7. Badai

146 16 1
                                    

-Mina's POV-

Aku mendobrak pintu kantor appa tiri ku, seorang penjaga sigap dan langsung menghalangi. Aku bersih keras agar bisa masuk ke dalam, bertemu dengan orang yang sudah membuatku geram setengah mati.

"Maaf nona, tuan sedang sibuk dia tidak boleh diganggu." kata penjaga.

"Aku anaknya, kamu cepat minggir!" bentak ku kasar.

"Saya tahu nona, tapi tuan-" kata penjaga itu terputus ketika appa tiriku keluar dari kantornya.

"Keributan apa ini?" kata Hongki ahjussi.

"Hei ahjussi, apa kamu sudah gila?" kataku menggebu-gebu. "Akan kuadukan pada eomma."

"Sayang kamu bicara apa? Ayo masuk kedalam," kata Hongki ahjussi, dia membujuk ku agar tetap tenang dan tidak berteriak-teriak seperti orang kesetanan.

Beberapa orang memakai setelan rapi keluar dari lift, seorang ahjumma berbaju hitam beludru menyapaku.

"Mina? Kau sudah besar ya," kata wanita itu, aroma parfumnya melati begitu kuat padahal jarak antara kami cukup jauh.

"Ah, Ailee nuna apa kabar. Silakan langsung ke ruang meeting saja," kata Hongki ahjussi.

Aku muak melihat ekspresinya yang tidak merasa berdosa telah menyekap anak tirinya sendiri. Aku meraih vas bunga di sampingku, melemparnya dan membuatnya pecah. Kacau sekali. Tanah dan bebatuannya berhambur di lantai, beberapa mengenai sepatu mengkilap Hongki ahjussi. Aku malah berharap pecahan vas itu menancap di kakinya.

Aku segera pergi meninggalkan kantor appa tiriku. Sampai di rumah aku segera mencari dimana eomma dan Dahyun, tapi rumah terlihat begitu sepi. Dimana mereka, pikirku.

Aku mengecek ponsel ku, ternyata sudah lowbat. Saat berusaha mengisi ulang baterainya aku melihat secarik kertas tertindih oleh patung keramik kucing. Aku melihat tulisan didalamnya, beberapa saat kemudian aku meremas kertas itu.

"Unni, aku harap kamu membacanya saat sudah pulang. Aku tidak bisa menghubungimu, maaf. Eomma mengajakku pergi ke rumah utama. Bibi sakit parah dan nenek meminta kami menungguinya. Dahyun."

"Aku menghilang dan mereka tidak mencariku? Bibi sakit?" kataku dengan semangat yang begitu redup.

Sadar bahwa sudah dua hari membolos sekolah makanya kuputuskan segera tidur lebih awal agar besok tidak terlambat. Besok juga akan ada ujian praktik hematologi dan kimia amami. Berkat bom SMS dari Momo yang mengingatkan, aku jadi terselamatkan dan bisa belajar latihan soal-soal untuk ujian pasifnya.

-Author's POV-

Mina masuk ke dalam kelas, raut wajahnya sedikit kusut. Dia melihat Seungcheol di tempat duduk paling pojok yang diam-diam memperhatikannya.

"Kamu kemana kok tidak ada kabar? Sakit ya?" tanya Momo. "Kemarin Mingyu bilang kamu sakit, sakit apa?"

"Hanya demam," kata Mina berbohong. Jika mengatakan yang sebenarnya pada Momo yang ada masalahnya jadi rumit, tapi Mina senang sahabatnya mau perhatian.

Mina melihat ke sekeliling kelas. Jeonghan tidur di pangkuan Joshua di belakang kelas, Seungkwan sembunyi-sembunyi mengambil gambar mereka dengan ponselnya. Woozi duduk berhadapan dengan Jungyeon dan Tzuyu, sepertinya mereka sedang serius menghafalkan materi ujian. Anak-anak yang lain seperti biasa dengan kesibukan konyol mereka, semua hadir tapi Mina tidak menemukan Mingyu.

ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang