BAB 12 : ALL I WANT IS YOU

8.2K 241 40
                                    

Chandra memandang wajah Sebastian yang terlelap dengan rasa bersalah. Ini adalah hari ke-2, Sebastian dirawat di rumah sakit. Namun, kondisi kesehatannya masih belum stabil, bahkan stroke nya nyaris saja kumat.

Oppa sakit karena kakak selalu menentangnya. Apa kakak nggak kasihan sama Oppa yang sudah tua?

Ucapan Mauren kemarin, tepat menohok hati Chandra dan sukses membuat pria itu semakin digelayuti rasa bersalah.

"Apa kakak sudah memikirkan ucapan ku kemarin? Jadi, siapa yang kakak pilih, kami atau wanita itu?"

Chandra spontan menengok ke arah Mauren dan melihat gadis itu memandang dirinya dengan tatapan permusuhan yang ketara.

"Aku nggak mungkin mencampakan wanita yang sudah pernah tidur dengan ku," ucap Chandra dengan nada frustrasi.

Mauren berkacak pinggang sambil tertawa renyah. "Memang apa masalahnya? Banyak pria di luar sana yang juga meninggalkan wanitanya, bahkan setelah dipakai tidur berkali-kali."

Chandra mengusap wajahnya dengan kasar. Dia lelah jika harus berdebat tentang hal ini lagi. "Sebagai sesama wanita, kamu seharusnya lebih tahu, bagaimana sengsaranya wanita yang dicampakan setelah dimanfaatkan laki-laki...," ucap Chandra penuh pengertian, lalu ditangkupkannya kedua bahu Mauren sambil berkata, "...kamu itu adik perempuanku. Jadi, aku nggak mau kamu disakiti pria manapun karena karma untuk ku. Jadi, tolong mengerti posisinya."

Mauren bungkam saat mendengar penjelasan Chandra barusan. Ingatan gadis itu kembali ke masa kecil mereka. Baginya, Chandra adalah sepupu, pahlawan, sekaligus pria yang paling dia idolakan. Chandra memang terkesan dingin dan tidak tersentuh dari luar. Namun, dia selalu bersikap hangat pada keluarga dan orang yang dia sayang.

Mauren merasa beruntung, karena dirinya menjadi salah-satu orang yang paling disayang Chandra.

"Aku cuma takut, Oppa terserang stroke lagi." Mauren merasa emosinya menguap entah kemana.

"Jangan takut. Kita akan sama-sama menjaganya. Kamu dan Oppa adalah harta ku yang paling berharga," ucap Chandra yang rupanya juga menyembunyikan ketakutan serupa dalam batinnya.

Chandra bisa memahami keegoisan Mauren saat ini, karena....

Seseorang bisa menjadi sangat egois demi melindungi orang yang mereka cintai.

"Chan, bisa kita bicara sebentar?" Seorang laki-laki berpakaian dokter, baru saja memasuki ruang rawat Sebastian dan menginterupsi pembicaraan mereka berdua.

Chandra hanya mengekori dokter itu dari belakang. Dan disinilah mereka sekarang, di ruang kerja pribadi Dr. Peter.

"Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadi keluarga kalian." Dr. Peter memulai pembicaraan setelah mendaratkan bokong di kursi kerjanya.

Dr. Peter memang tahu banyak tentang masalah pribadi keluarga Wijaya, karena kedekatannya dengan Sebastian. Selain itu, Dr. Peter juga sudah seperti paman bagi Chandra dan Mauren, sehingga mereka sering berdiskusi tentang berbagai masalah.

"Apa Paman juga mau menyalahkan ku tentang kondisi Oppa sekarang?"

Peter menghirup udara dalam-dalam, dia takut salah dalam menanggapi masalah ini dan justru memberi nasehat yang menyesatkan untuk Chandra, "Aku justru berada di pihak mu. Kamu sudah dewasa dan bisa memilih wanita yang pantas dijadikan pendamping. Jadi, seharusnya Sebastian tidak boleh terlalu ikut campur...." Dr. Peter menjeda ucapannya sejenak. Dia bangkit dari kursi nya dan berjalan ke arah Chandra, "...setiap orang punya masa lalu tapi mereka juga pantas diberikan kesempatan ke dua."

Deal With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang