Antara Basket dan Fisika

486 22 0
                                    

"Fliera, buruan turun. Nanti telat pergi kesekolah!"Pinta Bunda dari lantai dasar rumah

"Iya Bun"Jawabku

Nggak terasa kita berdua sudah cukup lama bertukar sekolah, dan nggak ada satupun orang yang tahu dengan pertukaran sekolah kita. Kecuali Bibi' yang terkadang sering menaruh curiga denganku. Tapi aku selalu bisa ngeles dihadapannya.

Seperti biasanya, kebiasaan anak IPA sesampai dikelas langsung membaca buku dibangku masing-masing. Akupun mengikuti jalan mereka dengan membaca buku, tapi bukan membaca buku Kimia, Fisika ataupun Biologi tapi malah membaca komik. Paling enggak anak-anak yang melihatku nggak memandang sebelah mata karena aku tak menyentuh buku untuk dibaca, walaupun ujung-ujungnya aku hanya membaca komik. hihihi

"Pagi semua!"Sapa Ega

"Pagi"

"Tumben baca, sudah sembuh ya dari sakitnya?"Tukas Ega sambil menaruh tasnya di laci meja

"Ha?Apa, gue?"Tanyaku belagak nggak tahu

"Ya siapa lagi lah kalau bukan loe"

"Kenapa, loe iri ya sama gue karena gue baca buku?"

"Buku?Buku apaan?Memangnya komik juga buku ya?"

"Kalau bukan buku trus kenapa dijual ditoko buku. Lagipula yang pentingkan gue juga baca sesuatu"Jawabku yang membuat Ega sedikit kikuk dengan jawabanku

"Memangnya apa serunya membaca komik?"

"Ya kalau gue sih banyak, pertama bisa menghilangkan stress, kedua bisa menghilangkan stress dan ketiga bisa menghilangkan stress"Jawabku dengan sebuah senyuman

"Ha?bukannya loe anak IPA ya, kalau menjawab pertanyaan yang ilmiah sedikit kenapa?"Goda Ega lagi dengan mengulang kata-kata dariku waktu itu

"Sialan loe, loe pasti meledek gue soal kemarin ya?"

"Hahaha, jawaban loe kemarin itu baru ilmiah. Gue setuju itu. Pembuktian loe berhasilkan?"Tanya Ega tentang kejadian kemarin

"Hahaha, nggak lucu deh. Tapi by the way, loe kemarin apel dimana sih?"Godaku

"Siapa pula yang apel?Ngacok loe!"

"Hehehe, marah niye..."

Tak lama kemudian Echa datang menghampiri.

"Serius amat ngobrolnya. Ngobrol apaan sih?Boleh ikut nggak?"Ujarnya

"Nggak penting kok, kita lagi ngomongin masalah datingnya Ega yang kepergok gue?"Jawabku

"Apa?"Ega melotot kearahku

"Sejak kapan Ega punya cewek?"Tanya Echa

"Enggak, Fliera nih ngacok. Cuma salah paham aja"Jawab Ega

"Kalian sedang marahan ya? Tenang Flie, setahu gue Ega nih nggak punya cewek, jadi loe nggak perlu ambil hati"Ujar Echa sambil menepuk bahuku

"Ha, memang apa hubungannya ama gue?"Aku bingung mendengarnya

"Ah, nggak perlu malu gitu. Gue sudah tahu kalau kalian saling pedekate"Tambah Echa

"Haduh....gue paling nggak suka kalau dijodohin kayak gini. Mirip anak SD aja tahu"Jawabku yang kemudian pergi meninggalkan mereka berdua

Saat aku keluar kelas, aku justru tambah bete. Terang saja aku bertemu Sandy dan aku masih kesal dengan perkataannya kemarin.

"Hai Flie"Sapa Sandy sambil melambaikan tangan kanannya

"Hai!"Jawabku dingin

"Duh, kok masih jutek gitu sih. Masih marah ya sama gue?Sorry gue nggak bermaksud berkata demikian kemarin"Katanya sambil memohon

Pangeran Rumusku, I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang