7.

72 16 1
                                    

Difa berdiri selama beberapa waktu memandang kulkas kosong di depannya. Difa pikir hanya Mas Asep yang akan pulang tapi dia lupa jika Bude Lilik juga ikut. Sepertinya Difa memang harus mulai peduli terhadap sekitarnya sehingga hal-hal seperti ini tidak menimpanya. Ia sekarang tinggal sendirian tanpa cemilan maupun bahan makanan.

Difa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah, rumah itu besar, tapi kosong, bahkan bingkai foto satupun tak ada, benar-benar hanya ada dia seorang, dan perabot rumah tangga yang sedikit mengisi. Difa meraih ponselnya, mencari kontak siapa yang kira-kira bisa dia hubungi untuk menemaninya mencari makan

'lo dimana?'

hapus..

'lagi sibuk gak?'

hapus..

'gue butuh temen buat makan'

hapus..

'daf'

hapus..

Difa berkali kali mengetuk ketuk layar ponselnya karena tidak tau harus mengirimkan pesan seperti apa hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi sendiri saja. Difa mengambil jaket dan kunci mobil di kamarnya, mengeluarkan mobil dari garasi dan mulai membelah jalanan yang diterangi rembulan malam.

Jika kalian pikir Difa adalah gadis manja yang kemana-mana harus diantar dan diurus kalian salah. Bude Lilik dan Mas Asep ditugaskan untuk mengurus Difa bukan karena dia tidak bisa mandiri, tapi justru karena dia terlalu mandiri sehingga sering membuat orang tuanya khawatir saat ditinggal dirumah sendiri.

Sepanjang perjalanan Difa hanya diam menatap jalanan, memikirkan kemana dia harus mengisi perutnya yang sudah berdemo sejak tadi. Tidak mau membuang lebih banyak waktu, Difa memutuskan ke sebuah cafe yang tak begitu jauh dari rumahnya untuk sedikit mengganjal perutnya sebelum ia berbelanja dan makan yang lebih berat. Ia segera turun dan masuk ke dalam cafe,  berjalan santai ke meja yang berada paling pojok dan dekat dengan jendela
Tak lama setelah dia duduk seorang pelayan menghampirinya untuk mencatat pesanan mereka

"milkshake strawberry sama waffle strawberry ya mbak"

Pelayanan itu mengangguk lalu bergegas pergi meninggalkan Difa sendiri.

Difa melihat diluar sana ada banyak anak seusianya yang sedang bercanda tawa dengan teman sebayanya, beberapa sedang menghabiskan waktu dengan orang tuanya, Difa mengambil ponselnya untuk mengalihkan pandangannya,

Tingg..

Ponsel Difa berbunyi memunculkan sebuah pesan disana

Dafa : Jangan nglamun. Nanti dibawa om-om ganteng

Difa tersentak, ia segera mengedarkan pandangannya mencari keberadaan orang yang mengirimkan pesan padanya. Dan benar saja, ia bisa melihat seorang pria yang duduk di tengah cafe sambil melambaikan tangan dan tersenyum kearahnya

'kesialan macam apa lagi ini kenapa gue harus ketemu dia disini'

Belum selesai dengan umpatan dalam diam itu, Difa tiba-tiba sudah melihat seseorang duduk di depannya dan menaruh minuman serta makanan di meja itu, ya betul dia duduk disini. Difa dengan perlahan mengangkat kepalanya dan mendapati Dafa yang melihat kearahnya sambil tersenyum hangat

"Hai" Dia menyapa Difa

"Haii??!! Gila dia ya. Tiba-tiba duduk disini tanpa meminta izin dan tersenyum seakan tidak melakukan kesalahan apapun" begitulah isi kepala Difa saat ini

Difa memilih diam dan tidak merespon. Menganggap orang ini tidak ada lebih baik daripada harus berbicara. Tapi Difa tiba-tiba terkejut melihat apa yang ada diatas meja

Milkshake strawberry

Lagi dan lagi Difa terkejut akan orang di hadapannya ini. Mengapa ada terlalu banyak kemiripan diantara Dafa dan dirinya.

"Halooo" Dafa menjentikkan jari sambil berusaha mengembalikan kesadaran Difa yang sepertinya hilang entah kemana

"Ya?" Hanya satu kata itu jawabnya

"Lo kesambet ya?"

Difa hanya menggelengkan kepalanya

"Lo ternyata bisa nyetir juga. Kenapa kalo sekolah di anter jemput?"

"Gue rasa itu bukan urusan lo"

"Oh oke. Maaf"

Keduanya hanya diam. Tidak ada lagi percakapan
Difa melahap potongan terakhir waffle di piringnya kemudian berdiri dan berniat pergi namun sebuah tangan mencegahnya

Dafa mengernyit "udah mau pergi?"

Difa hanya mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan Dafa yang masih mematung di kursinya

"Itu manusia bukan sih. Dinginnya gak main-main" 

Difa masih disana, di depan cafe itu, di dalam mobilnya memerhatikan Dafa sejak tadi. Dia merasa tidak nyaman terus berada di hadapan Dafa untuk waktu yang lama sehingga dia bergegas keluar dan masuk ke mobilnya. Tanpa Difa duga ternyata orang yang ia perhatikan menyadari hal itu, Dafa menoleh ke luar kafe, menemukan Difa yang duduk dibalik kemudi sambil menatap kearah dirinya.

Ada perasaan aneh yang sejak tadi dirasakan olehnya selama Dafa duduk di hadapannya. Entah apa yang dia bingungkan, tapi sungguh tidak nyaman melihat Dafa ada di hadapannya. Perasaan aneh yang tidak bisa Difa gambarkan.

Difa mengatur nafasnya, menyelaraskan pikirannya dan bergegas pergi meninggalkan kafe itu untuk menuju tujuan utamanya, mencari makan dan membeli bahan-bahan makanan.

Pukul 10 malam, Difa tiba dirumah. Segera ia memarkirkan mobilnya di garasi, mengunci pagar, mengunci pintu rumah dan berjalan menuju dapur, menyusun satu demi satu bahan makanan yang ia beli ke dalam kulkas dan lemari makanan.

Jam dinding di kamar Difa menunjukkan pukul 12 malam. Difa tidak bisa tidur. Dia memandang keluar kamarnya lewat jendela, ia kembali memikirkan soal Dafa, laki-laki ini sering sekali berputar di kehidupannya belakangan ini, dan terlalu banyak hal yang aneh dengan dia.

***

KnottyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang