Keraguanku

727 35 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, ku lihat Fliera terlihat serius sekali dengan dikelilingi kertas-kertas yang berserakan dimana-mana.

"Sedang apa loe Flie?"Tanyaku yang membuatnya terkejut

"Eh...Nggak, aku lagi belajar aja"Jawabnya yang kemudian menyembunyikan kertas yang ada didepannya.

"Belajar apa sih, kayaknya kamu serius banget"Aku mulai penasaran dan langsung melihat tumpukan kertas yang dia sembunyikan di bawah buku tapi masih ada bebrapa yang masih belum dia sembunyikan

"Jangan!"Katanya reflek

"Apa sih, aku jadi penasaran"

Ku pungut kertas yang berserakan dimeja. Rupanya Fliera tengah belajar menulis huruf mandarin yang ku akui sangat sulit di pelajari.

"Disekolah nggak ada masalahkan dengan pelajaran mandarin?"Tanyaku curiga

"Enggak, makanya aku belajar supaya nggak ada masalah disekolah. Lalu kamu sendiri gimana keadaan disekolah?"Tanyanya untuk mengalihkan perhatianku

"Ya...nggak ada masalah dong. Kan ada assisten dikelas"Jawabku asal

"Assisten?siapa?" Fliera mengerutkan keningnya

"Ya Egalah. Memangnya siapa lagi kalau bukan dia?"

"Ka..."

"Eiit, nggak boleh marah. Menurut perjanjiannyakan kamu nggak akan marah mengenai permasalahan nilai kamu disekolah"Jawabku yang menyelahnya terlebih dahulu

"Pasrah deh. Aduuh, kamu kira-kira bisa nggak ya waktu pelajaran Biologi tadi?"Tanya Fliera yang membuatku teringat akan kejadian tadi di sekolah

"Bi..Biologi?"aku gelagapan mendengar kata biologi

"Iya, setiap akhir pelajaran biologi, selalu ada post test. Kamu bisa jawab nggak?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan sambil menunjukkan kedua jariku membentk huruf V.

"Cuma 2"Jawabku lirih

"Fleoooo"Teriak Fliera sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya

"Ya sorry, aku nggak tahu kalau ada post test. Tapi paling enggakkan aku sudah jawab 2 soal. Ya walaupun aku nggak tahu jawaban itu bener apa enggak?"Jawabku dengan jawaban yang nggak bakal buat Fliera tenang

Ku lihat Fliera menghela nafas panjang, akupun menanti sikap dia yang akan marah usai mendengar penjelasanku itu, tapi

"Sama deh, semua materi pelajaran bahasa nggak ada yang aku bisa, kecuali matematika"Jawab Fliera

"Ha?Sial banget hidup gue ini"Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang

"Fleooo, ingat bunda. Nggak boleh menggunakan loe gue. Mau di kurangi uang saku kamu?"Fliera mengingatkan peraturan di rumah

"Hehehe, lupa. Oh ya, besok exkul basketkan, bilang saja kamu sakit. Nggak usah ikut, biar Lia yang beresin. Aku nggak mau pelatih sampai shock kalau aku tiba-tiba nggak bisa main basket"Ujarku pada Fliera

"Ngomong-ngomong soal basket, kamu sudah bilang nggak sama pak Bambang untuk ikut?"Tanya Fliera

"Belum" jawabku sambil menerawang di langit-langit kamar

"Fleooo, dengan masuk tim basket, peluang dekat dengan Sandy lebih banyak"Fliera mengingatkanku

"Flier, kenapa aku jadi ragu ya dengan Sandy?"Ujarku sambil merubah posisi tidurku miring ke arah Fliera

"Maksud kamu?" tanya Fliera sambil mengerutkan keningnya

"Entahlah, semoga itu cuma kekhawatiranku saja. Sudah ya aku mau tidur dulu"Ujarku kemudian bangkit dari atas ranjang Fliera

"Hei,,Jangan lupa belajar. Kimia"
"kalau aku belajar ipa jadi tambah ngantuk Flier" jawabku
"ya udah temani aku belajar nulis huruf mandarin kalau begitu"
"trus aku?"
"Buruan ambil buku, aku ajari sampai kamu bisa"
"jadi tambah ngantuk nih"

"Fleo, kamu harus belajar!"Ujarnya

"Ya, besok aja ya di sekolah" jawabku sambil tersenyum
"Fleo"
"iyaya, aku ambil buku dulu"

Entah kenapa aku jadi ragu dengan Sandy. Apa karena aku terlalu terbawa emosi dengan kejadian tadi siang saat Sandy menghina pemai IBL. Dia nggak tahu saja, kalau di kamarku terpampang sebuah poster dari klub Satria Muda. Lalu apa coba maksud dia menghina-hina kompetisi basket di Indonesia. Belum lagi rumor yang beredar diantara siswa IPA kalau Sandy itu Playboy. Ya memang, aku nggak boleh seenaknya saja menjugde orang dia playboy atau apa sebelum ada bukti. Lalu apa yang harus aku bilang jika seandainya itu semua memang benar-benar kenyataan. Masih teringat jelas, saat Fliera jatuh cinta untuk pertama kali ketika SMP. Baru menginjak usia 1 bulan memang, dia putus. Alasannya karena hubungan mereka terlalu membosankan. Aku terkekeh mendengar alasan putusnya Fliera saat itu. Aku saja sebagai saudara kembar juga bosan, apalagi setiap hari kerjaannya dia belajar melulu. Nggak kebayang jika gaya pacaran dia mungkin di perpustakaan saja, hingga pacarnya merasa bosan. Akhir SMP dia juga sudah memiliki tambatan hati lagi, tapi itu juga nggak berlangsung lama, 3 bulan kemudian mereka putus. Mungkin dari kejadian putusnya Fliera yang pertama, ini yang jauh menyakitkannya. Pacar Fliera hanya menjadikan dia pesuruh untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, belum lagi dia harus menerima kenyataan jika pacarnya itu memiliki gandengan lain di saat mereka masih berhubungan. Mungkin sejak saat itulah dia merasa trauma untuk berteman dengan yang lainnya dan lebih tertutup disekolah. Ya aku juga sering dengar jika dia memiliki teman yang memanfaatkan kepintarannya sewaktu SD. Dan sejak saat itu pula, aku membuat janji padanya. Kelak jika dia menemukan orang yang dia sukai kembali, aku ingin melihat dia terlebih dahulu. Apa dia laki-laki baik, atau hanya suka memainkan perasaan orang. Aku tak mau melihat adikku itu sampai patah hati sekali dan bagaimanapun juga Fliera harus memiliki teman baik selain aku. Tak selamanya kita akan selalu bersama. Dan Sandy,, semoga itu hanya kekhawatiranku saja...

Pangeran Rumusku, I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang