Bab 18 : Terperangkap Kegilaan

8.5K 217 27
                                    

"Deal?" Chandra mengulurkan tangannya seperti saat pertama kali mereka berkenalan.

"Yes. Just tell me the rules." Angela sangat antusias saat menerima uluran tangan Chandra tersebut.

Dia berbeda, batin Angela. Dia tidak sadar kalau sekarang wajahnya agak memerah karena malu.

Sebuah senyum akhirnya mengembang di bibir ke duanya. Ya, masalah keduanya telah teratasi berkat win win solution yang baru saja mereka sepakati.

Suatu solusi yang tidak salah tapi ternyata tidak juga benar. Karena tanpa sadar, mereka sedang bermain-main dengan hati, padahal hati adalah organ yang suka berkehendak sendiri.

@@@

Sambil membawa secangkir teh, Angela berjalan menuju balkon apartemen – menyusul Chandra. Di mata Angela, Chandra tetap terlihat tampan meskipun hanya pakai kaos putih polo dan celana selutut. Andai saja pria itu tahu, betapa sangat ingin Angela merengkuh tubuh itu dari belakang saat ini.

"Bapak belum mau tidur?" Angela memulai pembicaraan sambil mengambil posisi menyandar pada tepi balkon – tepat di samping Chandra.

Tidak lupa, Angela juga selalu menambahkan senyum manis di akhir ucapannya. Sebuah senyum yang Angela yakini bisa meruntuhkan iman semua pria, kecuali Chandra.

"Saya masih belum ngantuk." Chandra melirik ke arah jam dinding yang sengaja dia pasang menghadap balkon. Pukul sepuluh malam lewat dua puluh menit. "Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Karena saya juga belum ngantuk."

Angela menyembunyikan maksud ucapannya yang sebenarnya. Dia tidak ingin berterus terang untuk menawarkan diri jadi teman ngobrol.

Untuk sesaat, hening menyelimuti mereka. Diam-diam, Chandra membayangkan andai Clarissa lah yang menemaninya di balkon saat ini. Pastilah wanita itu sedang bergelayut manja di bahunya disertai dengan candaan khas Clarissa yang terkadang tidak lucu tapi membuat rindu.

"Ohya, bagaimana kondisi Ibu mu pasca operasi?"

Angela meletakan cangkir teh ke atas meja yang ada di sudut balkon.

"Dia koma." Ekspresi Angela mendadak berubah agak sendu.

Spontan, Chandra menoleh ke samping pada Angela. Tangannya terulur untuk menyentuh bahu kiri Angela -- prihatin.

"Saya yakin, Ibu mu dapat kembali sehat," ucap Chandra singkat.

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Tapi diam-diam, Angela menikmati hening kali ini. Karena baginya, berada dalam keheningan bersama pria yang disuka itu sangat romantis.

"Ohya, terkait skenario kita, saya ingin memperkenalkan mu lagi ke seseorang." Chandra membuka topik pembicaraan baru, sambil terus asik melakukan panggilan lewat ponsel.

Seseorang? Batin Angela sambil mengernyitkan dahi -- bingung.

Secara diam-diam, Angela berusaha untuk mengintip layar ponsel Chandra. Dia penasaran dengan kata 'seseorang' dari Chandra barusan. Angela yakin kalau 'seseorang' yang dimaksud Chandra barusan adalah orang yang sama dengan yang dia coba hubungi sekarang.

God, please jangan sekarang. Spontan Angela membatin, saat matanya melihat nama Clarissa tertera jelas di layar ponsel Chandra.

Angela takut kalau Clarissa masih mengenali wajahnya. Dia takut kalau identitasnya sebagai pelayanan wanita di klub malam akan terbongkar. Angela yakin, Chandra tidak akan sudi untuk tinggal satu apartemen dengan seorang pekerja klub malam, yang identik sebagai wanita murahan.

Deal With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang