah sedang menatap Difa

"Gue gak ngeliatin lo" Dafa yang panik segera mengambil bukunya lalu berjalan menuju rak paling pojok untuk mengembalikan buku yang tadi dibacanya ke tempat semula

"Cowok aneh"

Difa menutup novelnya kemudian berdiri dan meninggalkan perpustakaan.

Dari balik rak buku, Dafa melihat punggung Difa yang kian menjauh, ia tersenyum.

Difa berjalan penuh amarah melewati koridor, ia benci kegiatan membacanya terganggu. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 10.00 dan itu berarti seharusnya ia masih punya 30 menit untuk membaca novel tapi cowok itu menganggunya. Ia membanting novel di mejanya dan menenggelamkan wajahnya di meja

"Kenapa lo? Tumben udah balik?" Ane heran, pasalnya Difa selalu kembali ke kelas setelah 10 menit bel berbunyi tapi kali ini ia justru 40 menit lebih cepat

Difa mengangkat kepalanya "acara baca gue keganggu"

"Kenapa?"

"Gapapa"

"Ck. Aneh lo, gak biasanya"

Difa menatap ke arah luar kelasnya dengan banyak pertanyaan di pikirannya namun semenit kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran tentang cowok itu. Ane menangkap ada yang aneh pada Difa sejak pertemuannya dengan gerombolan Karel beberapa hari yang lalu tapi dia menganggap itu hal biasa karena Difa biasa melamun karena satu hal yang tidak ia mengerti

--

"Gue duluan ya Dif, abang udah jemput"

"Yah gak seru lo, gue masih nungguin Mas Asep ni Ne"

"Yah bodo, urusan lo itu mah. Gue udah di tungguin. Bye"

Difa berdiri di tepi gerbang sekolah menunggu Mas Asep supirnya datang menjemput. Keadaan sekolah sudah sepi karena memang bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu menyisakan beberapa siswa yang masih di sekolah untuk rapat osis atau kegiatan ekstrakulikuler.

Matanya menyusuri ke parkiran tempat siswa memarkir kendaraan mereka hingga matanya menangkap seseorang yang tengah berdiri di samping motornya menatap ketempat Difa berdiri. Difa seketika mengalihkan pandangannya kembali menatap jalan, namun sesekali dia menengok ke arah parkiran yang masih menampakkan sosok itu dengan posisi yang sama dan masih menatapnya.

Difa mulai gelisah, jantungnya berdegup lebih kencang, dia memegang ponselnya erat dan sesekali menyalakannya berusaha menyibukkan diri. Saat dia akan menengok ke arah cowok itu lagi, Mas Asep tiba dan membuat Difa membatalkan niatnya, ia kemudian masuk ke dalam mobil dan melihat cowok itu mulai menaiki motornya meninggalkan pelataran sekolah

'Kenapa belakangan ini gue ketemu terus sama cowok itu ya. Dan kenapa rasanya dia gak asing banget. Gue beneran merasa gak pernah sekalipun lihat dia sebelumnya,' kalimat-kalimat itu terngiang dalam pikirannya menjadi pertanyaan yang tak bisa ia jawab

Tiba dirumah Difa langsung menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, melempar tas dan sepatu nya ke sembarang arah. Perlahan ia memejamkan matanya dan terlelap ke dalam mimpi

Difa bangun dengan keringat bercucuran dan tampak sangat gelisah. Ia bangkit dan melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 7 malam.

"Sialan, gue mimpi dia lagi!"

Difa mengacak rambutnya frustasi mengingat mimpi yang selalu ia alami setahun terakhir ini. Difa terdiam kemudian bangkit menuju kamar mandi dan berusaha menghiraukan mimpinya itu.

***
Hayoo si Difa mimpi apaan dah itu.
Yaudah mending Vote and coment yaa....

Nanti di jelasin kok di belakang:))

KnottyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang