BAB 6 : TAK SEBERARTI ITU

8K 265 48
                                    

"Saat ini, kamu hanya sedang dibutakan oleh cinta. Ku harap kamu bisa menyadarinya sebelum terlambat dan menemukan wanita yang lebih baik darinya," ucap Sebastian sambil melempar pelan amplop coklat yang bertuliskan nama Clarissa Bella ke atas meja.

Bagaimana caraku untuk memberitahumu kebenaran tentang Clarissa, Chan? Sebastian membantin dengan nada frustasi. Pandangannya kosong.

@@@

Angela setengah berlari saat melihat pintu rumahnya yang terbuka penuh. Pandangannya melebar saat melihat seisi rumah yang porak-poranda seperti baru dimasuki kawanan perampok. Di sudut ruangan, Angela mendapati sosok Ibunya yang sedang menangis. Saat pandangan mereka beradu, Angela dapat merasakan keperihan yang sama dengan yang dirasakan Ibunya.

"Dimana si Brengsek itu sekarang, Bu?" tanya Angela sambil berjalan mendekat. Tangannya terulur untuk mengusap air mata yang membuat pipi Ibunya basah. Dia tahu pasti, siapa penyebab kekacauan ini.

"Tadi dia hanya mampir sebentar, Ngel." Ibu memalingkan wajahnya sebentar, agar air matanya yang baru menetes itu tidak terlihat oleh Angela.

Angela tertawa getir menanggapi pembelaan Ibunya terhadap pria brengsek itu. Ibunya masih belum berubah. Dia masih sangat mencintai pria brengsek yang hanya memberikan kesengsaraan bertubi untuk mereka. Miris.

"Tadi itu pasti dia bukan mampir, Bu, dia hanya..." Angela menjeda ucapannya sesaat. Dia baru menyadari sesuatu.

Sial, dirinya terlambat pulang ke rumah!

Angela setengah berlari ke arah lemari pakaian yang isinya juga sudah berantakan. Hal yang ditakutkannya kembali terjadi. Lagi-lagi, si Brengsek itu berhasil mengambil seluruh uang tabungannya.

"Kata ayahmu, dia sedang ada kebutuhan. Jadi, dia terpaksa meminjam uangmu lagi."

"Dia bukan ayah kandungku. Dia itu pencuri. Dia kriminal. Dia brengsek. Dia selalu mencuri uangku untuk berjudi dan bergumul dengan jalang. Karena si brengsek itu, kita semakin melarat. Sadar, Bu." Angela meluapkan semua kekesalannya selama ini. Hingga tanpa dia sadari, nada suaranya pun perlahan meninggi seiring dengan emosinya yang meluap.

"Angela, jaga mulutmu! Jangan bersikap durhaka! Dia itu tetap ayahmu," teriak Ibu.

"Apa aku salah, kalau benci sama si Brengsek itu, Bu? Itu uang yang aku dapat dengan susah payah, untuk kita makan dan berobat ibu," Angela menjeda ucapannya sejenak. Air matanya mulai menetes saat menyebutkan fakta menyedihkan itu. Hatinya terasa sakit, saat mendengar pembelaan ibunya untuk si Brengsek itu lagi.

"Kenapa Ibu masih saja membelanya? Apa aku yang hanya terlahir dari nikah kontrak dulu..." Angela menjeda ucapannya lagi. Dia bahkan bisa mendengar suaranya yang gemetar, "...sama sekali tidak berarti untukmu?"

Angela berdoa dalam hati, agar Ibunya sekali saja membelanya, menenangkan hatinya, atau bahkan memenangkannya dari si Brengsek itu. Namun, di detik berikutnya, air mata itu kembali jatuh saat menyadari sosok yang diharapkannya itu, hanya mematung sambil meremas daster lusuh yang sedang dia pakai dan tanpa berbicara sepatah katapun.

"Aku harap, Ibu bisa hidup bahagia bersama pria itu. Kau benar..." Lagi-lagi Angela menjeda ucapannya sejenak. Kenyataan ini teralu pahit untuk diterimanya.

"Maaf, karena aku hanya bisa menjadi anak yang durhaka," lanjutnya lalu membalikan badan dan berlari ke luar rumah.

Angela meninggalkan ibunya sendirian. Hatinya teralu sakit meski hanya untuk menatap wajah Ibunya – wanita yang tidak pernah sekalipun membelanya.

Bahkan, harapan terakhir Angela agar kepergiannya ditahan oleh Ibunya, nyatanya terlalu berlebihan. Wanita itu, sama sekali tidak berusaha untuk menahan kepergiannya.

"Semua pasti berakhir. Semua pasti berakhir. Semua pasti berakhir," ucap Angela berkali-kali sambil menghapus air matanya dengan kasar. Dia benci terlihat cengeng.

Rasanya terlalu melelahkan, berusaha menjadi bagian dari seseorang yang tidak menganggapnya ada. Benar kata orang, seorang anak yang tidak pernah diharapkan kelahirannya, hanya akan menjadi nothing.

@ @ @

Angela hanya pasrah ketika seorang pria seusianya memeluk tubuh mungilnya. Dia bahkan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria itu dan membalas pelukan tersebut. Dia bahkan juga terlalu lelah, meski hanya berpura-pura untuk terlihat baik.

"Kenapa tiba-tiba meminta ku keluar? Kenapa juga kamu menangis?" Angela dapat merasakan kecemasan yang tersirat dari nada bicara pria tersebut.

"Bisa kau bawa aku masuk, Har? Aku hanya butuh istirahat," pinta Angela dengan nada lirihnya

Pria itu – Harry – akhirnya mengikuti kemauan Angela dengan membawanya masuk melalui pintu khusus karyawan. Keputusan yang ia harap, tidak akan disesali olehnya dikemudian hari.

"Apa kamu bisa membantu ku, Har?" tanya Angela sambil menatap Harry dengan tatapan memohon.

"Memang kamu butuh bantuan apa?" tanya Harry sambil terus berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia tampak sangat terampil saat melempar, memutar botol, dan menuangkan wine ke gelas untuk para pemesan. Ya, Harry adalah seorang bartender di salah-satu club malam termewah yang ada di Jakarta.

"Tolong bantu aku untuk mendapatkan pekerjaan di sini," ucap Angela dengan nada ragu.

"Demi Tuhan, tempat ini sangat berbahaya untuk gadis secantik kamu, Ngel."

"Tolonglah, Har. Aku sedang butuh uang. Lagipula, kamu kan tahu aku selalu bisa jaga diri. Buktinya saja si Brengsek itu selalu gagal menjualku pada teman-temannya..." Angela menjeda ucapannya sejenak. Mendadak hatinya terasa ngilu, saat menyadari kalau ibunya bahkan lebih mencintai pria Brengsek itu dibandingkan dirinya – anak kandungnya.

"Lagi pula, pekerjaan ini hanya untuk sementara. Semoga saja aku diterima sebagai sekretaris CEO, agar kondisi ekonomi ku bisa membaik," lanjut Angela disertai penekanan di ujung kalimatnya.

Tanpa Angela sadari, bibirnya spontan tersenyum saat memori pertemuan dengan calon atasannya itu kembali muncul di otaknya yang nakal.

Damn, he is so hot, batin Angela.

"Oke, tapi kamu harus janji satu hal," ucap Harry dengan nada ragu secara tiba-tiba.

Ucapan Harry tersebut, spontan menarik Angela dari imajinasi nakalnya."Janji apa?"

"Kamu harus melawan kalau ada yang berusaha kurang ajar dan menolak ajakan one night stand dari para pengunjung disini. Meskipun orang itu sangat kaya. Janji?"

"Pastilah, Har. Kamu bisa pegang janjiku. Lagipula, impianku adalah untuk menjadi istri sah dari pria kaya, bukan menjadi wanita simpanan. Meski begini, aku ini juga masih punya harga diri lho, Har," celoteh Anggela disertai tawa di akhirnya.

Harry menatap wajah Angela dengan perasaan campur aduk. Dalam hati, dia hanya bisa berharap, semoga keputusannya ini tidak salah dan tidak akan disesalinya suatu saat nanti.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hai readers,

Niatnya aku mau update dari kemaren-kemaren, tapi ternyata aku malah sakit  :(

Tapi semoga kalian suka ya.. Di part ini muncul tokoh baru yaitu Harry- sahabat Angela. Tapi tenang, aku enggak akan munculin tokoh atau part yang enggak ada kaitannya sama part-part berikut nya kok. Jadi, Harry akan ada peranan sampe ending.

Harapanku, kalian akan suka dengan part ini dan yang selanjutnya ya, genks..

Enjoy reading :*

26/12/2016

Deal With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang