BAB 10 : PILIHAN SULIT

7K 246 24
                                    

Pria kaya itu ibarat wine. Terlihat menggoda dan mahal, tapi selamanya wine hanya bisa menyakiti dan bahkan merusak mu. Sedangkan aku hanya air putih. Meskipun murah, air putih tidak akan pernah menyakitimu dan bahkan membuatmu dapat terus hidup. Lihat aku! kalimat itu hanya bisa tertahan di tenggorokan Harry. Membuat napasnya seolah tercekat.

Harry tahu kalau Angela-nya tidak akan pernah melihat dirinya sebagai pria yang layak untuk dicintai. Karena dia hanyalah air putih – bukan wine.

@@@

Sebastian baru saja membeberkan semua fakta yang diketahuinya tentang Clarissa. Dia bersikeras kalau Chandra harus berpisah dengan Wanita itu. Harus!

"Cukup, Oppa! Hentikan semua omong kosong ini!" Nada lelah sekaligus kesal bercampur jadi satu.

Ya, Chandra sangat lelah dengan sikap Sebastian yang terlalu ikut campur dalam percintaannya dengan Clarissa.

Sebastian hanya bisa menyandarkan punggungnya ke kursi saat melihat Chandra melempar dokumen itu ke atas meja. Ya, Sebastian tahu, kebenaran ini pasti sangat sulit untuk Chandra.

"Jangan menjadi pria naif hanya karena cinta, Chan. Kemana perginya cucu kebanggaanku dulu?"

"Berhenti menuduhnya yang tidak-tidak, Oppa! Aku tahu semua tentang Clarissa," ucap Chandra penuh penekanan. Emosinya mulai terpancing.

"Jelas, kamu tahu. Bukankah kamu juga hapal setiap lekuk pada tubuhnya?"

Wajah Chandra mendadak jadi merah saat melihat senyum pengejekan di wajah Sebastian. Rasa malu, kesal, dan muak bercampur jadi satu. Tapi sialnya, dia juga harus mengakui kebenaran dari tuduhan Sebastian barusan.

"Batalkan pertunangan kalian!" ucap Sebastian dengan entengnya. Seolah itu adalah perintah yang tidak terbantahkan.

"Ku mohon mengertilah...." Chandra menjeda ucapannya sejenak. Dia lalu mengusap wajahnya dengan kasar dan memandang Sebastian dengan tatapan nanar.

Chandra sangat menyanyangi Sebastian – sama besar dengan cintanya kepada kedua orang tua kandungnya yang sudah lama meninggal. Melawan Sebastian adalah hal yang sangat sulit untuknya. Sama sulitnya, jika dia diminta untuk meninggalkan Clarissa saat ini.

"Aku melamarnya juga demi menjaga nama baik keluarga. Mengertilah, Oppa!" lanjut Chandra dengan nada lelah yang ketara.

"Urusan nama baik keluarga akan menjadi urusan ku kelak. Aku bisa menangani semuanya dengan mudah. Kamu hanya perlu meninggalkannya."

"Cukup, Oppa!" Tanpa sadar, kini Chandra telah bangkit dari posisi duduknya. Dia sangat emosi. Ke dua telapak tangannya terkepal kuat dan gerahamnya mengetat.

"Aku mencintainya dan kami tetap akan menikah. Dengan atau tanpa restu Oppa," ucap Chandra sesaat sebelum berbalik menuju pintu.

Sebastian hanya bisa menatap punggung Chandra dengan tatapan nanar. Dia menyanyangi cucunya. Itu lah alasannya kenapa dia ingin Chandra mendapatkan yang terbaik. Namun sayangnya, cucu nya itu justru mencintai wanita yang menurutnya tidak lebih dari ular.

"Dan berhentilah memata-matainya. Aku lelah kalau harus selalu berdebat dengan Oppa," ucap Chandra sesaat sebelum menutup pintu dan meninggalkan Sebastian sendirian.

Sebastian terlihat sangat frustrasi. Hatinya seolah teriris saat mengetahui cucunya lebih mempercayai wanita itu.

"Dasar wanita ular!" Sebastian melempar dokumen berisikan data Clarissa tersebut ke lantai.

Dia bertekad untuk segera menyingkirkan wanita itu dari kehidupan cucunya. Bagaimanapun caranya.

@@@

Deal With CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang